Aduh, Udah Tutuplah!

100 49 5
                                    

"Pagi Bejoooooo ...." ucap salah seorang pegawai dengan nada sedikit berteriak sembari memasuki ruang kerjaku, aku pun heran dibuatnya. Sebab, lama aku di sini tak ada satu pegawai pun yang bernama "Bejo" seperti yang diteriakinya tadi.

"Bejo udah makan? Belom, ya? Makan dulu, Jo! Eh, airmu kok udah bersih ya, Jo? Siapa yang ganti?" sambungnya masih dengan nada yang sedikit berteriak.

Karena penasaran, aku pun menoleh ke arah sumber suara guna mengetahui siapa sebenarnya lawan bicara pegawai itu. Sontak saja, aku menepuk jidatku yang lebar ini setelah mengetahui bahwa "Bejo" yang ia maksud adalah ikan yang berada dalam aquarium kecil yang sempat kucuci beberapa pekan yang lalu.

"Oh, jadi dia? Si pemilik ikan dalam aquarium kecil yang super sibuk itu," ucapku dalam hati.

•••

Setelah beberapa pekan menjalankan masa PSG, ini kali pertama aku dan temanku Mifta ditugaskan untuk mengantar surat pada Direktur RSU Jaya Putra yang letaknya tak jauh dari kantor.

"Tolong antarkan ini, ya, Dek," Ucap salah seorang pegawai sambil memberi amplop cokelat yang berisi surat.

"Oh, iya, Pak. ini nganternya kebagian mana, ya, Pak?" tanyaku sembari menerima surat yang ia beri tadi. 

"Tanyakan aja di bagian depan, kemana suratnya dikasih," jawabnya.

Sembari pergi, aku pun berfikir "RSU Jaya Putra mana ada bagian depan? Bukannya begitu masuk pintu gerbang langsung apotek, ya? Ah, sudahlah, ini amanah! Gimana pun caranya, ini harus sampai!" pikirku.

"Mif, cemana nih? Mau tanya ke siapa?" tanyaku pada Mifta sesampainya di ambang gerbang RSU.

"Ih, aku gak tau," Jawabnya singkat, kesal memang mendengar jawaban yang dilontarkan temanku yang satu ini. Dia memang tak banyak tau dan tak mau tau tentang apapun itu, dia hanya menuruti apa yang diperintah pembimbing padanya.

"Yaudah, tanya sama pak Satpam itu aja, yok!" ajakku sambil menunjuk ke arah pak satpam yang berdiri tak jauh dari kami.

"Permisi, Pak, saya mau anter surat untuk Direktur, saya harus kemana, ya, Pak?" tanyaku pada si Pak satpam.

"Oh, kalian lurus aja, ya, nanti di depan belok kiri, terus kalian ke arah kanan atau lurus lagi, nanti ada yang pakai baju biru, tanya aja kemana suratnya harus diantar," jawabnya nyeleneh.

"Oh, iya, Pak. Terimakasih, pak," balasku tersenyum.

Setelah mendapat jawaban dari pak Satpam yang sebenarnya kurang jelas. kami pun jalan mengikuti arahannya tadi, aku dan temanku pun mulai heran. Karena jalan yang kami tempuh sudah sepi. 

"Eh, Mif! Mana, nih? Kok udah sepi?" tanyaku heran.

"Ntah," lagi-lagi ia menjawab pertanyaanku dengan perkataan sesingkat mungkin.

"Ke arah sana, yok! Siapa tau ada orang," ajakku sambil menunjuk sebuah gang yang cukup sepi dan gelap.

"Ih, gak lah! Eh, jangan loh! Iiihh .... Aku gak mau lah! Gelap kali di sana loh, nanti ada SETAN! Udahlah, jangan kesana," rengeknya padaku.

Tak mau mendengar lebih banyak rengekan temanku, kami pun memutar jalan. Dan syukurlah, kami menjumpai seorang perawat berbaju biru di sana. Aku pun bertanya pada perawat tersebut "Permisi, Buk, ini ada surat untuk Direktur, saya harus mengantar kemana, ya?" tanyaku sopan.

"Oh, ke TU lah kalian, Dek, di lantai delapan. ADUH UDAH TUTUP LAH! Kok lama kali kalian ngantarnya?" jawab perawat itu.

"Oh, gitu terimakasih, Buk," jawabku singkat dan langsung bergegas dari sana tanpa mengindahkan pertanyaannya.

D I A [Bukan Pria Almet] {Complete} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang