Kau jelas sekali tak tahu kemana Myungho membawaku. Kau hanya diam sembari memegang kaleng kopi dipangkuanmu. Kau merasakan mobil Myungho bergerak kemudian berhenti lalu bergerak lagi. Kau juga bisa merasakan suasana jalanan di kota karena Myungho membukakan jendela disampingmu.
Ramai, berisik, dan padat. Kau sudah lama tak merasakan suasana kota. Beberapa menit kemudian, mobil Myungho mengarah ke jalanan yang kau rasa lebih tenang.
"Mba, boleh tanya?"
Kau mengangguk.
"Ehm," sebenarnya Myungho takut untuk bertanya namun ia ingin tahu, "sejak kapan?"
"Apanya?"
"Jadi seperti sekarang."
Kau ke terdiam sebentar. Teringat peristiwa memilukan itu lagi.
Myungho melirik dan merasa tak enak, "kalau ga mau ngomong, gapap-"
"3 tahun lalu."
Kemudian hening. Myungho kebingungan mencari topik setelah kecanggungan tadi.
"Myungho, sejak kapan kamu suka fotografi?"
"Ehm, waktu mulai tinggal di kota ini."
"Kamu dari luar kota?"
Myungho terkekeh, "luar negeri malah, mba."
"Beneran?"
"Iya, saya orang China. Ga nyadar ya logat saya beda?"
Kau menggeleng sembari tersenyum. Menurutmu logat Myungho sudah sangat mirip orang Korea.
"Seo Myungho berartu bukan nama aslimu?"
"Iya nama asli saya Xu Minghao. Terserah mba mau manggil saya pakai nama yang mana. Asal nyaman aja."
"Namamu imut."
Myungho tertawa canggung, "iyakah?"
Kau mengangguk sambil tersenyum.
"Minghao, kita kapan sampai?"
"Bentar lagi kok mba."
"Kita dideket pantai ya?"
Myungho terkejut, "kok bisa tau?"
"Selama saya buta, saya belajar banyak hal baru. Saya mulai mendengarkan dan merasakan hal-hal kecil. Suara ombak, angin, dan lainnya."
"Ga surprise dong, mba," Myungho mulai membelokkan mobilnya, "kok mba bicaranya formal banget mba. Santai aja mba. Saya kan lebih muda."
"Kamu formal sama saya. Saya juga formal ke kamu. Biar imbang."
Myungho menghentikan mobilnya kemudian keluar. Kau yang merasakan mesin mobil berhenti segera meraba pintu disampingmu dan membukanya. Padahal Myungho baru saja akan membukakan pintu untukmu. Namun ia beralih untuk membantumu dan Gaeul turun. Ngomong-ngomong, Gaeul terus tidur selama diperjalanan.
Kau memegang tali pengikat Gaeul dan lengan Myungho untuk menuntunmu berjalan. Ini pertama kalinya kau ke pantai dalam keadaan tuna netra.
Kakimu mulai merasakan tekstur pasir walau kau memakai sepatu. Telingamu mendengar suara ombak yang semakin dekat dan suara hembusan angin yang tenang. Kulitmu juga merasakan ke hangatan matahari sore yang tampak sepertinya akan tenggelam.
Benar kata Myungho. Walau kau tak bisa melihat pemandangan pantai, kau masih bisa merasakan keindahan pantai melalui indra lain yang masih berfungsi.
Cekrik!
Cekrik!
"Mba, saya boleh motret Gaeul?"
"Kenapa harus izin segala? Ajak main juga gapapa. Saya mau duduk disini nunggu matahari tenggelam."
Dan saat itu hatimu menghangat. Dengan duduk dipinggir pantai, kakimu merasakan dinginnya air laut. Kau mendengar suara tawa dari Myungho dan suara Gaeul yang bersemangat.
Kau merasa bisa melihat gambaran kedua temanmu yang bersenang-senang.
Walaupun kau tak bisa melihat wajah Myungho.
>•<