Tok ... Tok ... Tok ...
Ada suara ketukan di pintu. Dynara melihat ke arah jam dinding. Pukul dua siang. Ia mengernyitkan dahi. Haikal putra semata wayangnya baru akan pulang sekolah setelah jam empat sore. Hari ini pun ia tidak ada janji dengan siapapun.
Dynara dengan segera mematikan kompor. Menghentikan kegiatan memasaknya, mencuci tangan lalu memakai kerudung bergegas membuka pintu.
Pintu dibuka. Seorang wanita berjilbab lebar tersenyum padanya.
"Assalamualaikum," salamnya.
"Waalaikumsalam," balas Dynara. "Maaf, cari siapa, ya, mbak?" Dynara merasa tidak mengenal wanita di depannya ini.
Wanita berkulit putih itu merentangkan tangan ingin bersalaman. Dynara menerima uluran tangan wanita itu.
"Perkenalkan. Nama saya Ismiati. Panggil saja saya Ismi."
Dynara masih mendengarkan.
"Saya istri dari Dimas."
Dynara mengernyitkan dahi. Ada dua temannya yang bernama Dimas.
"Dimas Faturrahman."
Dynara mengangguk-angguk. Dimas Faturrahman adalah teman SMP dan SMA-nya. Tetapi, ia bertanya dalam hati. Ada hal penting apa sampai istri dari temannya itu datang ke rumah.
Dynara mempersilakan Ismi untuk masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Sementara ia menyiapkan air dan makanan ringan.
Secangkir teh hangat serta donat yang baru digoreng ia suguhkan. Ismi dengan sopan meminumnya.
Dy biasa ia dipanggil memperhatikan Ismi. Wanita berkulit putih, kerutan sudah tampak di sekitar wajahnya saat ia tersenyum. Dynara memperkirakan umurnya lebih dari empat puluh tahun.
"Rumah kamu indah," ucap Ismi mengedarkan pandangan di ruang tamu.
Dynara tidak menjawab ia hanya tersenyum.
Ismi menghentikan menjelajahi ruang tamu saat Dynara tidak membalas pujiannya. Ia tahu Dynara pasti bertanya-tanya tujuan datang ke rumahnya.
"Maafkan, kalau kedatangan saya mengganggu." jeda sesaat, "ada hal penting yang ingin saya sampaikan."
Dynara terus memperhatikan.
Ismi menghela napas. Ia memperhatikan Dynara dengan seksama. Ia meneruskan kata-katanya setelah melihat Dynara menatapnya dengan serius.
"Dynara. Maukah menjadi istri Dimas?"
Jika ia hanya mendengar pepatah bagai petir di siang bolong dan hanya tahu artinya. Tapi, kali ini ia betul-betul mengalaminya.
Bagaimana tidak? Seorang wanita yang tidak pernah ia kenal sebelumnya datang meminta hal 'aneh' kepadanya. Seorang wanita datang melamarnya untuk dijadikan istri untuk suaminya? Gila.
Dynara merasa ada pukulan yang menghantam dadanya. Napasnya tiba-tiba memburu.
"Dynara, maa--."
"Mbak keluar!" tegas Dynara.
"Dengark--," pinta Ismi.
"Tidak ada yang perlu saya dengarkan." Dynara bangun merentangkan tangan mempersilakan Ismi untuk keluar.
Raut wajah Dynara tidak lagi bersahabat. Mukanya merah padam menahan amarah. Tangan satunya mengepal.
Ismi menghela napas lemah. Ia tidak ingin membuat keributan. Ia mencangklong tasnya di bahu. Melangkahkan kaki ke pintu. Sebelum keluar ia berbalik tersenyum hangat pada Dynara.
"Kamu boleh memikirkannya dahulu. Saya akan datang untuk meminta jawabannya," ucap Ismi lalu pergi setelah mengucapkan salam.
Mata Dynara membeliak, tercengang pada ucapan seorang wanita yang baru ia kenal.
°°°°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Kedua (END)✅
General FictionCover By @riaafriani83 :) Dynara seorang single parents. Ia tidak berniat untuk menikah lagi. Namun, takdir lain dari yang ia inginkan. Seorang teman lama datang. Meminangnya untuk jadi istri kedua. Karena yang pertama belum tentu merana. Yang Ked...