Ismi mengusap muka. Tersenyum lebar mendapati suaminya masih tertidur pulas di sampingnya.
Ismi menggulung rambut panjangnya. Ia menepi ke tepi ranjang untuk ke kamar mandi. Langkahnya terhenti saat mendengar gumaman Dimas. Ia segera menoleh ke suami yang masih tertidur pulas itu. Menajamkan pendengarannya.
"Ra ... Dynara ..."
Emosi yang sudah mereda kini muncul lagi ke permukaan. Istri mana yang tidak murka mendengar suaminya menyebut nama wanita lain. Sedalam itukan perasaan Dimas hingga bisa menyebut nama itu dalam tidurnya.
"Mas ... Mas ... Bangun!" hentak Ismi.
Ismi membangunkannya lagi. Menggoyang-goyangkan tubuh Dimas.
Dimas mengerjapkan mata. Rasa kantuk masih menderanya.
"Ada apa, Ma?" ucap Dimas dengan mata tertutup.
"Bangun dulu, Mas."
"Aku masih ngantuk, Ma."
Ismi mendengus kasar. "Siapa Dynara Mas?!"
Mendengar nama Dynara disebut mata Dimas seketika terbuka. Ia menoleh ke Ismi yang memandangnya penuh curiga.
"Siapa, Ma?"
"Dy.na.ra."
Dimas mengeryitkan dahi. Ia berpikir dari mana Ismi mengenal Dynara.
"Dy-Dynara teman sekolah." Jeda sesaat. "Ma mama kenal Dynara?" tanya Dimas ragu.
Napas Ismi yang tersengal menandakan ia dalam kondisi penuh emosi. Ia bangkit mengambil ponsel Dimas di nakas.
"Teman seperti apa yang namanya bisa dibawa dalam tidurmu, Mas. Lalu apa ini yang namanya teman?!" Ismi membuka galeri foto menunjukan gambar Dynara yang diperbesar.
Dimas ternganga tidak bisa menjawab.
"Jawab Mas. Sudah berapa lama kamu berhubungan sama dia?"
Dimas mengangkat kepala. "Aku nggak berhubungan sama dia Ma. Nggak sama sekali."
"Jangan bohong, Mas!"
"Aku bersumpah Ma. Aku nggak sama sekali berhubungan dengan dia Ma."
Tatapan mata Ismi mengisyaratkan ia sama sekali tidak mempercayainya. Ia butuh penjelasan.
Dimas menyerah ia tidak ingin membohongi istrinya. "Aku memang menyukainya, Ma. Sejak sekolah dulu. Tapi, jujur aku sama Dy-- dia nggak ada hubungan sama sekali."
Tatapan Ismi menyelidik.
Dimas terlihat makin gusar.
"Dia sama sekali nggak tau perasaanku. Karena aku nggak pernah mengungkapkannya."
Ismi mencoba mencerna perkataan Dimas.
"Dan aku nggak pernah berniat untuk melakukan sesuatu di belakangmu. Percayalah, Ma."
Ismi diam. Tangannya masih mengepal. Meski masih sulit mempercayai Dimas, Ismi tahu Dimas tidak pernah berbohong. Ia ingin meredakan emosi terlebih dahulu. Hati yang marah tidak akan membuahkan hasil yang baik. Ia bangkit, melangkahkan kaki ke kamar mandi. Tidak peduli dini hari ia mengguyur tubuhnya. Mengeluarkan api yang masih bersemayam di tubuh.
Keesokan pagi di ruang makan. Dimas dan anak-anak menikmati sarapan. Ismi hanya duduk menemani. Ia sedang puasa sunnah.
Sesekali Dimas melirik ke arah istrinya. Helaan napas hanya mampu ia lakukan tatkala Ismi menghiraukannya.
Dimas sudah berangkat ke toko begitu pun dengan anak-anaknya. Ketika merapikan kamar ia kaget menemukan ponsel Dimas berada di nakas. Ismi tahu, Dimas sengaja meninggalkannya karena tidak ingin membuatnya lebih curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Kedua (END)✅
General FictionCover By @riaafriani83 :) Dynara seorang single parents. Ia tidak berniat untuk menikah lagi. Namun, takdir lain dari yang ia inginkan. Seorang teman lama datang. Meminangnya untuk jadi istri kedua. Karena yang pertama belum tentu merana. Yang Ked...