。
。
Srasshh..
Brownies menyilangkan kedua tangannya setelah menghanyutkan jasad wanita 'mainan' Ryan dihilir sungai, Ia menggosok-gosok kan kedua lengannya karena hawa dingin yang menusuk dirinya yang hanya mengenakan jaket kulit, ia melirik Ryan disebelahnya yg sedang menyalakan rokoknya dan mengabaikan hawa dingin yang menerpa tubuhnya yang hanya mengenakan kaus lengan pendek. Come on, it's winter." Sudah berapa kali kau merokok akhir-akhir ini? " tanya Brownies,
" Entahlah " jawab Ryan singkat sembari membuang 5 bungkus rokok yang telah habis ke sungai tersebut, Brownies menatap tuannya tersebut lalu mendekatinya.
" Ryan, tolonglah, aku memang pelayanmu, tapi dilain sisi aku juga harus menjadi orangtua mu, jadi tolonglah, jaga kesehatanmu, hidupmu sangat tidak sehat .. "
" mulai lagi ceramahnya.."
gumam Ryan yang menatap kearah lain, Brownie menghela nafas," Yah, paling tidak kurangi rokokmu, tak apa kau menyimpan banyak minuman di ruanganmu, tapi aku ingin kau mengurangi tingkat asap yang tiap hari kurasakan disana, mengerti? " tanya Brownies yang kini bertolak pinggang, Ryan terdiam dan sedikit berdecak lalu mengangguk pelan, sesaat wajah sang ayah yang terlintas dipikirannya.
。
。
Daisy Chan, Nickname dari sebuah akun media sosial yang selalu 'Update' tentang kesehariannya, sesekali ia menampilkan kecinta terhadap sang 'NotMe' ." Dia? " tanya Ryan saat Brownies menunjukan akun Daisy tersebut.
" ya, tertarik? " Brownies balik bertanya,
" Aku tidak tertarik pada apapun " Jawab Ryan dan berniat berjalan menjauhi komputer tersebut sebelum Brownies menampilkan sebuah gambar,
" Kau yakin? ini lah si pemilik akun tersebut " gumam Brownies,ia menyeringai begitu melihat Ryan yang terdiam menatap foto seorang gadis berkulit putih pucat yang sedang menggenggam bunga daisy.
" biar kuperjelas, aku telah menelusuri identitasnya, namanya Alexandrina Dorothy Parkson, 16 tahun. Aku juga mengetahui posisi nya yang berada di kota sebrang, oiya dia albino, kau pasti sudah tau saat melihat penampilannya " jelas Brownies, Ryan terdiam sesaat kemudian berdehem,
" kau yakin itu dia? " tanya nya,
" tentu, aku sudah menggali informasinya ketika aku bosan , ini jelas dirinya, Daisy-Chan..akui saja Ryan, kau menyukai nya " goda Brownies dengan seringai nya .
" tidak " jawab Ryan dan langsung pergi meninggalkan Brownies yang masih menyeringai .
。
。
26 Desember, 7PM
Ryan mengenakan jubahnya dan meraih pedangnya ." Apa yang aku katakan kemarin soal kesehatan mu? " gumam Brownies didepan komputernya tanpa menatap Ryan,
" aku lapar, dan tidak akan lama " jawab Ryan, Brownies menghela nafas dan memutar kursinya menghadap Ryan.
" Ryan, mengertilah..kondisimu tidak memungkinkan, jangan paksakan dirimu,kumohon " ucapnya sedikit menasehati tuannya tersebut
" tadi kubilang kalau aku lapar, aku akan segera kembali " Ryan memakai masker mulutnya.
" tunggu, sejak kapan kau mulai memakan manusia? " tanya Brownies lagi .
" Sejak aku memakan tubuh ayahku " Jawab Ryan lalu pergi .
。
。
。
'terakhir terlihat, ia ada digubuk reot disudut kota' .
Detektif Al menatap pesan yang dikirimkan di ponsel nya berikut lokasinya, ia tersenyum lalu membenarkan kerah jas panjangnya .
。
'Jejak kaki, otak yang berceceran, dan bekas darah seperti tubuh yang diseret pergi, bagus sekali ' batin Al saat tiba didalam gubuk tersebut, ia menemukan sebuah kapak dan menggunakan senter untuk menatap sekeliling , hingga sebuah tulisan di dinding yang menarik perhatiannya.' NOT ME ! '
" Got You " gumamnya lalu memfoto tulisan tersebut juga jejak yang ia lihat,kemudian mengambil beberapa sample disana .
。
。
{Smith}
Ryan menatap papan nama keluarga tersebut didepan sebuah rumah yang cukup besar. Terlihat sebuah CCTV yang menghadap ke gerbang tempat ia berdiri namun butiran salju sedikit menutupi kamera tersebut, Ryan pun menghilang .
。
" Kakak ! ayo temani aku bermain lagi ! "" Sudah cukup David ! waktunya tidur ! "
Ryan mendengar percakapan antara 2 orang anak laki-laki diruang tengah, suatu kesalahan mereka membiarkan pintu depan tak terkunci sehingga Ryan dapat masuk dengan mudah dan bersembunyi dilorong sana. 2 anak tersebut masih bertengkar, kemana orang tua mereka?.
Ryan tersenyum dibalik maskernya dan mengeluarkan pedangnya, namun ia mendengar suara jeritan dari lantai atas, Ryan menatap ke langit-langit lorong dan mendapati sebuah CCTV yang menghadap ke dirinya.
" sh*t " gumamnya, ia pun langsung berpindah tempat sesaat sebelum seorang pria turun membawa senapan ." SIAPA DISANA?! " teriak pria tersebut, hening ..
Ia berdiri melindungi kedua anaknya yang kini memeluk kedua kakinya, dari belakang ia merasakan hawa panas di tengkuknya.." it's Not Me .. "
CRAT !
Ryan berdiri tepat dibelakangnya dan menikam dada pria tersebut dengan pedangnya." PAPA ! " raut wajah kedua anak tersebut berubah pucat dan mulai menangis,
" Ahk..naik ! sembunyi di mama ! " gumam pria tersebut, mereka pun langsung berlari menaiki tangga, Ryan menatap mereka sesaat dan kembali fokus dengan pria didepannya,
" kau punya anak yang lucu " gumam Ryan, ia memainkan pedangnya yang masih menancap ditubuh pria tersebut,lalu mencabutnya .
" Mmh..darahmu lezat ~ "
Ryan menjilat darah yang menempel di pedangnya." kau..monster.. " pria tersebut berusaha berdiri dan mengarahkan senapannya ke Ryan,
DOR !
Crak ..
" Sayang sekali kau tidak ahli menggunakannya " Ryan menghindar ketika peluru senapan tersebut mengenai vas dibelakangnya. Hening sementara begitu pria tersebut menunduk menahan rasa sakit di dadanya ." Kenapa diam? kau tidak ingin membunuh monster ini ? " tanya Ryan,
" kau..menghancurkan kebahagiaan..keluargaku.." gumam pria tersebut,
" keluargaku hancur dan itu membuatku bahagia " jawab Ryan." Kau - "
CRAT !
" A-AARGHH !! " teriakan histeris menggema di ruangan tersebut, setelah Ryan menebas tubuh pria tersebut menjadi 2 bagian dan menampilkan organnya yang terburai.
" Aku lapar, dan keluargamu terlihat lezat, tuan Smith " Ryan menarik keluar organ pria tersebut dan membuka maskernya .
。
。
Al terus mengikuti jejak yang ia temukan, ia menerobos hujan salju yang masih turun menutupi kota terkutuk tersebut. Sejujurnya disudut kota masih banyak pemukiman, karena disana dekat dengan perbatasan kota sebelah yang memberikan mereka akses untuk melindungi diri jika kondisi tidak memungkinkan .
Dan di sebrang kota itu pula, merupakan daerah kediaman detektif tersebut, ia membuka ponselnya dan menatap foto keluarga disana," ayah janji akan pulang " gumamnya.
DOR !
Ia tersentak begitu mendengar suara tembakan beberapa blok dari sana, ia pun langsung berlari mengejar sumber suara tersebut.
。
。
" MAMA ! " kedua anak tersebut memeluk erat sang ibu diatas kasur saat mereka mendengar suara teriakan histeris dari lantai bawah." tenanglah, papa akan melindungi kita " gumam sang ibu, mereka bisa medengar suara langkah kaki mendekati kamar tersebut, kemudian berhenti .
Tok Tok Tok..
" tolong bukakan pintunya, ini papa " terdengar suara yang sangat khas dari depan sana.
" papa ! " si bungsu langsung berlari membukakan pintu yang dikunci tersebut ,
Sret..
" Papa ! pa- "DOR !
senapan yang sama ditembakan ke arah lampu diatas dan membuat ruangan menjadi gelap gulita." No..Not Him " Ryan membuka maskernya,
" sayang, kemari ! " sang ibu menarik si bungsu tersebut ke pelukannya.
" tolong jangan..apa yang kau lakukan pada suamiku.." sang ibu memohon didepan Ryan, Ryan terdiam sesaat sembari menatap kedua anak tersebut
.
.
.
.
" tapi aku masih lapar "
.
To Be Continue ~
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT ME !
Action" Who killed them? Ohh,, it,s NOT ME! " Ryan Jhonson, adalah seorang anak laki-laki yang memiliki masa lalu yang pahit, tidak diakui oleh keluarga, dan selalu mendapat siksaan fisik maupun batin dari sang ayah karena dirinya yang selalu disebut...