Chapter : 14

3 0 0
                                    

Chapter 14 :
.
.
-Kantor Pusat Kepolisian-
   Al keluar dari bangunan besar tersebut, ia membetulkan jas hijau kebangaannya dan mulai berjalan dengan sebuah pistol yang ua sembunyikan dibalik jasnya.

' jika benar putriku bergabung dengan berandalan itu, aku takan pernah mengampuninya' batinnya lalu membiarkan kakinya membawanya kemanapun ia pergi .

.
Danau pojok Kota
Menjadi tempat favorite Ryan untuk menyendiri,ia duduk disana dan menatap pantulan cahaya bulan dari danau tersebut.
" Ana.." Gumamnya, Ia mengingat masa - masa bahagiannya bersama sang adik.
jika saja sang adik tidak mati saat kecelakaan itu terjadi, Ryan tidak akan menjadi seperti ini.

Ryan membuka masker yang menutupi separuh wajahnya.
" Adik bodoh! Kenapa kau harus mati" Gumamnya. Ia kembali teringat ketika ia menghabisi ayahnya saat malam Natal. Balas dendamnya telah terpenuhi, namun kini dirinya diselimuti rasa ketidakpuasan akan hasrat ingin membunuh. Terlebih jika sang iblis tengah menguasai dirinya, Ryan harus terus memberi tumbal manusia kepada sang iblis atas perjanjiannya untuk hidup abadi.
.
   " Sudah berapa lama ayahmu bekerja di kepolisian? " Tanya Brownies kepada Alexa yang fokus pada layar komputer.

" Kurasa sekitar Dua puluh tahun, saat aku lahirpun, ayah tak bisa menemani ibu karena ada tugas kepolisian. " Jawab Alexa.
"
" Lalu kenapa tidak ada data soal ayahmu pada informasi soal dirimu ataupun ibumu? " Tanya Brownies lagi.

" Ah, itu karena ayah tidak ingin kami ikut kedalam masalah jika suatu hari nanti dirinya terancam mati. Ngomong-ngomong, boleh aku tau nama aslimu? " Alexa menatap Brownies.

" Lee Dong Seok, jangan pernah memanggilku dengan nama itu. " Jawab Brownies singkat.

" Kurasa aku pernah mendengar nama itu di TV saat aku kecil dulu. Kalau tidak salah, mirip nama seorang pemuda yang memenangkan olimpiade segala mata pelajaran se-Korea Selatan. " Jelas Alexa semangat.

" Ya, kau sedang bicara dengan pemuda itu sekarang " Gumam Brownies sembari menyesap kopi hitamnya.

" E-eh? Kau orang itu?! Tapi kena- "

" Jangan tanya, kau hanya cukup tau aku sebagai Brownies warrior " Sela Brownies dan kembali fokus pada layar komputernya.
.
Srek.
   Ryan mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang selalu ia bawa. Ia mengeluarkan selembar foto yang sangat lusuh, disana terdapat potret seorang suami istri dengan dua orang anak yang manis, tengah tersenyum lebar didepan kamera.
' Kalian yang membuatku begini..sialan!' Batin Ryan, hanya foto tersebut yang ia punya semenjak ia kabur dari rumah beberapa tahun yang lalu.

' Kenapa aku memikirkan keluarga biadab ini, lebih baik aku berburu'
Ryan berdiri dari sana dan mengangkat pedangnya, namun ia melihat seseorang yang juga trngah menatapnya.

Itu adalah Detektif AL.

Berdiri tak jauh dari sana dengan sebuah pistol di tangannya.
Ryan tak memperdulikannya dan berjalan menjauh.

" Not Me " Gumam AL saat menatap Ryan yang beranjak. Ia pun mengikutinya, diambilnya pistol fari sakunya dan mengarahkannya ke punggung Ryan yang masih berjalan.
Saat AL hampir menarik pelatuknya, kumpulan kabut menghalangi pandangannya. Seketikapun Ryan menghilang.
" Dimana dia? " Gumam AL.

" Aku disini "
AL terdiam saat sebuau ujung pedang yang berdarah sedikit menyayat telinganya. Ia pun langsung berbalik dan mendapati Ryan yang tengah mengacungkan pedangnya.

" Akhirnya tiba waktunya untuk membinasakanmu, Iblis "

Kantor pusat Kepolisian
   Didalam ruangan pusat informasi, banyak orang temgah lalu lalang. Ada tang panik, ada juga yang tetap berusaha tenang.
Semua sedang berusaha mengatur kembali keadaan setelah data yang tengah mereka kerjakan tiba-tiba menghilang,bahkan seluruh data yang disimpan di database kepolisian.

' Hacked by Chocolate warrior :) '

Sebuah tulisan yang menyisakan tanda tanya. Siapa sebenarnya orang yang telah mengacak-acak data dari buronan negara?

" Kurasa sudah waktunya untuk memanggil 01 " Ucap salah seorang karyawan.

" Kita telah kehilangan seluruh dari database yang kita punya. Memanggil 01 adalah hal yang sia-sia jika kita tidak punya bukti apapun! " Jawab rekannya.

" Ketua AL pernah bilang padaku, jika dirinya ataupun pihak kepolisian telah gagal dalam memuru sang 'NotMe', kita harus memanggil 01. Dia adalah satu-satunya aset yang kita punya! " Jelas karyawan tersebut yang menyulut emosi rekannya.

" Kita belum gagal! Kita hanya harus menyusun kembalu seluruh data tentang buronan tersebit dan masalah selesai! " Pria muda tersebut menghela nafas.

" Jika aku dipecat hanya karena masalah ini, aku benar-benar akan meminta 01 untuk memanah mulutmu! "
.
.
   " Apa yang ingin kau ketahui tentang Ryan? " Brownies sedikit berbasa basi saat melihat Alexa yang masih meringis menahan perih di tangannya.

" Hm? Um..sepertinya aku ingin bertanya soal masa lalu Ryan " Ucap Alexa.

" baiklah. Ryan itu adalah maniak yang tergila gila dengan nafsu ingin membunuhnya, dan..ini hanya antara kau dan aku. Ryan bekerja sama dengan iblis. Sebuah perjanjian untuk hidup abadi, dengan bayaran jiwa dari orang-orang yang Ryan bunuh." Jelas Brownies.

" Perjanjian? Tapi kenapa? "

" Ryan tidak banyak cerita soal masa lalunya, tapi dia pernah bilang, kalau ia hanya melakukan perjanjian tersebut untuk membalaskan dendamnya pada sang ayah. Tapi setelah ayahnya mati,Ryan malah semakin bernafsu untuk menghabisi siapapun." Jawab Brownies, ia membetulkan kacamatanya.

" Bagaimana soal kekuatannya? Saat itu, kulihat dia berdiri didepan jendela kamarku. Tapi setelah itu dia hilang. Apa dia- "

" Oh iya, ada satu hal yang perlu kau ketahui, Ryan bisa teleport. "
Sebuah kalimat singkat dari Brownies yang cukup membuat Alexa menganga.

" Keren ! " Puji Alexa semangat yang membuat Brownies terdiam menatap jijik.

" Dan juga, dia tidak dapat melakukannya secara sembarangan." Brownies menjeda ucapannya.
"'Tiap kali ia melakukan teleport, R6an harus membayarnya dengan 1 stok jiwa yang ia punya. Jadi, jika Ryan memaksakan teleport saat dirinya benar - benar kosong, iblis didalamnya akan menggerogoti tubuhnya satu persatu, kemudian..."

"..dia akan mati? " Tebak Alexa.

" Pintar " Puji Brownies.
.
.
.
   Ryan terdiam menatap Al yang menggenggam erat pistolnya.

" Kau ingin membinasakanku dengan benda murahan itu? " Ledek Ryan.

" Aku akan bertanya satu hal.." Al membuka mulutnya
" Apa yang kau perbuat pada putriku? "
Matanya menatap kedua mata Ryan, ada sesuatu yang aneh, mata Ryan kini telah menghitam seluruhnya, berbeda saat ia pertama bertemu dengannya di malam pembunuhan yang lalu.

" Jawab aku, apa yang kau perbuat pada putriku, hingga ia nekat membunuh sepertimu?! "

Al mulai geram dengan tindakannya sendiri.

" Untuk apa aku mengambil putrimu yang tidak berharga itu? Sekalipun aku mengambilnya,ia tidak berguna untukku " Jawab Ryan, hening seketika.
Al dan Ryan saling menatap.

Srek...

DOR!!
CTANG!!

   Ryan menangkis sebuah peluru yang dilontarkan Al secara tiba-tiba, ia melihat ujung pedangnya yang sedikit retak.

" Kau melukainya ! " Geramnya, amarahnya tersulut setelah melihat goresan panjang pada pedangnya.

" Haha, kau marah hanya karna mainanmu tergores, Ryan? " Al menyiapkan kembali pelurunya.
.
.
.
To Be Continue..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOT ME  !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang