2

5.4K 396 2
                                    

Mixnine, sebuah perusahaan multinasional yang bergerak dibidang mode dan fashion.
Bangunan berlantai 10 itu terlihat begitu kokoh ditengah hiruk pikuk kesibukan kota Tokyo.

Hyuuga Hinata memarkirkan mobilnya dengan anggun. Tas tangan bermerk miliknya tergantung dengan manis dibahunya,rambutnya yang kini sudah mencapai pinggang dibiarkan tergerai dengan topi sebagai masterpiecenya.
Kaos polo putih dan celana jeans yang terkesan santai, dipadu dengan blazer warna baby pink yang manis.
Secara keseluruhan, Hinata membuat cerminan dirinya yang stylish, chic dan santai.

Daripada hells, Hinata lebih memilih sneakers putih kesayangannya.
Percayalah, sneakers akan jauh lebih aman dibandingkan hells.

Sapaan ramah dari beberapa karyawan yang bekerja ditempat ini mewarnai paginya yang cerah, Hinata membalasnya dengan tak kalah ramah, juga senyumnya yang tipis dan manis.

"Hei, Hinata."

Gadis berambut pirang bermata biru yang cantik, berteriak dan berlari kerahnya. Suara gemelotak yang ditimbulkan sepatu hells 15 cm miliknya, membuat Hinata menahan napas.
Berharap tak ada kejadian memalukan yang terjadi pada salah satu anak buah dan sahabatnya itu.

Dan yah, Yamanaka Ino yang selalu sempurna seperti biasa.
Hinata selalu heran pada sahabat pirangnya yang begitu senang dengan hells, dan kagum tentu saja.

"Ino, apa kakimu baik-baik saja ?"

Hinata menatap nanar pada hells hitan yang mengkilat itu, bisa dipastikan bahwa itu adalah koleksi baru milik sahabatnya.

Yamanaka Ino, tertawa keras sebelum menepuk bahu Hinata.
Membiarkan beberapa orang yang berada didalam lift menghela napas karena tawanya yang membeludak.

"Kau selalu mencemaskan kakiku. Tenang saja, aku sudah mengasuransikan kaki indahku ini."

Inilah salah satu hal yang membuat Hinata semakin kagum pada si pirang yang telah dikenalnya sejak kuliah itu.
Percaya diri.
Dalam keadaan apapun, Ino selalu menunjukkan kepercayaan dirinya yang mantap.

Hinata melirik sekilas pada beberapa mata yang langsung tertuju pada kaki Ino yang tak tertutup rok span hitamnya.
Berdehem keras-keras untuk menyadarkan mereka dari pikiran sesat nan kotor mengenai sahabatnya.

*
Ruangan desaign yang berada dilantai 8 itu nampak sibuk dijam sepagi ini.

"Hai, Hinata"

"Selamat pagi boss"

"Ohayou Hinata senpai,"

Dan sapaan selamat pagi yang terus bergaung begitu saja.
Berbeda dengan tempat kerja di divisi lain, ruangan ini tak ada sekat-sekat kubikel yang menjadi penghalang.

Ruangan yang cukup luas ini hanya memiliki 3 pemisah.
Ruang kerja ditengah ruangan dengan space lebar berbentuk bulat yang dikelilingi kursi-kursi pekerja, ruang jahit dibagian kanan, dan sebuah ruangan kecil yang berfungsi sebagai tempat istirahat dan loker.

Meski sebagai kepala divisi, Hinata menolak untuk memiliki ruang terpisah.
Ia ingin bekerjs dengan baik bersama timnya,berdiskusi tanpa penghalang dan mencari ide-ide segar untuk setiap desaign yang dibuat.

"Hinata, lihatlah ini," Haruno Sakura, sstu diantara 5 desaigner yang bekerja ditimnya, menunjukkan beberapa gambaran untuk karya terbaru awal musim semi.
Hinata meneliti setiap gambar dan perpaduan warnanya yang didominasi warna lembut.
Seperti peach, nude, baby pink dan sebagainya.

"Sakura, kurasa dibagian ini perpaduan warnanya kurang solid. Kita harus mengambil satu warna untuk memberi kesan tegas pada rancangan musim semi nanti."

THISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang