Hinata masih mempertahankan raut wajah datarnya saat berhadapan dengan lelaki yang beberapa minggu ini mengganggu ketenangan hidupnya.
Menyelesaikan masalah secepat mungkin akan menjadi sebuah kelegaan tersendiri."Jadi,ada apa Sabaku-san ?" Suara tenangnya menjadi awal atas sebab akibat pertemuan di jam makan siang ini.
Lelaki dihadapannya menghela napas, wajahnya terlihat lelah saat Hinata menatapnya."Jangan mengganggapku seperti orang asing, Hinata."
Dari tempatnya, Ino memberikan tatapan tajam pada lelaki yang menjadi pusat grafitasi dikantin siang ini.
Ia tidak akan membiarkan hal buruk kembali terjadi pada Hinata, tidak akan pernah dibiarkan."Lalu kau ingin aku seperti apa ?"
Meski terlihat datar saja, Hinata tak bisa memungkiri bahwa hatinya cukup tergugah melihat keseriusan Gaara. Hanya sedikit."Jika tak bisa kembali bersamaku, jadikan aku seperti Naruto."
Hinata mendecih lirih, lalu tersenyum singkat."Baiklah, Gaara-kun."
Yamanaka Ino semakin curiga saat melihat senyum kecil bermain dibibir Gaara, menimbulkan jeritan histeris dari para perempuan yang ada disana.
Cukup dengan satu senyum dari Hinata, beban dalam bahunya terasa hilang.
Tangannya terulur hendak menyentuh gadis itu, tapi gerakannya terhenti saat seseorang datang.Uchiha Sasuke nampak tidak suka dengan apa yang dilihatnya.
Sementara Hinata,sekali lagi menghela napas dengan jengah saat melihat si pengacau datang."Apa yang kau lakukan disini, sayang ?" Memutar bola matanya, Hinata memberi tatapan tajam pada Sasuke.
"Jaga bicaramu," desisnya dengan tatapan membunuh.
Sasuke malah memberi senyuman menggoda yang mampu membuat kehebohan besar dikantin siang ini."Ayo sayang, aku lapar." Dan tanpa permisi, Uchiha Sasuke meraih tangan Hinata. Menggenggamnya erat.
Pandangan itu tak luput dari pengamatan Gaara, lelaki yang kini memasang wajah stay cool itu menutupi kekesalannya yang luar biasa.
Bukan pada Hinata, tapi pada Uchiha Sasuke."Gaara, jangan ganggu gadisku lagi." Sasuke menoleh sekilas, menyeeingai saat melihat wajah kaku setan merah itu.
Hinata mencak-mencak batinnya, rasanya ingin membunuh Uchiha sialan yang membuat kehidupannya kacau.
Memilih menurut, Hinata tidak ingin membuat dirinya semakin memalukan didepan semua orang.*
Menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk yang berada didekat jendela, Hinata memilih untuk mengabaikan Uchiha Sasuke yang masih menampilkan wajah kesalnya."Kenapa membawaku kesini ?" Tanyanya setelah cukup lama hening.
Melihat smart watch yang melingkar dipergelangan tangan kirinya, Hinata merasakan perutnya yang melilit."Makan siang." Jawaban ambigu yang membuat Hinata semakin kesal,begitupun dengan perutnya yang semakin tak bisa dikompromi.
Sialan, umpatnya dalam hati.
Ia terpaksa makan siang dikantin, karena bentonya ketinggalan.
Hanya sepotong onigiri tuna dan banana milk, tentu tak akan membuat ususnya berantakan.
Tapi sekarang, ia tak bisa berkompromi lagi.Hinata sudah tidak fokus dengan apa yang dikatakan Sasuke padanya, pandangannya memburam, sebelum semuanya menjadi gelap. Hilang.
Uchiha Sasuke begitu panik saat melihat tubuh Hinata terkulai disandaran sofa, segera menghampirinya."Hinata, Hinata bangunlah." Tepukan pelan diikuti suaranya yang panik, lelaki itu berteriak memanggil sekertarisnya untuk menelpon dokter secepatnya.
Sasuke terduduk disamping Hinata, setelah meletakkan tubuh Hinata kesofa, ia tidak bisa tenang sebelum dokter keluarganya datang.
Kakashi Hatake menatap heran saat netranya menangkap Sasuke yang terus mondar mandir didepan sana.
"Ada apa Sasuke ?"
Tanyanya setelah menutup pintu. Lelaki yang biasanya minim ekspresi itu menoleh saat suara yang dikenalnya terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS
Teen FictionHanya sebuah proses yang harus dilewatinya, sebelum sampai pada hatinya.