Uchiha Sasuke berdecak kesal, melihat semua berkas dihadapannya dengan jengkel.
Wajah kakunya terlihat semakin kaku, dengan aura hitam mengelilinginya.
Bahkan suigetsu, tak bisa berbuat banyak melihat tingkah bossnya yang kekanakan.
Lelaki itu hanya berusaha menghandle agar pekerjaan mereka tak berantakan.Sasuke dan hormonnya, bagaikan seorang remaja puber yang baru mengenal cinta.
Lelaki dewasa itu terlihat begitu konyol dengan ulahnya akhir-akhir ini.
Melakukan perjalanan ke Spanyol untuk pekerjaan mereka, Sasuke hampir mengacaukan segalanya.
Hanya seminggu yang harus dilaluinya, dimana tak ada Hinata disana.
Dan lihatlah kekacaun yang disebabkan olehnya.Sasuke mengerang, frustasi.
Hinata sulit dihubunginya akhir-akhir ini, tentu saja perbedaan waktu dan juga kesibukan mereka yang sedang full.
Hinata dan timnya akan melakukan peragaan busana dalam waktu dekat ini, menggandeng brand kenamaan yang telah lama bekerja sama dengan mereka.
Tentu saja, bagian divisi desaign sedang dalam masa sibuk mereka.Sasuke mengambil ponselnya, bibirnya membentuk lengkungan tipis, hanya dengan memandang foto Hinata yang dijadikan wallpapernya saja sudah bisa membuat moodnya membaik.
Tapi, masalah lain muncul, dimana ia sangat merindukan gadisnya.*
Hyuuga Hinata menatap ponselnya, hanya menatapnya tanpa melakukan apapun.
Gadis itu meringkuk dibalik selimut hangatnya yang nyaman, hampir tengah malam dan ia masih belum bisa memejamkan mata.Sore ini, Neji berkunjung ketempatnya.
Kakaknya itu memang sedang ada urusan, lalu mampir menemui Hinata.
Tapi, Neji tidak menginap. Lelaki itu harus segera pergi setelah urusannya selesai.
Hyuuga Neji memang selalu sibuk.Lupakan tentang Neji, sekarang kembali ke Hinata.
Hinata jengkel, ia sudah menunggu telpon Sasuke seharian ini, tapi lelaki itu sama sekali tidak menghubunginya.
Hanya sebuah pesan singkat yang mengatakan bahwa lelaki itu sangat merindukannya. Konyol.
Helaan napas yang terdengar berat, Hinata seolah kembali menjadi remaja labil yang baru mengenal cinta.
Memalukan memang, bahkan tingkat moody nya mendadak naik dengan drastis.
Dimana Yamanaka Ino lebih sering mengomelinya, karena tingkah kekanakan Hinata.Lelah sendiri. Hinata meletakkan ponselnya, bibirnya merengut dan ia menenggelamkan dirinya dibalik gundukan selimut.
Air matanya menetes, tingkat kesensitifannya sedang tinggi.*
Hyuuga Hinata barusaja menyelesaikan tugas lapangannya, mengatasi beberapa masalah pada rancangan mereka.
Tangannya menggenggam sebotol air mineral dingin, menegaknya beberapa kali untuk mengusir hawa panas dalam dirinya.
Kepalanya pusing, tenggorokannya sakit, jika bukan karena pekerjaan yang menumpuk, Hinata pasti akan mengambil cuti.
Tubuhnya lelah, ia melakukan kerja rodi dalam beberapa waktu ini.Terbatuk, Hinata kembali menegak air mineralnya.
Gadis itu mengambil kursi yang ada disana, mendudukkan dirinya.
Yamanaka Ino dan yang lain masih melakukan pengecekan terhadap beberapa rancangan mereka."Hinata, sudah kubilang kau harus istirahat." Ino duduk disamping Hinata, telapak tangannya terulur untuk menyentuh kening Hinata.
Ino berdecak ketika merasakan suhu tubuh gadis itu yang semakin panas dibandingkan pagi tadi."Masih banyak pekerjaan, Ino." Keluhnya, Hinata terbatuk lagi.
Yamanaka Ino meraih kepala Hinata, membuat gadis itu bersandar dibahu Ino.
Mengelus pipi Hinata dengan sayang.Mengenal Hinata sejak dulu membuat Ino tak terlalu kaget dengan sikap keras kepala gadis itu.
Hinata tidak akan tinggal diam jika pekerjaan mereka belum usai, bahkan hampir tak peduli pada keadaan tubuhnya.
Itulah yang membuat Ino sering marah-marah pada Hinata, karens ia memang menyayangi gadis itu layaknya adik kandungnya sendiri."Jangan terlalu memaksakan diri." Katanya. Anggukan samar dibahunya menjadi jawaban atas teguran Ino.
Hyuuga Hinata benar-benar harus beristirahat kali ini.
Ia kalah, tubuhnya tidak bisa lagi berkompromi.
Hinata meringkuk, begitu dalam untuk menutupi dirinya sendiri dibalik selimut tebalnya.
Rasa sakit itu membuat kepalanya berdenyut, suhu tubuhnya meningkat dengan drastis.
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS
Teen FictionHanya sebuah proses yang harus dilewatinya, sebelum sampai pada hatinya.