Cinta sudah pergi sejak ia merasa sendiri, pasangan bukan lagi mimpinya.
Kecewa terkhianati sudah menjadi luka tak terobati.
Tak ada yang kedua, karena pria tak lagi menarik dimatanya.Hyuuga Hinata terlonjak dari tempat tidurnya, peluh membasahi wajah cantiknya yang kini nampak berantakan dengan napas ngos-ngosan.
Berdecak kesal, gadis itu mengambil botol air mineralnya, menegak hingga tandas setengahnya.
Sialan, pikirnya.Senyum getir terukir dibibirnya, sebelum menjatuhkan tubuh pada kasur empuknya.
Hinata menutup wajahnya dengan lengan.
Sejak pertemuannya dengan Gaara tempo hari, ia tidak bisa tidur nyenyak.
Selalu dihantui mimpi buruk tentang masa lalu mereka.
Sejak putus, Hinata sudah tidak lagi menyimpan barang-barang pemberian lelaki itu.Menyumbangkannya ke panti asuhan atau membakarnya. Tidak ada satupun yang tersisa.
Lalu, kenapa mimpi sialan itu kembali muncul setelah sekian lama ia bahagia dengan hidupnya.
Itu membuatnya terganggu.*
Uchiha Sasuke dan kehidupan bebas, bagaikan paket komplit yang tak bisa dipisahkam.
Seperti sekarang, setelah sekian lama tidak pulang, ia kembali berkumpul bersama teman-temannya di sebuah klub malam paling terkenal diantara pembisnis muda sepertinya.Sebut saja Nara Shikamaru, pemilik Nara Komindo. Sebuah perusahaan yang berkembang dibidang game online dan semacamnya, dengan basis terbesar di Jepang.
Namikaze Naruto, pewaris Namikaze corp.
Ada juga Sabaku Gaara, yang kebetulan sedang berada di Tokyo, mengingat temannya itu memilih mengembangkan bisnis keluarganya hingga ke Australia."Jangan pernah mendekati Sakura-chan, teme." Sasuke mendengus, melihat teman pirangnya itu yang terus memberinya peringatan untuk hal yang sama.
"Aku tidak tertarik dengan tunanganmu." Ia sudah bertemu Sakura beberapa kali. Menurutnya, gadis itu terlalu nyentrik.
"Bagaimana kalau Hinata ?"
Sabaku Gaara yang asyik dengan frozen cocktailnya sambil melihat kelantai dansa, langsung mengalihkan pandangan pada Naruto."Tidak ! Aku akan mulai mendekatinya lagi." Katanya dengan nada datar yang khas.
Tentu saja hal itu tak luput dari pendengaran Sasuke."Ckk, mendokusai. Jangan merepotkanku lagi." Shikamaru yang berwajah malas adalah pemandangan paling lumrah diantara mereka.
Sudah cukup bagi Shikamaru, mendapat getah akibat ulah calon adik iparnya itu.
Membuat sicantik Yamanaka Ino menghajarnya tanpa ampun, lalu mendiamkannya dua bulan penuh, membuatnya seperti orang asing.Tapi Gaara hanya tersenyum miring, membuat Shikamaru kesal.
Sasuke hanya diam seperti orang bodoh, ia tidak mengerti arah pembicaraan ketiga temannya itu.
Sekaligus mengabaikan perempuan-perempuan berbaju kurang bahan yang masih mengerumuninya.
Jengah ! Sasuke merasa muak dengan perempuan semacam itu, dan tentu saja tidak tertarik pada mereka.Ia memiliki standarnya sendiri untuk mencari perempuan yang bisa memuaskan hasratnya.
Bukan sembarang jalang yang biasa berkeliaran diklub seperti ini."Kau pergi terlalu lama teme, sampai tidak tahu kalau setan merah ini membuat Hinataku patah hati."
Sasuke tidak peduli pada hal itu. Tapi ia sedikit panasaran, bagaimana Hinata bisa membuat seorang Gaara terpesona sampai seperti itu.
Gadis itu pasti memiliki sesuatu yang sangat menarik, pikirnya.*
Sama seperti hari-hari biasanya, Hinata menjalani rutinitas monoton yang membosankan.
Aroma pahit manis dari kopi yang berpadu dengan susu dan krimer membuatnya merasa rileks.
Hinata butuh tambahan kafein untuk membantunya tetap bisa berpikir jernih, setidaknya dengan begitu ia bisa menciptakan banyak hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS
Teen FictionHanya sebuah proses yang harus dilewatinya, sebelum sampai pada hatinya.