Chapter 2

13.5K 426 1
                                    

ANYA POV

Malam ini diadakan pesta keluarga Tjakrawinara di ballroom hotel. Dan semua karyawan dikerahkan untuk tetap berada di hotel untuk memastikan pesta keluarga pemilik hotel ini tidak kurang satu apapun.

Yak hari pertamaku dan aku lembur! Tidak ada keluh kesah tentang itu. Harapanku hanya ingin menjadi pegawai tetap disini. Apapun akan kulakukan!.

Aku berdiri sigap disudut ruangan, walaupun sebenarnya pekerjaanku sudah selesai, aku harus bersiap bila ada staf lain yang memerlukan bantuan untuk hidangan.

Seketika fokusku blur persekian detik. Yah CEO Tampan yang tadi pagi kutemui memasuki pintu utama ballroom. tubuh tingginya Lewat tepat didepanku, kali ini dia tidak menoleh kepadaku. Hah...yah tentu saja siapa aku?.

"Logika kita akan menyelamatkan dari reaksi melongo" aku mengulang kata-kata gita dikepalaku.

Yah... he's out of the reach, apalagi dengan wujud tampannya yang semakin menjadi-jadi kali ini. High quality tailor suit berwarna marun yang terlihat sangat cocok melekat ditubuh tegapnya. namun kali ini matanya terlihat berbeda. Terlihat resah. Dia seperti sedang mencari seseorang.

Keresahan dimatanya mengundang rasa keingintahuanku. Entah kenapa tubuhku ikut bergerak mengikutinya.

Damn Anya! Apa yang kamu lakukan?!. Menguntit CEO dihari pertama bekerja?
Great!.

Entahlah...aku memaksa akal sehatku bekerja tapi tidak bisa. Daya tariknya begitu kuat, ada apa denganku? Yang terpenting ada apa dalam dirinya yang membuatku ingin mengenalnya.

Langkah lelaki itu pun terhenti, matanya seperti memberi isyarat kepada seorang wanita cantik yang sedang duduk di bar untuk mengikutinya. Wanita cantik itu pun mengangguk pelan. Aku buru-buru berbalik agar tak terlihat. Setelah suasana aman. Aku mulai mengikuti arah keduanya pergi.

Anya! Bangun! untuk apa kamu mengikuti pasangan itu pergi. Mungkin mereka memang sepasang kekasih? Wanita itu begitu cantik..kulit putih terawatnya, tubuh sintalnya yang sangat cocok bersanding disamping lelaki setampan Radit. lalu aku? Untuk apa aku mengikuti mereka? Berharap ada secercah harapan?.

Tiba-tiba langkah mereka terhenti, dan masuk ke sebuah ruangan. Pintunya tak tertutup rapat aku masih bisa mendengar suara mereka dari depan ruangan. Apakah aku yakin aku mau mendengarkan percakapan mereka? Bagaimana kalau mereka tidak hanya bercakap-cakap tapi...

Ah sudahlah....

Aku merekatkan punggungku didinding ruangan ,berdiri sedekat mungkin dengan celah pintu yang terbuka.

"Ver? Kenapa kamu mengambil keputusan itu?" terdengar suara Radit bergema keseluruh ruangan.

"Radit..."

"Kenapa kamu memilih Randi?! Kamu gak cinta dia?" Kemarahan terdengar jelas dalam suara Radit. Siapa wanita ini? Apakah Radit mencintainya?

Terdengar isakan tangis wanita itu "ya...tapi... Radit...menikah bukan hanya cinta"

"Shit..." Radit mengumpat keras.
"Apa cuma karena dia pewaris utama keluargaku? Jadi kamu memilih Randi?"

"Bukan...Radit...kamu tau aku dijodohkan dengan Randi oleh keluarga"

"Dan kamu tidak menolak?!"

Kemudian sunyi... hanya tersisa suara isakan tangis wanita itu.

"Aku cinta kamu Ver...." suara Radit kali ini terdengar lirih. Pernyataan singkatnya itu seketika menghancurkan hatiku.

Ya Tuhan...apa yang aku pikirkan? Aku berharap apa? Tentu saja mereka saling mencintai.mereka selevel dan lagi sangat serasi.

Isak tangis wanita itu semakin keras "hhhh....ma...mafkan aku Dit..."

"Aku cinta kamu, Ver... dan kamu juga mencintaiku! Kenapa bisa secepat ini kamu berubah?"

Setitik air mata tak terasa menetes di sudut mataku.

"Ra...radit...ma...maafin aku...."

"Kenapa kamu tak menginginkanku lagi?" Suara Radit terdengar semakin habis. Seperti menahan kepedihan mendalam.

"Ma..maaf...aku...aku gak bisa..."

Ucapan lirih wanita itu kemudian disusul dengan suara highheels yang beradu dilantai. Wanita itu akan keluar ruangan!.

Dengan sigap aku mencari dinding terdekat untuk bersembunyi. Perlahan aku mengintip dari balik dinding, wanita itu terlihat kacau, matanya sembab dengan air mata yang deras mengalir. Beberapa kali Ia menghela nafas dan menghapus air matanya dengan tisu, kemudian kembali berjalan ke ruangan ballroom.

Nafasku tercekat ketika Radit terdengar membuka pintu ruangan. Buru2 aku menyembunyikan diri kembali. Kali ini aku tidak berani mengintip. Aku mengatur nafas dari balik dinding.

"Saya tahu kamu disitu!"

Suara Radit mengguncangkan seluruh syaraf di otakku. Aku tak yakin dia berbicara padaku.

"Keluar...saya tau kamu mengikuti saya sejak tadi!"

Yah....sepertinya aku ketahuan. Selamat Anya! Kamu akan kehilangan pekerjaanmu!

Perlahan aku menampakkan diriku sambil menunduk "Ummm...maaf Pak Radit..."

Mata Radit tampak dingin dan acuh, sedangkan jantungku berdetak tak karuan.

"Hummm...ya...ya...kamu dengar semua?"

Aku mengangguk pelan "maaf Pak...saya..."

"Heh...sudahlah..saya gak peduli...saya memang menyedihkan...wanita yang saya cintai malam ini bertunangan dengan Kakak saya" senyum sinis terlihat dibibirnya.

Aku berdiri kikuk tak yakin apa yang baik untuk dikatakan , maaf? Nasehat untuk tegar?

"Sudahlah...kamu asisten chef yang baru kan?"

Aku mengangguk kembali

"Tunjukkan dimana kalian menyimpan champange...rasanya saya butuh menghabiskan semua"

"Ba...baik..pak..."

Dengan langkah kecilku aku berusaha mengikuti langkah cepat Radit. Ia tampak sangat kacau. Mata coklatnya yang terang tampak redup, beberapa kali Ia mengusap keningnya. Rasanya bila membantu ingin sekali aku memeluknya. Aku tak ingin melihatnya begitu kacau.




Do I Love You? (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang