Assalamualaikum, sesuai janji kalau view sudah mencapai 1k bakalan saya up.
Happy baca semuanya.
Cek typo please!
Jangan lupa beri dukungan ya.
************************************Haru. Satu kata yang mewakili perasaan Ilham kini. Lega luar biasa. Asanya terijabah. Lelaki tiga puluh enam tahun itu menghembuskan napas perlahan, usai mengucap lantunan sakral pengikat cinta atas nama Yang Maha Kuasa. Raganya telah di sini, bersama kekasih halal.
Taklik akad baru saja diucap satu jam lalu. Tidak ada yang meriah. Hanya dia duduk berhadapan dengan penghulu, dua saksi nikah serta wali hakim dan beberapa keluarga dekat. Sang mempelai perempuan berada jauh saat ijab terlaksana. Sekarang statusnya berganti. Dia seorang pemimpin pada laju bahteranya. Seperti qalam Allah yang terdapat dalam Alquran.
"Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh kerana Allah telah melebihkan sebagian mereka (lelaki) atas sebagian yang lain (wanita), dan kerana mereka (lelaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka".(An-Nissa':34)
Ilham masih setia dengan geming, dalam dekap ada sang ratu hati yang terisak. Terkejut. Tidak percaya jika yang berikrar taklik atas namanya adalah Ilham.
Satu tangan lelaki itu mengusap bahu Fazhura Althafunissa-sang istri. Masih agak canggung. Pelbagai rasa menginvansi keduanya. Gugup, bercampur buncah bahagia. Malu dan canggung dengan status baru.
Dibiarkan Fazhura menghabiskan sisa tangis, agar sang istri merasa lega. Kalau boleh jujur, Ilham tidak mau sampai melihat Fazha meneteskan airmata. Apa lacur, semua di luar kendali. Keduanya sempat menemui beberapa aral sebelum sampai di titik ini. Sempat mengira bahwa yang akan mengucapkan akad bukanlah Ilham, wajar jika Fazha kaget serta tidak siap dengan keadaan sekarang.
Bahu Fazha masih naik-turun menghalau isakan. Memberanikan diri mengangkat wajah untuk pertama kali memandang Ilham dari jarak sedekat ini.
"Hei, Istri Unyu, sudah ya. Nangis terus dari tadi," bisik Ilham, tangannya menghapus wajah sembab Fazha.
"Ammi kenapa jahat! Ammi tega sama Fazha." rutuk Fazha.
Ilham mengurai dekapan. Menangkup tangannya membingkai wajah Fazha. Kembali tangan kekar itu mengusap lembut kedua pipi Fazha, sejurus salah tangannya menyentuh ubun-ubun dan satunya terangkat menengadah. Bibir Ilham merapal doa kebaikan serta keberkahan untuk sang istri dan diaminkan Fazha dalam hati. Usai dengan lantunan doa, Ilham kembali mendaratkan kecupan di kening Fazha.
"Maafin Ammi, sudah membuat kamu menangis lagi."
Fazha menggeleng. Memejamkan mata sejenak, Smsejurus ganti dia mendaratkan bibirnya di kening Ilham yang kini telah sah menjadi suaminya. Senyum terbit dari kedua sudut bibir Fazha.
"Jangan marah lagi, ya, Ponakan Unyu. Eh, bukan lagi. Sekarang udah ganti, jadi istri unyu."
Fazha membalas dengan tawa kecil. Sudah jauh lebih tenang dibanding tadi. Wajah polos tanpa make up dan kini berhias mata sembab serta hidung memerah karena tangis. Fazha merapal hamdalah sejenak. Angannya terbayar lunas. Harapnya diijabah Allah. Bahagia meruangi hati. Ilham Al Insani, satu nama yang diharap menyebut namanya dalam taklik itu telah menjadi nyata.
Masih menawan ingatan, bagaimana dia bisa sedemikian jatuh ke dalam pesona lelaki itu.Tidak perlu memiliki wajah setampan Nabi Yusuf A.S. yang mampu mendebarkan jutaan gadis untuk membuatnya terpikat. Tidak juga seperti Abu Darda yang selalu menghujani sang istri dengan kata-kata cinta. Akhlak dan Iman serta tanggung jawabnya sudah cukup menawan hati Fazhura. Lelaki yang terdidik indah, sudah pasti akan membawanya pada bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Tuhan Merestui Cinta Kita (Published by AksaraPlus)
Spiritual©Hak Cipta dilindungi Allah Swt. Ilham Al Insani telah menapaki babak kehidupan baru. Dua kali gagal menyatukan asa, siapa sangka kalau Tuhan menyatukannya dengan sosok yang tak asing dalam kehidupannya. Dan, Ketika Tuhan merestui cinta mereka dal...