Bersenandung kecil, Fazha takdzim memotong sayuran kecil-kecil. Ada buncis, wortel juga kentang. Rencananya Fazha ingin memasak sup sayur ditambah potongan iga sapi. Kebetulan kemarin Ilham pulang kantor membawa satu kresek besar belanjaan. Ada daging ayam fillet, sayur, serta keperluan dapur lainnya.
Padahal siangnya sepulang ngampus Fazhura sudah belanja lumayan banyak, tapi Ilham menambahi. Lelaki itu bilang ingin makan sup iga dan sambal bawang yang pedas.
Fazha sibuk memasukkan potongan sayur ke dalam air kaldu yang mendidih. Juga menambahkan potongan iga yang sebelumnya telah dipresto lebih dulu. Melirik jam di tangan, masih pukul enam lebih lima menit. Setelah ini selesei Fazhura akan bersiap-siap, mandi, sarapan bersama Ilham dan berangkat ke kampus.
Rutinitas baru yang mengasyikkan bagi Fazha. Dia sudah tidak kaget dengan kegiatan rumah tangga, seperti bangun subuh, turun ke dapur bakda shalat subuh, atau membuatkan Ilham kopi dan cemilan. Seperti pagi ini, secangkir kopi dan sepiring pisang goreng sudah tersaji menemani lelaki itu membaca portal berita online.
Fazha merapal hamdalah saat semua makanan sudah tersaji di atas meja makan. Sup iga yang masih mengepulkan asap panas, lalu semangkuk gorengan emping belinjo, dan juga sambal bawang. Tidak ketinggalan tempe dan tahu goreng.
"Ammi, Fazha mau mandi dulu. Sarapannya udah siap di meja kalau Ammi mau duluan makan," titah Fazha saat melewati ruang televisi tempat Ilham duduk saat ini.
"Nanti aja Sayang, bareng kamu. Masa iya udah punya istri masih makan sendiri. Enggak asyik dong." Kelakar Ilham.
Tiga puluh menit Fazha telah kembali dengan tampilan lebih segar. Gamis berwarna nude dipadu Khimar berwarna navy, Fazha terlihat cantik dan manis. Ekor mata Fazha membeliak saat menyaksikan Ilham malah masih asyik rebahan di sofa dengan gawai di tangan, "Ammi kok belum siap-siap sih?"
"Eh, iya, bentaran. Ini lagi baca berita yang viral, soal demo RUU."
"Udah sih, bantu doa aja. Enggak usah ikut-ikutan latah berkomentar Ammi. Tau sendiri kan, netijen jaman now itu gampang tersulut."
"Ya lagian siapa yang koment, Ammi cuma baca aja kok. Salut sama adik-adik mahasiswa yang berani dan lantang menyuarakan aspirasi rakyat."
"Nah, kalau Fazha yang ikutan demo gimana Ammi?"
"Jangan macam-macam kamu ya. Enggak ada demo-demoan. Pulang ngampus langsung pulang."
Fazha terkikik melihat ekspresi Ilham yang mencak-mencak, " Aku ikutan demi nanti ya."
"Fazhura Althafunissa! Dengerin kalau suaminya ngomong. Jangan ikut-ikutan demo lho ya."
"Iya, enggak ish, aku demonya di hati Ammi aja. Ammi ini, siap-siap sana, nanti kena macet lho."
Ilham mengangguk kemudian menyeret langkah ke kamar. Sembari menunggu Ilham siap-siap, Fazhura menata bekal untuk makan siang suaminya nanti di kantor. Sudah beberapa hari ini Ilham merengek minta dibawakan bekal untuk makans siang. Dia bilang lebih enak masakan Fazha daripada beli di kantin. Fazha tidak keberatan, malah dia senang karena berkutat di dapur merupakan salah satu hobinya sejak dulu.
"Ammi....!" Fazha setengah histeris melihat Ilham muncul di ruang makan. Lelaki itu bergeming.
"Apasih Istri Unyu, bikin kaget aja."
"Munduran dikit sih Ammi!" Seru Fazha dengan kedua mata menatap serius pada Ilham.
Ilham yang belum paham maksud Fazha menurut. Lelaki itu menyeret kaki beberapa langkah ke belakang sembari ekor matanya melirik Fazha dengan tatapan bingung, "Kenapa sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Tuhan Merestui Cinta Kita (Published by AksaraPlus)
Spiritual©Hak Cipta dilindungi Allah Swt. Ilham Al Insani telah menapaki babak kehidupan baru. Dua kali gagal menyatukan asa, siapa sangka kalau Tuhan menyatukannya dengan sosok yang tak asing dalam kehidupannya. Dan, Ketika Tuhan merestui cinta mereka dal...