🌧Chapter 01

2.5K 361 25
                                    

"Ah, jadi begitu." Chan mengangguk mengerti sembari menyajikan kopi pesanan Hyunjin. "Jadi kalian pertama akrab karena hujan deras di halte sekolah."

Jeongin menganggukkan kepalanya antusias selesai menyesap cokelat panas kesukaannya, "Benar sekali, Kak! Aku dan Kak Hyunjin akrab karena hujan, kami berpisah disaat hujan dan dipertemukan kembali pula oleh hujan. Bukankah ini seperti cerita-cerita dalam novel?"

Chan dan Hyunjin terkekeh melihat tingkah Jeongin yang masih sangat menggemaskan, meskipun waktu empat tahun telah berlalu. Ini sudah sekitar beberapa minggu setelah Jeongin kembali bertemu dengan Hyunjin di Busan, dan kali ini Hyunjin nekat mengajak Jeongin pergi ke Seoul. Tentu Jeongin menerima dengan senang hati, toh dia juga rindu pada Chan dan yang lainnya.

"Kalau dijadikan novel akan sangat bagus," sahut Minho bertopang dagu, mengingat masa-masa saat hatinya masih mencintai Yang Jeongin.

Mata Jisung membelalak, "dan menjadikanku sebagai tokoh antagonis? Tidak! Aku tidak setuju! Itu akan jadi novel yang sangat buruk!"

Minho terkekeh. Lama-kelamaan ia memang merasakan bahwa Han Jisung memang cocok dengan dirinya, menggantikan hadirnya Jeongin di hati Minho sebelumnya.

Chan menatap dua pasangan sekaligus para sahabatnya tersebut. Melihat mereka, membuatnya merindukan seseorang. Seseorang yang kini mungkin sedang tidak bisa ia temui karena alasan tertentu. Ah, Chan jadi galau sendiri.

"Kau kenapa? Sendu sekali?" Tanya Woojin membuyarkan lamunan Chan.

"Ah! A-aku? Aku k-kenapa?" Lelaki yang pernah tinggal di Australia tersebut mendadak linglung.

"Ada masalah apa, Kak?" Jeongin bertanya, khawatir pada kakak sepupunya tersebut.

"Tidak apa-apa. Hehe! Kalian tenang saja," katanya tersenyum hingga matanya menyipit.

Namun beberapa detik selanjutnya, lelaki berkulit pucat itu kembali merenung. Ada sejuta memori bermunculan dalam ingatannya, tinggal menunggu proyektor masa lalu memutarkan tiap detik memori tersebut.

"Aku pamit pergi dulu," ujar Minho memecah keheningan.

"Diluar hujan, apa kau yakin akan pulang sekarang?" Tanya Hyunjin.

Minho mengangguk, "tentu saja. Ayo, Jisung!"

Jisung mengangguk, kemudian berjalan mengekori Minho keluar dari kafe, menembus hujan deras di luar sana untuk ke mobil mereka di parkiran kafe.

Chan membuang napas, pikirannya sedang tidak sinkron dengan pembicaraan Woojin, Hyunjin, dan Jeongin yang sedang bercakap tentang masa-masa Jeongin dan Hyunjin masih SMA.

Ah, tiap kali teringat masa lalu, Chan merasa ia harus memperbaiki apa yang telah terjadi di masa lalunya.

"Chan, kau baik-baik saja bukan?" Woojin menepuk bahu kawan baiknya itu.

"Aku tidak apa-apa," jawabnya beranjak dari posisinya di belakang meja bar kafe miliknya dan berjalan menuju ke pintu kaca kafe.

"Kau yakin?"

Memandang sendu rintik hujan yang menghujam semakin deras di luar sana, Chan kembali terbawa nostalgia. Kemudian dia berbalik, menatap ketiga temannya yang kini tengah bercengkerama.

"Hey, akan kuceritakan sebuah kisah pada kalian!" Katanya mendekati Woojin, Hyunjin, dan Jeongin.

"Cerita apa, Kak?"

"Sebuah kisah dimana aku dan dia bertemu."

Kini lelaki berkulit pucat itu memulai ceritanya pada Jeongin dan Hyunjin, sedangkan Woojin hanya mengulas senyum tipis, sebab ia tahu bahwa setelah ini proyektor masa lalu akan memutarkan sebuah kisah masa lalu mereka.






To be continued...


a/n:

Welcome to chapter 1❤

Hope you like this story seperti kalian menyukai versi hyunjeong ❤

See you in next chapter

Cloudburst | chanminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang