Tak ada badai yang tak berlalu.
Lantas kapan semua ini berakhir?
Kapan waktu bergerak menuju masa kebahagiaanku?
Aku lelah.
Sungguh.
Kutanya langit, mereka hanya membasahiku dengan tetesan hujan yang makin menjatuhkanku pada kenestapaan.
Kutanya tanah, mereka seolah menertawaiku dan berkata 'Kembalilah ke sini. Kami menunggumu.'
Aku berpikir, apakah ini waktu akhirku di dunia?
Harusnya segalanya berakhir sampai disini?
Benarkah memang lebih baik aku pergi begitu saja tanpa meninggalkan apa-apa?
Lalu setelah aku tiada, apakah akan ada yang berubah?
Belum tentu setelah kutinggalkan dunia yang fana ini, kudapatkan kebahagiaan lain dalam liang lahat kubur.
Kini kututup kedua mataku sembari merenungkan semuanya.
Apakah dalam penciptaanku, Tuhan lupa memberikan tenggat masa kebahagiaan?
Ataukah memang belum waktunya aku tuk mencapai ke sana? Atau sudah ditakdirkan bagiku tuk jalani hidup yang hanya penuh duka lara dan kehampaan pilu menyiksa?
Tak ada ketenangan, kedamaian, dan pelukan yang mampu menyelamatkanku.
Benar, aku merasa tak berharga juga tak berarti..
.
."Patah, lelah, pecah.
Seperti itu definisinya.
Lantas pantaskah jika itu kujadikan tujuan memperpanjang hidupku sekali lagi?
Menikmati setiap alur penderitaanku, sembari mencari jalan menuju pulang.
Pulang menuju suatu rumah yang kuimpikan.
Yang entah kapan kudapatkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tidak Tahu✔
Poetry"Aku hancur, dan mungkin saja... kamu juga." Mereka bilang Tuhan adil dalam memberikan luka, jadi apa kamu turut merasakannya? Beritahu aku, karena aku tidak tahu. [P.S : Kamu tidak akan pernah menduga isinya hingga kamu membacanya.] Rank 14 di #per...