1 - Universitas Stohess

729 69 7
                                    

Hall Universitas Stohess dipenuhi ratusan orang untuk melihat dan mendengarkan seorang pengusaha muda yang tergolong tampan dan mapan berbicara tentang bisnis.

'membosankan'—itulah yang dipikirkan pemuda berkulit tan berambut brunette—Eren Jaeger.

Mahasiswa tingkat awal itu tengah mengamati seseorang yang sedang berada di tengah panggung dari pintu dekat pintu keluar hall. Ia membaca tentang biografi orang didepannya. Jujur,  ia sangat bosan dan tidak suka mendengarkan bualan tentang bisnis dan ekonomi. Eren Jaeger lebih senang membaca ketimbang memperhatikan orang yg sedang 'membual' itu.

Waktu terus berlalu, dan acara yang diisi oleh CEO muda pun telah usai. Jalur keluar dipenuhi oleh lautan manusia yang berebut tanda tangan dan para gadis yang terus meneriakan namanya itu. Wajar saja, ia  termasuk dalam 5 pengusaha yang sukses di usia belia mereka.  Selain itu, ia juga memiliki wajah yang rupawan namun terlihat garang bersamaan. Tentu hal tersebut membuat banyak kaum hawa berebut, mengejar, dan mengidolakannya. Namun, satu hal yang menjadi kekurangannya. Ia memiliki tinggi yang dibawah rata-rata pria Eropa pada umumnya.

Flash dari beberapa kamera mulai menyambar untuk mendapatkan gambar sang CEO. Waktu ini lah tugas—Eren—dimulai. Tugas mewawancarai CEO untuk club surat kabar universitas.

Atas nama Club Surat Kabar Universitas Stohess, Eren masuk menemui si pengusaha di ruangan khusus yang disediakan untuk nya. Dengan sedikit rasa gugup Eren memberanikan diri mengetuk pintu.

"Excuse me, Sir!" Eren membuka pintu menemui Levi Ackerman untuk ia wawancarai.

Susana sangat canggung. Tak ada suara dan hanya ada keramaian pikiran negatif di otak Eren. Pria didepannya ini begitu datar memandang Eren yang penuh peluh di pelipisnya ini.

Dengan suara bergetar yang dipaksakan tegas, Eren angkat bicara, "Saya, Eren Jaeger dari klub surat kabar. Saya datang menemui anda dengan tujuan wawancara untuk kepentingan surat kabar. Dimana nanti kami akan memasukan Sir Levi pada surat kabar kami." jelas Eren panjang lebar dan hanya dijawab dengan pandangan datar. Benar-benar rasanya ingin Eren mutilasi seketika orang dihadapannya yang begitu menjengkelkan itu.

"Sebelumnya, boleh kah saya mewawancarai anda untuk kepentingan klub dan universitas kami?" Eren memandang lekat mata biru-keabuan dihadapannya yang empunya masih diam.

Canggung—menjengkelkan—bodoh—mati kau—itulah hal yang terus berputar di otak Eren tanpa henti. Karena tak ada respon dari lawan bicaranya.

-glek
Levi Ackerman bangkit dari kursi dan berjalam menuju samping pemuda brunette "kau boleh mewawancaraiku namun tidak saat ini. Aku ada rapat penting setelah ini." dengan reflek Eren membuat ekspresi yang bisa diartikan bingung, emosi, kecewa. Bisa-bisanya lawan bicaranya mempermainkannya. Ingin ia mempraktikan jurus kung-fu dari Kung-Fu Panda pada pria yang berdiri di hadapannya.

"Kau akan mewawancaraiku pada Rabu tanggal 2," lalu pria pendek di hadapanya memberikan sebuah kartu pengenal.

Mitras hill, Oceanside st. 24.
-Levi Ackerman, Ackerman inc.

"datanglah ke tempat itu bila ingin tugasmu selesai. " lanjut sang Ackerman dengan sedikit sarkasme.

Setelah mengatakan itu, ia berjalan keluar meninggalkan Eren yang masih bingung menelan hal ini.

"Ah! Terima kasih Sir. Aku akan datang besok." Eren berterima kasih dengan semangat dan Levi tidak menanggapinya.

Segala rasa bercampur aduk. Antara emosi menghadapi CEO muda tersebut dan senang mendapat izin pun mengisi perasaan Eren. Tetapi, ia masih bingung bagaimana esok ia menghadapi orang se-unik Levi untuk ia wawancarai. Perlukah ia membawa salah satu rekan untuk ia ajak? Entahlah, mungkin ia bisa memikirkannya nanti.

***

#540words

Vote dan coment dungs.. Biar semangat nulis.
Maaf kalo berantakan, namanya juga belajar. Kritik dan saran boleh kok :*:)

Happy reading!
Don't forget to be good and do good..

-Nyamuksalto, 23/2-'19

Meet You ; RiRen [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang