Manis

41 27 16
                                    

Mereka tidak takut kehilanganku, sebab aku memang tidak pernah hilang. Mereka tidak takut ditinggalkan olehku, sebab aku memang tidak pernah meninggalkan
-dudukbercerita-
●●●

   "Ngerjain tugasnya dirumah aku aja yuk?" Seru dona setelah selesai mengemasi alat tulisnya yang tadi berantakan di atas meja. Tugas yang Dona maksud itu tugas kelompok yang dosen tugaskan untuk membuat suatu sistem informasi dengan tema bebas. Untungnya pemilihan kelompoknya bebas menentukan sendiri dan secara otomatis kami pasti berempat. Iya aku, Dona, Aldo dan Khamis.

   Setelah sepakat akan mengerjakan tugas di rumah Dona, kami bergegas berjalan agar tak banyak waktu yang terbuang sia-sia. Jangan tanya kenapa kami berjalan, alasan kuat pertama karena kebetulan rumah Dona itu takjauh dari kampus. Selain itu Dona dan aku tidak membawa kendaraan yang mengharuskan kami setiap pulang kuliah selalu berjalan. Seperti yang saat ini kami lakukan.

   Jalan menuju rumah Dona memang tidak terlalu jauh tetapi mengharuskan kami untuk melewati beberapa gedung-gedung dan bengkel-bengkel jurusan lain seperti bengkel teknik mesin. Yang saat ini di depannya terdapat banyak pohon buah sedang yang ditongkrongi oleh mahasiswa-mahasiswa kurang kerjaan. Dan ada beberapa mahasiswi disana yang juga ikut berkumpul yang sepertinya salah satu darinya aku kenali. Dan itulah yang harus kami lewati karena memang tak ada pilihan lain.

Setelah cukup dekat ternyata dugaanku benar. Salah satu mahasiswi itu adalah teman ekskulku saat SMA. Panggil saja Chasya. Aku dan Chasya cukup dekat saat di ekskul terlebih saat dia dan aku merupakan Ketua dan Wakil dari ekskul tersebut. Dia ketua dan aku wakilnya.

   "Eh ipahh. Mau kemana nihh? Udah lama banget lho kita gak ketemu. Kamu kenapa udah jarang banget ke tempat biasa anak-anak latian?" Cerocos Chasya saat tepat berhadapan denganku. Aku terpaksa menghentikan langkahku untuk sekedar berbincang sebentar dengannya karena sejujurnya aku juga merindukan rekanku yang seperti dirinya.

Dan dengan sangat pengertian teman kelompokku tadi memilih untuk duduk di salah satu bangku yang ada di depan bengkel itu. Mereka menungguku. Mungkin mereka tau aku perlu melepas rindu. Haha dasar aku.

"Ehh Chasyaaa. Aduhh banget nihh. Udah lama banget gakliat kamu. Maklum nih sibuk hehe. Sekarang aja mau ngerjain tugas kelompok ini." Balasku dengan semangat pada Chasya yang sedang memelototi temannya yang dari tadi sudah menggodaku.

"Chasya temen kamu cantik. Kenalin dong" "Manis lagi senyumnya aduhhh" "Eh temennya Chasya. Nama kamu siapa?" Dan masih banyak lagi teriakan mereka yang membuatku merutuki diri karena memilih berhenti dan mengobrol dengan Chasya tepat di dekat pohon tongkrongan itu.

"Namanya Alifah. Udah diem kalian jangan pada godain temen aku. Kasian tu dia mukanya udah merah" Teriak Chasya pada temannya yang sedari tadi menggodaku. Dan sekarang Chasya ikut menggodaku. Astaga Chasya memang tidak pernah berubah. Masih jadi cewek tomboy yang bodo amat.

"Maapin temen aku ya pah. Emang gitu tu. Maklumlah jarang liat cewek. Sekalinya liat cewek ya gini. Apalagi ceweknya kayak kamu pah. Hahaha" Ucap Chasya padaku yang sudah cengar cengir daritadi.

"Santai kali Chas. Aku ngerti tuh jurusan kamu tuh mayoritasnya cowok. Udah dulu ya Chas kasian temen aku nunggu lama nanti. Kapan-kapan kita ketemu lagi ya" ucapku santai seraya tersenyum sekilas dan berlalu menghampiri ketiga temanku yang juga sedang asik tertawa. Pasti Dona yang memberi lawakan. Karena memang cuma dia yang mudah mencairkan suasana.

"Eh pah udah selesai ngelepas ngobrolnya? " tanya Dona seraya tersenyum. "Tau nih lama banget" protes Khamis yang seperti biasa. Suka sekali berdebat denganku. "Ya maap. Abisnya udah lama sih aku gak ketemu dia" balasku merasa bersalah membuat mereka menunggu lama.

"Sudahlah. Daripada tengkar mending lanjut jalan lagi mumpung masih mendung belum hujan" Aldo lah yang selalu menjadi penengah jika ada perdebatan baik antara aku dan Khamis ataupun antara Khamis dan Dona.

Sambil berjalan aku menyapa kembali Chasya yang tersenyum manis padaku "Duluan ya Chas".
"Iya pah. Tiati." Balas chasya yang membuatku juga ikut tersenyum mendengarnya.

"Ma sya Allah. Senyum temen Chasya manis banget" "Alifah coba noleh ke aku. Terus senyum. Mau liat lebih jelas lagi nih" teriak salah satu teman Chasya yang entah kenapa malah membuatku reflek menolehkan kepala dan kembali tersenyum dengan manis.

"Woooo alifah senyum ke aku nih. Manis banget. Jadi pengen cepet-cepet dihalalin" teriaknya lagi yang sudah samar terdengar olehku dan lagi-lagi membuatku tersenyum.

"Bahagia banget kayaknya pah digodain anak teknik mesin. Daritadi ga berenti senyum" Sindir Khamis yang membuatku mendatarkan kembali ekspresi mukaku yang memang sedari tadi tak berhenti tersenyum.

.  .  .

   "Yeayyyy selesaiiii" Teriakku heboh karena senang telah menyelesaikan tugas kelompok yang membuatku menunda untuk tidur siang. Aku ingin segera pulang dan berbaring di kasurku yang selalu membuat nyaman.

   "Yeyeee bisa pulangg. Aku pulang duluan nih kalo kalian belom mau. Gapapa kan?" Tanyaku pada Aldo dan Khamis yang mendapat anggukan dari mereka secara bersamaan.

  Aku bergegas naik ke motor ojek online yang sedari tadi sudah aku pesan menggunakan salah satu aplikasi pintar karya anak bangsa setelah berpamitan pada orangtua Dona dan ketiga temanku tadi.

. .

   "Wah leganyaaaa" Gumamku sendiri seraya berbaring di kasur empuk kesayanganku dan memandang langit-langit kamar yang menampakkan keindahan langit pada malam hari. "Hari ini cukup menarik" Aku terlelap setelah mengucap beberapa kata yang menggambarkan isi hatiku hari ini.

Story Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang