Ketemu dia?

6 3 5
                                    

Sayang ya bilang
Gabisa bilang ya tunjukin
Gabisa tunjukin yaudah artinya ga sayang
-dudukbercerita-

"Nih bang, kembaliannya ambil aja" ujarku pada abang ojek online yang baru saja sampai mengantarku ke kampus tepat di jurusanku.

"Makasih ya dek" jawabnya

"Eh dek" Teriak abang ojek yang membuatku menoleh dan melihat ke arah abang ojek tersebut

"Helmnyaa.." Teriak abang ojek lagi yang membuatkuu..

"Ohiyaa. Ya ampun. Maap banget ya bang. Kelupaan hehe" Tuturku malu karena banyak mahasiswa dan mahasiswi yang melihat.

Aku langsung berjalan cepat menuju kelas karena sudah tidak tahan lagi menahan malu di pagi hari.
"Aduhh masih pagi udah malu-maluin aja diriku ini" Gerutuku seperti drama-drama yang biasa muncul di TV.

Gubrakk!!!!
Dona melempar tasnya ke atas kursi lalu duduk dengan raut wajah yang kuduga sedang tidak baik-baik saja.

Tanya gak ya? Tapi nanti salah. Akunya yang dimarahin. Yaudah deh tunggu dia cerita sendiri aja. Pikirku karena was-was sama garangnya dona kalo lagi marah.

"Huaaaaaa" teriak dona. Membuat seisi kelas langsung heboh dan membalas teriakan dona.

"Apasih don?"

"Kenapa lo? Teriak gajelas"

Aku juga ikut bertanya hanya saja tidak berteriak seperti teman kelas lainnya. Dengan pelan dan was-was aku bertanya
"Don, kamu kenapa?"

Diem.

"Ayokk. Cerita lo. Ada apa? Diem aja mana bisa tau ni kita" balas khamis dengan gemas karena dona diam saja.

"Gue bingung. Gue tengkar sama dava. Dia sibuk main game teruss. Gue ditinggal ngegame terusss. Bosen gue. Apa gue putus aja kali ya?" Cerocos dona.

"Duh kok putus?" Jawabku bingung.

"Iya putus aja udah. Gausah pacaran biar gak sakit hati" Balas khamis yang emang gak pernah izinin kita buat pacaran.

"Apasih lo? Seneng banget lo gue putus? Yaudah gue gak akan putus kalo gitu. Biar lo gak seneng!!!" Balas dona dengan penuh emosi. Gue bingung dongg harus gimana.

Cklek. Pintu terbuka
"Selamat pagi!" Sapa dosen yang baru masuk kelas.

Alhamdulillah pikirku seraya mengusap dada yang dari tadi berdendang seru.

...

"Huh akhirnya" Aldo menghela nafas lega karena telah menyelesaikan mata kuliah pertama hari ini.

"Kantin yuuk!!" Seruku.

"Gass" jawab khamis

"Dona sama aldo? Gimana? Ayoklaa" paksaku kepada dona dan aldo.

Akhirnya dona dengan lemas mengikuti kemauanku untuk ke kantin bersama. Sedangkan aldo, dia memilih untuk tetap berada di kelas.

...

"Baksonya enak ya?" Tanya khamis.

"Baksonya emg enak. Tp kayaknya ini kamu yang laper deh. Makan daritadi buru-buru banget" Cerocosku yang aneh melihat khamis makan terburu-buru. Bahkan aku pikir dia gak baca doa dulu itu.

"Permisi. Boleh ikut gabung disini?"

"Iya. Boleh" jawabku. Yang kemudian menoleh dan tertegun karena yang duduk disebelahku ternyata si tuan bermata indah.

Duh. Degdeg. Tp seneng.

Di kantin ini memang memiliki banyak meja dan kursi panjang. Sehingga bisa untuk di duduki 10 sampai 12 orang. Kebetulan kami memang hanya berempat. Mereka juga sekitar 6 orang. Aku tidak terlalu melihat karena gugup. Mungkin itulah yang menjadikan alasan mereka untuk duduk bergabung bersama kami di meja ini.

"Itu baksonya beli dimana ya kalo boleh tau?" Tanya teman si tuan bermata indah

"Oh ini ada di warung no. 6. Yang itu" jawab dona seraya menunjuk salah satu warung di kantin yang menjual bakso yang tadinya kami beli.

"Oke terima kasih." Jawabnya

Khamis tidak peduli dengan mereka yang ikut bergabung dan terus melahap baksonya. Ya namanya juga lelaki ya. Bodo amat gitu kan.

...

Setelah melahap habis bakso yang tadi dipesan. Aku hendak langsung kembali ke kelas. Sebelum itu aku akan membayar tagihan baksonya terlebih dahulu

"Gak ada yang mau jajan lagi kan? Balik yuk?" Tanyaku pada khamis dan dona. Yang langsung diangguki mereka.

"Oke kalian duluan aja. Kasih aja uang kalian ke aku. Biar aku yang bayar"

Dona dan khamis pun segera berlalu setelah memberi uang untuk membayar bakso yang tadi kita makan.

Tunggu. Pergelangan tanganku. Ditahan. Digenggam. Dia. OH MY GOD, JANTUNGKU. Aku bener bingung ini kenapa?

"Duduk dulu" ujarnya singkat

"Iya?" Jawabku yang kemudian kembali duduk.

"Nama kamu?" Tanyanya lagi dengan singkat.

"Alifah adelia. Bisa ifah. Bisa adel" jawabku gugup. Bener-bener gugup sampai aku merasa bahwa tubuhku sudah begitu tegang. Lebay banget iya reaksi tubuhku

"Oke. Alif ya? Aku wijay. Kita sering papasan. Tau aku?" Jelasnya yang membuatku terkejut karena pertama dia bicara dengan lantang dan panjang. Kedua dia tau aku? Oh my god apa lagi ini

"Eh ifah bukan alif. iya? Duhh aku gatau. Maaf ya" jawabku berbohong karena takut dan malu kalo bilang iya tau.

"Alif Mau temenan? Nomor whatsapp alif?" Tanyanya yang lagi membuatku terkejut. Kali ini sampai sesak susah bernafas.

"Ahh? Iya? Ohh? Iya? Iya boleh. Ini nomor whatsappku" jawabku gagap seraya menunjukkan ponselku yang sudah tertera nomor whatsappku.

"Makasih. Nanti aku chat ya" ujar wijay

"Ehemm...!"

"Jayy"

"Wijayy. Biasanya kamu diem. Kenapa kamu hari ini baik banget? Biasanya mulut kamu itu tidak berguna? Wahwah"

"Wijay mendapat hidayah. Alhamdulillah"

"Itu ifah wijay bukan alif"

Seru teman-teman si tuan bermata indah yang sekarang aku ketahui bernama wijay.

"Hmm. Aku duluan ya" ujarku mengarah ke wijay dan teman-temannya seraya tersenyum. Lalu pergi berlalu.

...

Aku seneng banget hari ini. Ucapku dalam hati seraya tersenyum menatap bulan di malam hari yang seolah mengerti suasana hatiku.

Maaf ya baru bisa update cerita sekarang🙏
Terima kasih telah membaca:)
Terima kasih atas dukungannya
Jangan lupa vote dan comment ya
Semoga hari kalian menyenangkan...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang