Chapter 2: The Past

35 3 0
                                    

HUJAN berhenti ketika jam 4 sore. Ya, aku memilih untuk tetap di rumah dan melupakan sekolah hari ini. Aku pun bersiap untuk berangkat kerja. Pekerjaanku adalah sebagai karyawan di toko kue dan roti setiap malam.....kadang-kadang. Hanya pada malam tertentu. Hmm...ya, setidaknya gajinya cukuplah untuk biaya hidupku.

Ketika pertama kali bekerja di toko itu, aku selalu berpikir,

Kenapa hidupku berubah seperti ini? Tidak adil.

Mungkin alasan utamanya adalah karena aku sudah kehilangan orang tuaku dan bosku yang sensitif dari toko itu (-_-). Paman Joseph selalu bertanya kepada diriku bahwa apakah aku akan baik-baik saja atau tidak. Aku menjawab,

"Tidak apa-apa. Terima kasih karena selalu mendukungku. Aku baik-baik saja."

Aku pun berbohong padanya.

Aku tidak ingin terlalu membebaninya. Dia sudah sangat baik hati kepadaku. Tentu saja aku tidak ingin membebaninya atau membuatnya kecewa. Tapi...tidak dengan bibiku atau istrinya yang mengerikan, Brenda. Ini adalah alasan utama mengapa aku tidak ingin tinggal bersama paman Joseph.

Dia sangat berbeda dengan paman. Sangat ganas. Aku tidak tahu mengapa, mungkin dia membenciku...atau dia sempat ingin membunuhku.

Ketika orang tuaku mengalami kecelakaan mobil, aku hanyalah bocah kecil ingusan dan lugu saat itu. Dan paman datang kepadaku dengan wajah panik dan air mata di matanya yang terlalu basah, yang membuatku ingin menangis juga. Dia berkata,

"Harry.....hiks.... Ku...kuharap...kamu bisa menerima ini. Kedua orang tuamu mengalami kecelakaan. Ada truk yang  melindas mobil mereka karena pengemudinya mengantuk. Hiks....mereka tidak selamat. Kamu harus menjadi anak yang kuat, ok ... "

Pada hari itu, orang tuaku ingin pergi kerja ke luar kota hanya untuk beberapa hari. Karena ada urusan mendadak. Tetapi, itu semua seketika berubah.

Aku sempat berpikir tega sekali kehidupan ini. Seenaknya saja merubah alur kehidupan orang. Dasar kejam!

Paman mengatakan kalau mereka sudah meninggal dunia, di depan diriku dan dia masih bisa tersenyum untuk menenangkan diriku. Mungkin dia mengira aku hanya anak kecil yang masih belum tahu apa-apa. Hah! Sebenarnya tidak seperti itu! Pada hari itu, aku hanya ingin berteriak. Semuanya tidak tahu apa yang ada di dalam hatiku ini. Bagaimana dengan ekspresi bibiku? Dia tidak peduli, mungkin karena dia punya masalah dengan keluargaku. Apapun itu aku tidak tahu apa yang membuatnya membenci keluarga  kami. Setelah hari itu, aku tinggal bersama paman. Bibiku seperti monster bagiku. Aku rasa dia lebih buruk dari ibu tiri. Ketika aku melakukan sedikit kesalahan saja, dia akan menggunakan rotan untuk memukulku. Marah padaku.

Bahkan, jika suasana hatinya sedang buruk dan aku mengatakan sesuatu kepadanya seperti "bibi kenapa sedih?", dia juga akan memukulku dengan rotan. Mungkin untuk melampiaskan amarahnya.

AWWHH.....tanganku!.....Aku tidak boleh menangis. Jika menangis dia akan lebih marah lagi. Tapi, yaa namanya juga anak kecil. Mana mungkin tidak menangis. Diolok-olok aja nangis.

Paman hampir bercerai dengannya karena hal ini. Tetapi, aku selalu berkata, "aku baik-baik saja", karena semua yang aku inginkan hanyalah kedamaian. Hmm ya...setelah dipikir lagi, dulu aku sangat bodoh ya.

Itu sebabnya ketika aku berusia 15 tahun, aku memutuskan untuk pindah. Tinggal di rumah lama ku, ketika orang tuaku masih hidup. Tetapi, sekarang aku sendirian. Itu tidak masalah. Aku tidak tahan lagi dengan bibiku. Tapi, paman, walau aku telah mengalami hal seperti ini, dia selalu mendukungku.

"Itu terserah kamu, Harry. Ini hidupmu. Pilih saja yang kamu inginkan dalam hidup ini. Kamu boleh melakukan apapun yang berguna untukmu. Hadapilah sesuatu yang baru dalam hidupmu. Supaya ada pengalaman."

Jika kalian ingin membuat hidup kalian terasa damai, kalian harus siap mengambil risiko dan jangan melihat ke masa lalu. Tapi, gunakan masa lalu itu sebagai pengalaman di masa depan. Puji syukur, hingga saat ini, umurku yang sudah 17 tahun, aku masih baik-baik saja walaupun sendirian.

Hmmm, aku rasa cukup sudah aku merenung, lupakan itu. Aku harus pergi bekerja malam ini.

*Toko

"Oh, hai Harry! Kukira kamu akan terlambat lagi. Hehe..."

"Tidak mungkin, Lily. Aku tidak selalu terlambat, kau tahu."

Dia Lily. Dia juga seorang karyawan di sini. Kami telah menghabiskan waktu yang cukup lama bersama di toko ini. Tentang kehidupannya, hampir sama seperti aku, ayahnya sudah meninggal. Aku tidak tahu kenapa. Dia tidak ingin membicarakannya. Kehidupannya tidak begitu bagus, terutama soal ekonomi. Dan ibunya, aku tidak percaya ibunya lari dari kenyataan dan menikah lagi dengan pria yang lebih kaya. Lily ditinggalkan sendiri.

Kenyataan memang sesuatu yang paling pahit.

Tapi, Lily selalu bersyukur atas segala hal dalam hidupnya...ditambah lagi dia juga cantik dengan rambut cokelatnya yang panjang. Hmm, aku harus belajar darinya tentang kehidupan ini, bagaimana menjadi orang yang berterima kasih atas segalanya, meskipun hidupmu hampir sama seperti neraka. Hehe...

*****

Not Long with Kitto [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang