Chapter 5: The Signs

19 2 0
                                    

TAK terasa hari sudah menjelang malam. Tidur ku kuat juga ya. Dari pagi sampai sekarang. Ketahuan sekali aku ini kurang kerjaan (-_-).

Mungkin lebih baik kurang kerjaan daripada kurang ajar. Ya. Aku tidak mau menjadi anak seperti itu.

Kitto ternyata tidur di lantai sebelah ranjang. Aku tidur, dia ikut tidur juga rupanya.

Oh iya, aku harus memberi Kitto makan.

Aku pun bersiap-siap untuk belanja ke supermarket yang juga jaraknya tidak jauh dari sini. Inilah alasan mengapa sepertinya aku tidak membutuhkan motor atau sepeda untuk pergi ke mana-mana. Karena lingkungan yang strategis.

Berbeda dengan tetangga di sekitar rumah ku. Jika aku perhatikan, hampir semua rumah punya motor. Dan, ada yang punya mobil. Termasuk keluarga Chester. Bisa terlihat mana rumah yang ekonominya lancar dan yang tidak [(-_-) yang tidak itu aku rasa rumah ku].

Tidak apa. Walaupun sederhana, yang penting masih dapat ditinggali.

"Kitto aku mau ke supermarket untuk beli daging ya. Jangan nakal di rumah."

Kitto pun mengibaskan ekornya yang berbulu tebal itu. Aku rasa dia mulai mengerti apa yang ku ucapkan. Aku pun keluar dengan perasaan sedikit bimbang.

Ku harap Kitto tidak memecahkan tv, piring atau semacamnya.

Sesampainya di supermarket, aku membeli beberapa daging dan bahan makanan. Mungkin aku akan membeli....daging ayam mentah untuk Kitto.

Anjing Husky biasanya makan daging kan?

Karena ragu, aku tidak jadi membeli daging untuk Kitto, menggantinya dengan makanan anjing. Aku berbohong pada anjing. Sebelumnya aku berkata akan beli daging untuknya. Hah...sudahlah. Daripada takut salah.

Untung supermarket di sini lengkap ya.

Aku pun bergegas untuk kembali ke rumah.

Saat berjalan dengan suhu yang semakin dingin dan suasana yang sudah mulai gelap, dari kejauhan, aku melihat seperti ada anak kecil. Aku pun mencoba untuk mendekatinya. Ternyata, gadis kecil yang sedang menangis. Suasana sepi, tidak ada siapa-siapa kecuali kami.

"Hei, ada apa?" aku pun mencoba untuk bertanya.

"Hiks...ibu gak ada.....hiks..." jawab gadis itu.

"Ohhh.......hei, sudah. Berhentilah menangis." Aku pun mengeluarkan cokelat yang aku beli di supermarket.

"Uhmmm, mau cokelat?"
Setidaknya untuk membuatnya berhenti menangis. Yaa, gadis itu pun mulai tenang.

Tiba-tiba, ada mobil yang berhenti di pinggir jalan. Seorang wanita turun dari mobil dan menghampiri kami.

PLAKKK!!

Apa-apaan ini....aku ditampar....
Rasanya pedas, bercampur dengan amarah.

"Lina??? Syukurlah ketemu. Ibu pikir kamu hilang nak! Kenapa kamu gak ikut naik ke mobil tadi? Ayo cepat kita pulang. Dan kau! Beraninya kau mau menculik anakku. Tak akan ku biarkan!!" kata wanita tua yang menjengkelkan itu.

"Ta...tapi Bu......" anak gadis itu berusaha memberitahu.

Aku pun menjelaskan,

"Ta-tapi, barusan aku hanya ingin membantunya."

"ALASAN!!! Sudah! Cukup. Ayo kita pulang, Lina."
Wanita itu pun pergi meninggalkan ku.

Menyebalkan ya. Kalau tahu akan seperti ini, aku tidak akan pernah berniat untuk menghampiri anak itu. Biarkan saja anak itu hilang karena diculik. Supaya ibunya tambah panik mencarinya.

Rasa sebal, jengkel, dengan amarah yang panas masih aku rasakan dan bercampur jadi satu.

Keterlaluan! Dasar tidak adil! Bajingan!

Setelah kupikir, aku rasa Chester benar. Untuk apa aku membantu orang lain. Belum tentu mereka membantu kita yang sudah pernah membantu bahkan ingin berniat membantu sekalipun. Dan terlebih lagi aku rasa aku benci menjadi dewasa.

Aku sudah melihat banyak sekali orang dewasa, yang sering sekali salah paham seperti kejadian tadi!

Tapi....terkadang, hidup memang seperti itu.

Sudahlah....lebih baik aku segera pulang. Ampun dah, hari ini saja sudah kacau. Bagaimana hari esok (-_-).

Kejadian tadi ingin aku lupakan, tapi apalah daya semakin ingin ku lupakan, semakin besar rasa dendam ku. Tidak dapat ku lupakan.

Akhirnya, aku pun pulang dengan hati yang masih panas. Kitto sedang menunggu ku rupanya. Sebenarnya ini semua salah Kitto. Aku pun berkata pada anjing itu,

"Huhh....Kitto...ini semua salah mu. Coba tadi aku tidak ke supermarket untuk beli makanan anjing. Pipiku pasti tidak akan merah seperti ini!! Duh....masih pedas lagi."

Kitto hanya menggonggong.

Hmmm, lagi-lagi aku bertingkah bodoh ya.

Kitto hanya hewan. Mereka kan tidak tahu apa-apa. Lagipula, memang ibu tadi yang salah paham. Mau bagaimana lagi. Aku menjelaskan, dia tidak mau mendengar. Mengapa aku justru menyalahkan anjing??

Wajar, masih emosi (-_-).

Aku pun mengambil piring bekas untuk tempat makan Kitto dari rak. Hmm, berdebu sekali. Aku mencucinya terlebih dahulu.

Saat aku memberinya makan, Kitto makan dengan lahap sekali.

"Hehe...kamu sangat lapar ya. Untung aku sudah siapkan stok untukmu." kata ku sambil mengelus Kitto dengan bulunya yang tidak membuatku bosan untuk mengelusnya. Ternyata, dia tidak seburuk yang kupikirkan.

Jujur sebenarnya aku tidak terlalu suka anjing dari kecil. Aku masih ingat bokongku pernah digigit anjing peliharaan kami dulu saat aku masih kecil. Aku mencoba untuk bermain dengan anjing itu, dengan menarik ekornya. Sesuatu yang tidak begitu menyenangkan terjadi. Aku dikejar dan anjing itu mengigit bokong ku. Masa lalu yang kurang bahagia.

Ibu berusaha untuk melepaskan gigitannya waktu itu. Untuk lukanya tidak terlalu parah, dan beruntungnya lagi, aku tidak terkena rabies.

Haha...kalau dipikir lagi, lucu juga ya masa kecilku.

Aku pun membereskan semuanya setelah Kitto selesai makan.

*10:30 PM

Hari semakin larut malam. Aku pun bersiap untuk tidur.

Tiba-tiba, aku merasa sangat panas di sekujur tubuhku. Sangat....sangat panas. Mataku berkunang-kunang.

Hidungku langsung mengeluarkan darah.

Mimisan???

Aku terkejut dan sangat ketakutan. Aku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkannya.

Astaga...darahnya tidak mau berhenti keluar.... Kepalaku...pusing. Dadaku sesak!Kenapa sangat panas di sini...? Aku...harus baringan.

Tetapi...tubuhku langsung kaku.

Ahh, kakiku....sepertinya keram....

Oh, Tuhan....tolonglah...

Aku tidak bisa berteriak minta tolong. Rasanya otak ku seperti tidak mampu memerintah diriku untuk berteriak.

Sakit....sakit sekali. Aku pun terjatuh saat ingin masuk ke kamar ku. Tambah sakit. Siksaan apa ini.........
Kitto, hanya bisa menggonggong. Tetapi, entah kenapa, suaranya semakin menghilang dan menghilang.

Tolonglah....siapa saja...aku sudah tidak tahan lagi.

*****

Not Long with Kitto [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang