Co❤ [00]

5.2K 276 6
                                    


Disclaimer : Masashi Kishimoto

Sakura menatap sendu pantulan dirinya di dalam cermin yang ada didepannya saat ini. Pandangannya kosong dan hampa. Dia mengelus perut berbalut gaun pengantin yang dikenakannya saat ini, sedikit buncit. "Nak, apa yang harus ibu lakukan? apa ibu salah menerima pernikahan ini? beri tau ibu, sayang". Monolognya dengan air mata yang jatuh di pipinya untuk kesekian kalinya.

'Tok Tok Tok'

"Sakura-chan, sudah waktunya acara pemberkatan dimulai, sayang. Jangan buat calon suamimu dan para tamu juga pendeta menunggu lama di gereja. Ayo, ayah sudah menunggumu," pintu kamar diketuk diiringi dengan suara wanita paruh baya memanggil namanya membuat lamunan Sakura buyar seketika.

"Iya, ibu. Aku sudah siap," jawabnya sembari mengusap air mata di pipinya.

"Kamu menangis, nak? tidak baik menangis di hari bahagiamu ini. Tersenyumlah, lihat riasanmu jadi rusak. Sini ibu perbaiki make-up kamu, lihat itu belepotan. Harusnya kamu bahagia bukan malah menangis seperti ini," oceh Mebuki Haruno ibu Sakura.

Wajar saja ibunya mengoceh seperti itu karena Mebuki Haruno tidak tahu sama sekali dengan apa yang dirasakan Sakura putrinya dengan pernikahan ini.

Sungguh.
Sakura dilema antara melaksanakan pernikahan itu atau dia kabur saja. Seharusnya dia memang bahagia hari ini, di hari pernikahannya. Hari yang ditunggu-tunggunya. Tapi bukan dengan pria yang akan dinikahinya saat ini. Melainkan menikah dan bahagia dengan pria terkasihnya, raja di hatinya hingga saat ini.

Namun sayang. Itu semua hanya angan-angan belaka. Mimpi tinggallah mimpi.

Pria yang sangat ia cintai, pria yang menanamkan benih dirahimnya hingga menghasilkan kehidupan lain dalam perutnya, yang dengan teganya pergi meninggalkannya dan calon bayi mereka.

Tapi siapa yang hendak dia salahkan?
Pria itu pergi bukan karena berkhianat dan selingkuh dengan perempuan lain. Pria itu pergi juga bukan karena sudah tidak mencintai dirinya. Pergi bukan karena kemauan pria itu juga. Dia pergi karena masa kontraknya di dunia ini telah habis.

'Gaara-kun, apa kamu melihatku disini? Aku harus bagaimana? Kenapa kamu meninggalkanku, Gaara?' batin Sakura pilu.

.

.

.

.

Dengan mengenakan tuxedo putih tulang, Sasuke berdiri tegap di altar sebuah gereja di kota Konoha.

Raut wajahnya datar-datar saja. Pernikahan ini harus terlaksana hari ini juga. Dia berdiri di sini, itu karena keputusannya. Hanya ini satu-satunya cara yang harus dia ambil untuk menyelamatkan Sakura yang berkali-kali melakukan percobaan bunuh diri karena malu menanggung aib.
Aib karena hamil di luar nikah.

Seharusnya bukan dirinya yang berada di sini saat ini. Tapi apa hendak dikata, sahabatnya memberikan tanggungjawab untuk menjaga Sakura dan calon bayi mereka, setidaknya sampai bayi itu lahir dan berusia satu tahun.

Ya.
Sampai bayi yang dikandung Sakura lahir dan berusia satu tahun, maka dia dan Sakura akan berterus terang kepada orang tua Sakura tentang semua yang mereka tutupi saat ini dan bagaimana pernikahan tanpa landasan rasa cinta itu terlaksana. Sehingga dia dan Sakura bercerai tanpa hambatan nantinya.

Sasuke yang merasa berhutang budi kepada sang sahabat, tak kuasa menolak amanat itu. Gaara meminta Sasuke hanya menjaga Sakura, bukan untuk menikahi apa lagi mencintai wanita itu. Tapi bagaimana caranya menjaga Sakura dan calon bayi yang ada dalam kandungan wanita itu, jika ia tidak menikahinya.

Lagi pula, undangan pernikahan Gaara dan Sakura sudah disebar. Namun naas, Gaara pergi dua hari sebelum hari pernikahan tiba.

Jadilah Sasuke mengisi tempat yang seharusnya ditempati oleh Gaara, berdiri di altar mendampingi wanita rapuh itu. Sakura.

Pada awalnya Sakura memang menolak usulan Sasuke untuk menikahinya yang berarti Sasuke adalah pengganti Gaara. Sakura tidak ingin membawa Sasuke terlibat dalam masalah yang dihadapinya saat ini.

Tapi mendengar alasan Sasuke menikahinya tak lain karena ingin menyelamatkannya dan keluarganya dari aib karena hamil tanpa suami. Apa kata orang lain nanti?

Karena orang tua Gaara juga menyetujui usulan itu, sehingga Sakura tak ada pilihan lain selain menerimanya, meskipun Sasuke--lah yang dikorbankan disini.

'Maafkan aku Sasuke-kun. Maafkan keegoisanku'

Dan pernikahan itu--pun terlaksana bagaimana semestinya. Lancar tanpa ada hambatan yang tak berarti. Sakura dan Sasuke bersikap seolah-olah mereka bahagia dengan pernikahan itu. Semua tertutupi dengan baik dan rapi. Pernikahan yang semu.

================================

Hiaaahh...fic sebelah dianggurin malah buat fic baru....#huhu, yang penting senang 😂😂

Jika ada yang merasa alur fic ini familar, ya saia mengakui kalau fic ini saia buat karena terinspirasi dari sebuah novel yang pernah saia baca. Tapi lupa tahun kapan dan dimana itu saia baca...hahaha #plaakkkk

Dasar gaje....

Choice Of Heart✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang