Sakura duduk termenung di tepi ranjang dengan kepala menunduk. Sedih.Pesta dan resepsi pernikahannya dengan Sasuke telah selesai digelar sejak satu jam yang lalu.
Sasuke sendiri saat ini sedang mandi di kamar mandi yang ada di dalam kamar Sakura di kediaman Haruno.
Mereka tinggal di kediaman Haruno setidaknya untuk beberapa hari kedepan. Karena pernikahan mereka memang dilaksanakan di kediaman Haruno, dengan semua biaya ditanggung oleh keluarga Sabaku, orang tua Gaara.
Hati Sakura gundah gulana. Apa yang harus dia lakukan di malam pertamanya menikah dengan pria itu? jika itu Gaara, pria yang dicintainya sepenuh hati, mungkin suasana tidak akan seperti ini.
"Sakura, kamu tidak mandi? Setidaknya ganti bajumu lalu istirahat, ini sudah larut malam. Tidak baik untuk kesehatanmu dan juga janinmu kalau tidur terlalu malam. Kamu tidurlah di ranjang. Aku tidur di sofa saja."
Sakura tersentak dari lamunannya ketika Sasuke memperingatkannya untuk mandi dan istirahat. Entah sejak kapan Sasuke keluar dari kamar mandi yang saat ini sudah mengenakan piamanya. Dan...
"Kenapa Sasuke-kun tidur di sofa? Ak..aku tidak apa-apa jika kita tidur satu ranjang. Tidur di sofa akan membuatmu tidak nyaman. Bukankah ini malam pertama pernikahan kita? Aku tidak masalah jika kamu meminta hakmu sebagai suami. Anggap saja sebagai ucapan terimakasihku karena kamu sudah menolongku, melepaskanku dari aib meskipun kutau kamu terpaksa melakukan itu," ujar Sakura menatap lurus manik kelam Sasuke.
"Apa yang kamu bicarakan, Sakura. Sudahlah, tidak usah membahas masalah itu. Aku tidak akan menyentuhmu karena aku tidak ingin menodai janin yang ada di dalam rahimmu. Itu milik Gaara dan selamanya akan tetap seperti itu. Aku hanya memberinya status saat dia lahir nanti. Aku tidak berniat untuk bertindak lebih. Dan setelah dia berusia satu tahun, kita akan berpisah dan aku akan tetap menyantuni kalian sekalipun aku menemukan cinta sejatiku dan membangun rumah tangga nantinya. Itu perjanjiannya sebelum kita melaksanakan pernikahan 'bohongan' ini~kan?" terang Sasuke panjang lebar.
"Iya, Sasuke-kun. Aku tau. Aku menawarkan itu karena ingin berterimakasih kepadamu. Bukan karena ada maksud lain. Aku tidak akan menuntutmu lebih jika kau melakukannya. Aku juga tidak akan menahanmu untuk tidak meninggalkanku nanti jika masa perjanjian kita selesai. Itu hakmu sebagai suamiku sekalipun hanya bohongan," balas Sakura mencoba meyakinkan Sasuke.
"Dan aku tidak akan melanggar sumpahku kepada Gaara. Aku bersumpah dimakamnya untuk tidak menyentuhmu dan menodai calon bayi kalian. Tolong Sakura, jangan begini. Aku menuntut hakku sebagai suami, itu kalau aku sudah menemukan istri yang benar-benar aku cintai dan mencintaiku, cinta sejatiku nantinya. Kuharap kamu mengerti. Kamu istirahatlah, aku keluar sebentar," setelah berkata demikian, Sasuke keluar dari kamar untuk meringankan beban pikirannya.
Sakura meremat gaun pengantinnya dengan perasaan campur aduk. Antara sedih, kesal dan kecewa. Bolehkah ia berharap Sasuke akan mencintainya nanti sehingga pernikahan mereka akan tetap langgeng? Bolehkah ia meminta kepada Tuhan agar dirinya saja yang akan menjadi cinta sejati Sasuke? Menjadi istri masa depan pria itu, hingga akhir hayat?
Bolehkah ia egois atas kefrustasiannya karena ditinggal Gaara, calon suaminya yang kini telah tiada?
Bolehkah ia berharap kepada Sasuke untuk selalu mendampinginya?
Bolehkah?
"Hiks..hikss..Gaara-kun, kamu dimana? tolong aku. Aku tidak sanggup menghadapi ini sendirian. Tolong berbisiklah kepada Sasuke agar selalu bersamaku. Gaara-kun...hikss...apakah permintaanku ini begitu sulit? hiks..hiks...."
Sepeninggal Sasuke, tangis Sakura--pun pecah dalam keheningan malam yang semakin larut.
~~•~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Choice Of Heart✔
FanfictionPair : SASUFEMNARU Dia menikahi wanita itu bukan karena atas dasar cinta. Tapi karena pesan terakhir sang sahabat untuk menjaga wanita calon istrinya yang saat ini sedang hamil. Seharusnya sahabatnyalah yang berdiri di altar mendampingi wanita berna...