30 Juli 2018
Gelap
Sunyi
Begitu menyiksa
Tak ada suara apapun
Dia menjerit, lelaki itu menjerit seolah merasakan sakit yang begitu menyayat hatinya. Ia mengacak surainya begitu kasar, menarik- narik bajunya berharap rasa sakit itu akan menghilang. Ia mengerang kesakitan dengan siluet luka dalam matanya, dan juga bayangan masalalu yang tiba- tiba terlintas dalam benaknya.
Lelaki itu kembali tenang, menatap pada kerlipan cahaya lampu malam dipusat kota. Memandanginya dengan tatapan yang begitu sendu dan juga tangisan yang pilu. Ia hanya termenung, membiarkan cahaya apapun memasuki pupil matanya.
Ia memeluk tubuhnya sendiri, menyembunyikan wajahnya pada kakinya yang ditekuk, menyembunyikannya walau tak ada yang melihat. Hanya ada pantulan dirinya pada kaca besar dengan pemandangan malam yang kembali membuat erangan tangisnya begitu kencang.
Lelaki itu kembali mengacak surainya begitu kasar, bersamaan dengan isak tangis yang terdengar begitu menyiksa. Penyesalan selalu menghampirinya, memeluk dirinya setiap malam. Membuat lelaki itu tersiksa terlalu dalam.
Mata hazel itu kembali menangkap siluet masa lalu yang begitu ia sesalkan, masa lalu yang begitu menyakitkan, masa lalu yang begitu pedih, masa lalu yang begitu membuatnya merasa ingin mati saat itu juga, hal itu kembali membuat pemilik mata hazel yang indah itu kembali menangis begitu kencang beserta dengan isakannya yang begitu pilu.
Lelaki itu kembali terdiam, kemudian tangan yang begitu kurus itu mencoba untuk meraih sebuah botol bir dimeja bulat dihadapannya, ia sedikit mengangkat tubuhnya itu --dan tangan kurus yang begitu pucat itu berhasil meraihnya.
PRAK
Namun, botol bir itu kembali terjatuh mengenai lantai dibawahnya, lantai yang bahkan tak lgi tertutupi oleh karpet tebal disekelilingnya. Begitu banyak pecahan dibalik meja dan juga sofa besar itu, yang berarti dapat melukai lelaki itu kapan saja ketika dirinya menjatuhkan kakinya disana.
Tatapannya begitu kosong dan begitu sembab, dengan siluet kepedihan dan penyesalan yang begitu menyeruak melalui kontak matanya. Dirinya kembali mengangkat tubuhnya yang tadi terjatuh pada sofa itu, mencoba untuk kembali meraih botol bir dihadapannya dan kemudian dengan cepat ia meneguknya dengan cepat menyisakan seperempat air didalamnya dan kembali menjatuhkan tubuhnya pada sofa besar itu, seolah dirinya sudah tidak lagi memiliki tenaga yang tersisa.
Lelaki itu meneguk nya lagi, lagi dan lagi, hingga menyisakan setetes bir yang bahkan sudah tak dapat ia rasakan lagi jika tetesan itu melalui tenggorokannya yang selalu terasa begitu kering. Lelaki itu menenggelamkan wajahnya pada kaki yang tertekuk, menggenggam dengan asal bir itu di udara.
PRAK
Botol bir itu kembali terjatuh, namun lelaki itu masih menyembunyikan wajahnya disana yang seperti nya begitu merah karena terlalu banyak meminum bir yang sudah menjadi temannya sejak beberapa hari yang lalu. Lelaki itu mengangkat pandangannya, menatap sekeliling ruangan dalam penthousenya itu yang begitu minimalis. Kemudian ia menatap setiap inchi lantai ruangan ini, yang bahkan tikus pun tak ingin masuk kedalamnya.
Dirinya tertawa samar entah karena apa, terlihat begitu frustasi hingga membuat dirinya begitu berantakan dengan bau alkohol yang begitu menyelimuti tubuhnya. Lelaki itu merasa tak bisa lagi berpikir, pikirannya begitu kosong karena terlalu banyak masa lalu dan juga rasa penyesalan yang menumpuk disana, membuat dirinya ingin menutup segala ingatan itu. Ia kemudian menatap sebuah bingkai besar yang terjatuh kelantai hingga membuatnya terpecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RADIO DIMENSION [TAEKOOK X MINYOON]
Romance[SELESAI] Radio itu memutarkan sebuah lagu untukku, lalu-- membuat jiwaku menghilang .. GENRE SHOUNEN AI BUKAN YAOI. FANTASI