Taehyung melangkahkan kakinya menghampiri Jimin yang bahkan masih setia memejamkan matanya, entah sahabatnya itu tertidur atau sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya begitu hanyut. Ia kemudian duduk disana, lalu menyodorkan minuman hangat tanpa suara.
Jimin membuka matanya ketika merasa ada sesuatu yang hangat dihadapannya. Ia membulatkan matanya sempurna, terkejut mendapati sahabatnya yang kini ada disampingnya itu, sedangkan Taehyung memberikan gesture pada Jimin agar mengambil minuman yang masih ada pada genggamannya.
Jimin mengerutkan dahinya, lalu meraih minuman hangat dari sahabatnya itu. Taehyung tersenyum begitu hangat, lalu mengalihkan pandangannya pada jalanan disana sambil meminum kopi nya yang hangat.
"Taehyung-ah? Kau baik- baik saja?" ucap Jimin begitu hati- hati mengingat ini baru berjalan 5 hari setelah kematian Jungkook, dan Jimin masih ingat bagaimana Taehyung mengamuk setelah pemakaman Jungkook.
Taehyung menyandarkan tubuhnya, menatap langit yang terlihat sedikit cerah, mungkin hujan tidak akan datang kali ini. Ia memejamkan matanya sejenak dan mengeratkan genggamannya pada gelas kopi miliknya. Ia menghela nafasnya yang terasa sesak.
"Tak ada yang baik- baik saja diantara kita, Jimin-ah .."ucap Taheyung yang kemudian menatap sendu pada Jimin, membuat Jimin tertawa kecil.
"Apa maksudmu?" ucap Jimin yang kemudian menyesap kopi panas itu.
"Kau merasa kehilangan, menahan segalanya selama 4 tahun dan berkata kau baik- baik saja. Aku tahu sekarang bagaimana rasanya .." ucap Taehyung.
Jimin terdiam, menatap sendu pada gelas kopi dihadapannya itu. Kemudian ia kembali mendongak dan memejamkan matanya, membuat Taehyung mengikuti apa yang sahabatnya itu lakukan. Kehidupan kedua terasa sama, terlihat cerah namun begitu dingin, sama seperti hari ini.
.
.
Taehyung melangkahkan kakinya disebuah lorong gedung yang terlihat merah, dengan lantai beralaskan karpet. Ia terhenti disebuah pintu apartemen, dan menekan password nya hingga pintu apartemen itu tak lagi terkunci.
Namun, ia terhenti ketika pintu apartemen itu terbuka, mengeratkan genggamannya pada pegangan pintu itu, merasakan gejolak kesedihan yang kembali menyeruak memasuki rongga dadanya. Taehyung menghela nafas panjangnya, kemudian ia melangkahkan kakinya masuk kedalam, mencium aroma tubuh kekasihnya yang masih melekat disekelilingnya.
Taehyung menutup pintu itu, ketika aroma manis itu benar- benar menguasai indera penciumannya, membuat air matanya kembali menetes. Taehyung menyandarkan tubuhnya pada pintu yang sudah tertutup, lalu menjatuhkan tubuhnya disana.
"Aku pulang, bunny" Lirih Taehyung pada ruangan yang begitu sunyi disana. Tak ada lagi sapaan hangat yang membuat penatnya hilang setelah lelah bersama tumpukan berkas.
Ia menyapu pandangannya, mengingat dirinya tak pernah datang ke apartemen kekasihnya sejak kecelakaan itu. Tangisannya tak bisa berhenti, isakan tangis itu semakin terdengar begitu pilu. Ia menatap setiap bingkai yang berisi foto dirinya dengan Jungkook, tak ada yang berubah.
Namun, tatapannya terpaku pada bingkai besar disana, foto yang sama seperti miliknya itu, terlihat begitu halus dan bahagia tanpa kenangan buruk yang mencoretnya, yang kenyataan bahwa Taehyung melemparkan bingkai foto seperti itu dipenthousenya.
Taehyung bangkit, melangkahkan kakinya menyusuri rumah itu. Namun, lagi- lagi erangan tangisnya terdengar begitu kencang ketika ia melihat sebuah cincin milik Jungkook berada pada meja dekat jendela besar itu, cincin pasangan yang diberikan olehnya saat valentine 5 tahun lalu, sebuah cincin yang bahkan sampai saat ini masih berada dijemari seorang Kim Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
RADIO DIMENSION [TAEKOOK X MINYOON]
Romance[SELESAI] Radio itu memutarkan sebuah lagu untukku, lalu-- membuat jiwaku menghilang .. GENRE SHOUNEN AI BUKAN YAOI. FANTASI