Euiwoong terdiam saat melihat hasil voting tentang piknik jurusan mereka.
Pantai.
"Sudah resmi ya.. Dua minggu dari sekarang kita akan pergi ke pantai!" Lalu riuh suara adik tingkat dan kakak tingkatnya memenuhi ruangan kelas yang sengaja disewa untuk pertemuan ini.
Puk!
Euiwoong tersadar dari lamunannya saat salah satu kakak tingkatnya, Haknyeon, menepuk pundaknya, "kau baik-baik saja?"
Euiwoong ingin sekali menggeleng. Tapi ia hanya mengangguk pelan.
"Kita akan pergi ke pantai, apa kua tidak senang?"
Tidak. Jelas tidak!
Euiwoong mengacungkan tangannya, "Heeseok!"
Heeseok, selaku ketua jurusannya menatap ketua divisi minat bakat itu, "kenapa Euiwoong?"
"A-aku.. Boleh tidak ikut?"
Banyak orang menoleh kearahnya seolah bertanya 'mengapa?'
"Kau harus ikut. Swmua ketua divisi jurusan harus ikut. Beserta kabinet-kabinetnya" Euiwoong rasanya ingin menangis
"Hei, kau benci air?" Euiwoong menggeleng, "atau kau tidak suka rasa saat kaki yang basah meyentuh pasir?" Ia menggeleng lagi
"Kau takut pantai?" Haknyeon bertanya kembali, membuat Euiwoong menatapnya tepat di mata
"Aku takut dengan apa yang ada di dalam pantai. Di dalam pasir."
Flashback
Euiwoong kecil yang bertelanjang dada sedang menarik ayahnya ke arah pasir yang sedikit basah. Ia ingin membuat istana pasir yang megah!
"Euiwoong kemari" ayahnya memanggil. Bocah kecil itu berlari dengan ember plastik ditangannya, ia lalu duduk disebelah ayahnya dan mulai mengisi ember itu dengan pasir.
"Beri sedikit air supaya pasirnya kuat"
"Uwaaat" Euiwoong menirukan ayahnya
"Iya, kuat" ayahnya lalu membantu bocah dua tahun itu membuat istana pasir.
"Ecaaaal" Euiwoong tertawa saat ia menyadari bahwa istana pasir itu lebih tinggi darinya
"Iya, besaar! Kalau kamu makan yang banyak, kamu juga bisa lebih besar dari istana ini"
"Ceiyus?" Euiwoong menatap ayahnya dengan wajah yang berbinar
"Serius" ayahnya membuat ekspresi yang meyakinkan
"Ayo! Makan siang dulu. Nanti perut kalian kram" ibunya yang sedaritadi duduk diatas kain, sudah membongkar rantang-rantang berisi makanan
"Ma'an!" Euiwoong kecil mulai berlari kearah ibunya, sementara ayahnya sibuk membereskan peralatan main Euiwoong
Senyumnya masih melebar, sampai ia terjatuh, tertelungkup
"Euiwoong!"
Grep!
"UWAH! MAMAAA!" bocah itu merasakan pergelangan kakinya di pegang, ia menoleh kearah kakinya.
Tulang-tulang tangan manusia dewasa melingkar rapi di pergelangan kakinya. Tulang-tulang itu muncul dari pasir. Entah apa yang ada dibawah pasir itu
"MAMAAAA!"
GREP!
Ayahnya langsung menggendong Euiwoong, "lain kali jangan sering berlari ya, nanti jatuh seperti tadi" ayahnya menghapus air mata Euiwoong
Sementara bocah itu hanya melihat ke tempat tulang itu muncul, dan sudah tidak ada apa-apa, tak ada bekas apapun.
"Ayo turun" Euiwoong semakin mengeratkan tangannya pada leher ayahnya
"Ndaaa!"
"Loh kok manja?" Ibunya bertanya kebingungan
"Acilnya jaat!" Euiwoong masih megadu
Orangtuanya hanya menggidikkan bahu, namanya juga anak kecil. Sulit untuk mengerti imajinasi mereka.
Flashback off
Euiwoong sudah sangat gugup. Mereka pergi menuju pantai dengan motor. Berhubung Euiwoong belum punya SIM, ia dibonceng Haknyeon.
Tapi tunggu, pantai ini?
Pantai ini familiar.
Euiwoong mengedarkan pandangannya, lalu meneguk ludahnya kasar.
Sial. Pantai yang sama.
"Kita sudah sampai!"
"Ayo turun" Haknyeon menepuk pelan lutut Euiwoong, "tenang saja, kau tidak sendiri kok" ia berkata saat sadar kalau Euiwoong masih membeku
Lelaki yang lebih muda pun turun, melepas helmnya, dan berjalan mengikuti yang lain.
Ia sama sekli tidak ingin melepas sendalnya. Euiwoong berjalam dengan kepala yang tertunduk, memperhatikan tiap tapak yang ia ambil. Ia tidak ingin kejadian dulu terulang.
"Ayo! Kita mulai permainan!"
Puk!
"Ayo, Ung!" Haknyeon menepuknya lalu berlari
Euiwoong hanya tersenyum tipis dan mengikutinya.
Nyaris empat jam mereka berada disana. Bermain, sambil menikmati matahari. Saat matahari sudah akan terbenam, mereka pun bersiap untuk pulang.
Euiwoong dapat bernafas lega, akhirnya.
"Ayo! Jangan sampai ada yang tertinggal"
Euiwoong berlari lebih dulu, ia tidak mau berjalan paling akhir, ia akhirnya mencoba mengeja Heeseok yang berada di depan
GREP!
"AAAAH!" Euiwoong terjatuh dan langsung memutarbalikkan tubuhnya.
Ia melihatnya lagi. Untuk yang kedua kali. Tulang belulang tangan itu, seakan mengetuk-ngetuk ke pasir.
"Ada apa?" Euiwoong langsung mengalungkan lengannya pada leher Haknyeon
"Dia ada lagi!" Ia menunjuk kearah tangan itu, Haknyeon mengikuti arah jarinya.
"Apa? Tidak ada apa-apa" Euiwoong langsung melihat ke pasir itu
Sudah hilang.
"Mau ku gendong?" Euiwoong mengangguk dan langsung melompat ke punggung temannya.
Kepala Euiwoong masih mengarah ke pantai, hingga sesuatu menangkap perhatiannya.
Tulang jari-jemari itu. Melambai kearahnya daridalam pasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another "us" (K-Idols)
FanfictionKau boleh tak percaya dengan keberadaan mereka. Tetapi jangan pernah mencoba menyangkal keberadaan mereka. Karena kita hidup berdampingan. Note: Jangan terlalu fokus dengan diksi.. Bahasa Indonesia saya jelek :) WARN! 🚩Lokal background! 🚩Kumpulan...