Daniel berdiri di depan rumah bertingkat tiga. Inilah tempat dimana ia akan tinggal selama berkuliah di Jogja dan belum mendapat kos.
Asrama gereja.
Letaknya sangat dekat dengan Universitas negeri Yogya. Daniel yang masih menunggu motornya diantar ke Jogja pun tidak begitu keberatan jika harus pergi ke kampus berjalan kaki.
Toh, dekat.
"Daniel!" Pemuda itu mengadahkan kepalanya, dan melihat kakak pembina yang ia kenal melambai ke arahnya dari balkon lantai tiga, "tunggu ya.. Kakak turun bukakan pintu"
"Oke!"
Jogja itu tanah yang sangat baru. Daniel tidak punya saudara sama sekali di kota istimewa ini.
Setelah beres memasukkan seluruh barangnya dan menatanya rapih, dibantu oleh teman sekamarnya, Daniel pun berganti baju.
"Namamu Daniel?"
Daniel tersenyum"Iya, kalo kakak?"
"Jisung." Jawab teman sekamarnya, "udah beres semua buat nanti ospek?"
"Sudah kok. Sudah selesai sebelum sampai Jogja. Biar nggak keteteran"
"Bener juga. Rajin ya kamu" Jisung memuji anak lebih muda itu
"Kakak udah semester berapa?"
"Tujuh.. Nih lagi skripsian"
"Wah.. Semangat ya kak!"
"Daniel, Jisung, yuk doa malam" panggil kakak pembinanya. Daniel melirik kearah jam dinding
22.01
Jisung menutup laptop yang sedari tadi ia pangku lalu beranjak keluar dari kamar. Daniel mengikutinya keluar.
Doa malam yang diawali dengan membaca alkitab dan diakhiri dengan doa berpasangan pun berakhir setengah jam kemudian.
Jisung langsung kembali ke kamar setelah mencuri satu toples yang ada di ruang tamu, Daniel pun kembali masuk ke kamarnya.
"Jangan lupa. Nanti doa pagi jam 5 ya" Jisung mengingatkan
"Siap!" Daniel menjawab sambil bermain dengan handphonenya
--^^--
Mereka dibangunkan oleh ketua mingguan. Jisung terlihat tertidur pulas di atas laptopnya. Benar-benar seperti mahasiswa tingkat akhir.
Daniel mengucek matanya pelan lalu beranjak dari kasurnya, menuju ruang tamu.
Doa pagi itu diawali dengan satu pujian dari kidung jemaat.
Saat menyanyikannya dengan khusyuk, lagu itu seperti bercampur dengan nada lainnya.
Terdengar sangat berisik. Daniel nyaris tak dapat mendengar suara yang lain bernyanyi.
Suara dentuman-dentuman bermelodi. Drumband?
Kepala Daniel menoleh-noleh ke sembarang arah. Melihat ke jendel dibelakangnya, mencoba melihat kearah balkon, hingga Jisung menepuk lengannya pelan, menarik kembali perhatian Daniel untuk tetap bernyanyi.
Daniel menggelengkan kepalanya. Aneh. Untuk apa bermain drumband sekeras itu dipagi hari?
Daniel sudah tidak mempedulikannya lagi. Persetan dengan semua suara keras yang mencoba merebut perhatiannya.
05.38
Mereka selesai berdoa.
"Tadi kamu kenapa?" Tanya salah satu anak asrama itu, kalau tidak salah namanya Donghyun.
"Hanya kaget. Aku baru pertama kali ini mendengar orang-orang bermain drumband subuh-subuh" Daniel menjawab sambil menggidikkan bahunya. Ia tidak sadar semua orang hanya diam
"Berarti kau beruntung bisa mendengar suara itu"
"Hah?"
"Tak semua orang bisa mendengar itu"
"Maksud kakak?"
"Itu, drumband punya keraton. Katanya sih nyi roro kidul balik dari keraton ke pantai selatan"
"Jadi maksudnya.."
"Iya, bukan manusia." Daniel hanya mengangguk tanda mengerti
"Jogja itu istimewa. Dalam denotasi juga konotasi" jelas Jisung, "kalau kamu sudah dengar suara itu, tandanya kamu bakal krasan di Jogja"
"Krasan?"
"Betah.. In other words, hatimu bakal terus tetap di Jogja"
Daniel mengangguk lagi, toh bukan hal yang buruk kalau ia betah di Jogja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another "us" (K-Idols)
FanfictionKau boleh tak percaya dengan keberadaan mereka. Tetapi jangan pernah mencoba menyangkal keberadaan mereka. Karena kita hidup berdampingan. Note: Jangan terlalu fokus dengan diksi.. Bahasa Indonesia saya jelek :) WARN! 🚩Lokal background! 🚩Kumpulan...