"Taman Budaya Yogyakarta kan?" Sihyun mengangguk. Ia bersama Yongguk sedang menuju ke tempat yang berada di selatan Yogyakarta untuk menonton sendratari yang diadakan ikatan mahasiswa jakarta di tempat itu.
"Sudah sampai" supir taksi itu memberitahu lalu membuka kunci pintu mobil
Setelah membayar, mereka beranjak keluar dari mobil dan berjalan masuk ke bangunan yang lebih kecil.
"Silahkan masuk" mereka tersenyum saat salah satu panitia mengarahkan mereka.
Sihyun melihat sekitar bangunan itu. Tampak seperti bangunan lama yang dipugar sedikit supaya terlihat lebih baru. Mata Sihyun terpaku pada bagian sebelah kiri gedung. Lampu yang terpasang seharusnya cukup untuk menerangi bagian itu. Tapi mengapa terasa gelap?
"Ayo, kita masuk" Yongguk menarik tangan lelaki yang lebih muda sambil memegang tiket ditangan yang satunya.
"Yongguk, apa kau tidak merasakan apa-apa?"
Yongguk seakan membeku sepersekian detik, "aku tau yang kau maksud. Sudahlah, ayo masuk"
--^^--
Sendratari dimulai dengan tiga perempuan menari tarian betawi diatas panggung. Gerakan yang luwes seakan menghipnotis Sihyun untuk terus melihat gerak gerik penari itu.
Ia tidak memperhatikan apapun hingga Yongguk mendekatkan wajahnya ke telinga Sihyun, membisikkan sesuatu, "apa kau melihat sesuatu? Aku merasa tempat ini penuh"
Dan disitu ia menyadari onggokan hitan besar tergantung dari atas panggung. Sepertu kelelawar, namun telihat seperti kain.
Besarnya dapat diperkirakan sekitar 2 atau 3 kalo prang dewasa dan lebarnya seperti dua meja yang dijejer.
"Iya. Aku melihatnya"
Yongguk menghela nafas, "ku kira diriku saja yang merasakan itu."
Sihyun hanya diam. Ia tidak membalas apa-apa. Dan sejak detik itu matanya terbagi fokus antara pentas yang ditampilkan dan gumpalan besar kain itu.
--^^--
Pentas selesai pukul 10.15 malam. Yongguk sudah memesan taksi online dan menyuruh Sihyun untuk menunggu di kursi panjang dekat meja pembelian tiket.
Sihyun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang. Termasuk ke sisi ruang yang terasa 'gelap' itu.
Miaw!
Kucing bergaris abu-abu hitam itu mengeong. Seakan memanggil Sihyun untuk mendekat. Kucing itu menjilati cakarnya dengan mata tertutup.
Secara tidak sadar, Sihyun mendekati kucing itu. Tersenyum senang saat ia mengelus kepala kucing itu. Tak berapa lama kemudian, ia mendengar suara seperti lelaki tua di telinganya
"Gute nacht. He. He."
Miaw!
Sihyun terkesiap. Suara itu terdengar begitu jelas namun juga tidak. Suaranya parau. Tawanya buruk. Sihyun menutup telinganya. Ia masih dapat merasakan hembusan nafas dari suara itu menyeruak ke telinganya.
Ia melihat kearah meja tadi.
Kosong.
Kucingnya sudah tidak ada.
"Sihyun! Ayo kita pulang" Yongguk sedikit berteriak untuk memanggil Sihyun yang langsung berlari kearahnya, "sedang apa kau disana?"
"Ada kucing tadi."
Yongguk menautkan alisnya, "tidak ada apa-apa tadi. Kalau ada kucing, pasti aku sudah tau"
Sihyun berfikir sebentar. Benar juga. Kecintaan Yongguk pada kucing membuatnya sangat peka dengan keberadaan kucing.
Sihyun menoleh kembali kearah tempat yang semakin mereka jauhi.
Kakek tua berumur sekitar 60an dengan topi berwarna coklat dan pakaian santai menundukkan kepalanya sedikit, lalu berdiri tegak, seakan memberi salute kepada Sihyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another "us" (K-Idols)
FanficKau boleh tak percaya dengan keberadaan mereka. Tetapi jangan pernah mencoba menyangkal keberadaan mereka. Karena kita hidup berdampingan. Note: Jangan terlalu fokus dengan diksi.. Bahasa Indonesia saya jelek :) WARN! 🚩Lokal background! 🚩Kumpulan...