(Ina) 7.1 Right Here Waiting [Singto/Krist]

756 23 2
                                    

14 Juli. Krist melingkari kalender penuh warna di kamarnya. Tanggal yang pada bulan lalu sudah ia beri doodle di sana-sini. Senyumnya mengembang, menampilkan lubang manis di kanan dan kiri pipinya. Tak ia elak semburat merah samar-samar muncul ketika ia membaca tulisannya yang kecil dan tak begitu rapi melingkari tanggal hari ini. Ia bersiap. Mengambil beberapa barang yang sekiranya diperlukan selama perjalanannya ke sana. Membuat urutan dalam kepalanya: kedai kopi, burger, toko bunga, hotel, baru kesana. Eh, tapi kalau kopinya tidak panas lagi bagaimana? Oh, pakai tumbler!

Semuanya sudah pada tempat, ia harus pastikan itu jika tidak ingin merasakan malu saat kembali ke tempat kediamannya. Semua barang yang akan dibawanya sudah tersusun rapi di ransel mungilnya. Ia siap berangkat. Memastikan sekali lagi pintu utama apartemennya sudah terkunci, kemudian melaju ke parkiran mobil.

"Halo, pho? Aku sudah dalam perjalanan kesana."

"....."

"Baiklah, sampai ketemu."

Krist menutup sambungan. Berbahaya kalau harus menyetir sambil menelepon. Ia memasukkan benda terakhir di jok bagian tengah mobilnya, supaya tetap segar terkena hembusan ac. Ia memastikan lagi barang-barang lain. Tidak boleh sampai ada yang tertinggal ataupun misplace! Kopi sudah pada kedua tempatnya, begitu pun dengan sarapan fast food -nya, saatnya meluncur.

Seseorang yang dijemputnya pertama tak terduga sudah menunggu di depan lobi. Saat sambungan telepon masih terhubung dan ia memberitahu bahwa ia sudah berada di depan lobi, orang itu ternyata sudah lebih dulu di sana.

"Sawadee khrub, pho." Sapanya sopan dengan wai kepada yang lebih tua. Pria paruh baya itu menjawab sekenanya, kemudian duduk di sebelah Krist. Senyum manis Krist memang mampu membuat siapapun terhipnotis mengikuti gerakannya. Buktinya, kini pria yang di sampingnya turut memberi senyum meski tipis.

"Aku sudah belikan kopi untuk pho dan phi, apa pho sudah sarapan?" Tanyanya lagi dengan tidak mengalihkan pandangan dari jalan, mereka keluar area hotel.

"Terimakasih, Krist, tapi pho sudah makan. Kau sendiri sudah makan?" Pria itu kini melihat gelas kopi yang ada di dashboard, mengambil, kemudian menyesapnya. Rasa puas meliputinya, Krist selalu tahu kesenanganku.

"Ah, itu— belum, pho.. hehe.. aku makan disana saja." Orang yang disebut-sebut sebagai 'pho' olehnya itu melihat setumpuk kotak berlabel restoran burger dekat rumah Krist, jumlahnya ada tiga.

"Makanlah sekarang, nanti dingin, tidak enak." Pho menawarinya. Berniat membantu untuk membukakan kotak teratas untuknya.

"Tidak usah, pho, nanti aku tidak konsentrasi." Krist memang harus menaruh konsentrasi penuhnya pada santapannya saat makan, tak peduli apapun itu.

"Bukankah lebih tidak konsentrasi kalau perutmu kosong?" Tanya pho lagi. Ia sejujurnya hanya khawatir pada 'anak'nya itu. Takut minuman berkafein yang disesapnya justru menyerang tubuhnya.

"Aku tidak begitu lapar, kok, pho. Sebelum berangkat sudah makan biskuit! Hehe" bohong. Ia bahkan bangun kesiangan! Bahkan hingga kini masih mengantuk, makanya ia minum kopi.

"Ya sudah kalau tidak mau. Berkonsentrasilah." Kali ini pho berniat menaruh tasnya di jok belakang; matanya menangkap sebuket bunga berwarna cerah di belakang, wangi dan warnanya segar, pasti baru. "Untuk dia?" Kalimat tanya yang cukup singkat itu hanya dijawab anggukan kecil dengan senyum malu-malu oleh Krist. Pho nya mengerti, kembali menghadap depan dan memejamkan mata, mencoba untuk tidur. Perjalanan ChiangMai -Bangkok kemarin pasti membuatnya sangat lelah, batin Krist. Ia melanjutkan laju mobilnya saat lampu berganti menjadi hijau.

...

"Kita sudah sampai?" Pho membuka mata, melirik ke arah Krist yang sedang fokus dengan buger dan kentang goreng. Krist mengangguk, masih mengunyah makannya. "Sudah lama?" Ia segera meminum setenggak kopi, berniat menjawab Pho.

SONGS OF US [SOTUS THE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang