Love Cotton

166 10 22
                                    

⚠⚠bahasanya semi baku⚠⚠

***

“Hya!”

Teriakan memenuhi dojang yang sedang digunakan oleh beberapa orang untuk latihan mempersiapkan olimpiade taekwondo nasional. Tendangan demi tendangan mereka layangkan satu sama lain, berusaha merobohkan sang lawan. Orang-orang yang menonton hanya bisa terpaku, mengingat dua orang yang bertanding merupakan orang paling berbakat yang ada di dojang tersebut.

Geuman!” teriak sang sabeum, dua orang dengan sabuk hitam dua garis itu berhenti serempak, saling membungkuk kemudian memberikan kesempatan kepada orang lain memakai arena.

“Kerja bagus Jun! Lagi-lagi lo nggak bisa menyerang gue,” ejek gadis dengan rambut panjang yang diikat sambil tersenyum senang.

“Cih! Lo memang kuat, gue akui, tapi itu tadi lo cuma beruntung saja. Gue lagi agak nggak enak badan!” sanggah Jun tak terima.

“Heh! Lo berdua nggak capek apa? Habis latihan tadi sampai satu jam sendiri, sekarang masih juga bertengkar,” sindir Soonyoung yang sedari tadi memperhatikan adik dan sahabatnya latihan.

“Ini si kutil kuda nggak mau mengaku kalau payah!” tunjuk Soonji pada Jun yang ada di sampingnya.

Jun memiting leher Soonji. “Enak aja manggil gue kutil! Kalau gue kutil lo apa? Upil?”

Soonji dengan mudah membalikkan keadaan, gadis itu langsung membanting tubuh Jun ke atas lantai. “Makan tuh upil!”

Jun mengerang kesakitan, pasalnya Soonji membantingnya tidak pada matras. Walaupun rasanya tidak sesakit itu, berakting sedikit tidak masalah bukan. “Nggak usah alay deh lo Jun!”

“Buru bangun, Jun. Ayo jajan tteokboki, gue jajanin,” ajak Soonyoung yang mengulurkan tangannya pada Jun, berniat membantu.

Memang sifat Jun yang laknat. Bukannya diraih, tangan Soonyoung dianggurkan saja karena Jun sudah bangun, dan menuju ke ruang ganti menyusul Soonji yang sudah jalan duluan. “Dasar masalah jajan aja baru kompak!”

***

Seperti anak SMA pada umumnya, ketiga manusia laknat itu berangkat ke sekolah menaiki bis. Disaat seperti ini rasanya Soonyoung tidak ingin menganggap Soonji adiknya, masalahnya Soonji dan Jun sibuk berdebat tentang lebih enak apa kimchi jjigae atau kimchi jeon buatan Nyonya Kwon—ibu Soonji dan Soonyoung, padahal dua makanan tersebut hampir sama karena bahan dasarnya adalah kimchi. Soonyoung benar-benar tidak paham jalan pikir kedua manusia yang masih saja berdebat itu.

Dua manusia itu berhenti saat Soonyoung menarik telinga keduanya. “Dasar! Kalian membuat gue malu saja!”

“Lo juga memalukan, sipit! Jangan sok malu-malu!” ejek Soonji.

“Gue bobrok tahu tempat ya! Dasar adik kurang ajar!” omel Soonyoung. “Lo juga jangan mau bertengkar dengan monyet China macam Jun!”

“Heh apa-apaan lo bilang gue monyet China! Lo apaan? Dasar beruk!”

“Kalian ini emang kompak masalah menistakan makhluk Tuhan paling tampan ya,” Soonyoung menyibakkan poninya, membuat beberapa siswi yang lewat terpesona, tapi tidak dengan dua anak manusia yang tadi berjalan bersamanya. Sepasang gadis dan lelaki itu sibuk muntah pelangi.

“Lo yang begini aja makhluk Tuhan paling tampan, yang paling jelek seperti apa? Gue nggak bisa membayangkannya, buram!” Soonji sudah ambil ancang-ancang untuk lari sebelum Soonyoung melancarkan pukulan ke kepalanya.

“Gila aja! Kalau lo paling tampan, tingkat ketampanan gue seberapa ya? Tak terhingga kali, kan gue lebih tampan daripada lo!” Jun ikut menyusul Soonji yang sudah kabur lebih dulu dari amukan Soonyoung.

Seventeen As.....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang