Prolog - Monster

876 97 22
                                    

MONSTER
by sehooney with HunHan

“Kau benar‚ Luhan. Aku Monster. Tetapi aku adalah Monster yang tak akan pernah berani menyakiti orang yang kucintai.”


Psikopat.

Pernahkah kau mengenal seorang psikopat? Atau tanpa kau tahu kau tinggal di tempat yang ada psikopatnya?

Aku yakin jika kau dekat dengan orang gila tanpa gangguan mental itu‚ kau sudah menjauhinya.

Dan sesungguhnya‚ aku juga ingin sepertimu; menjauh dari psikopat. Sebab aku kenal dengan seorang psikopat. Aku kenal baik dengannya. Dan aku baru tahu kalau dia psikopat setelah aku mengabdi di salah satu rumah sakit yang menampung orang-orang yang memiliki gangguan mental. Setelah tahu‚ aku merasa… Aneh. Tentu.

Sebab dialah lelaki yang kukagumi dalam diam.

Namun itu dahulu. Tujuh tahun yang lalu.

Dan kini dia berada di depanku. Menatapku tajam dengan raut wajah datar. Kedua tangan serta kakinya dirantai oleh rantai yang panjang. Rantai itu tertanam permanen di sudut-sudut dinding di belakangnya. Pakaian rumah sakitnya hampir lusuh. Sudah lebih dari dua minggu ini tak ada perawat yang berani mengurusnya―kecuali memberinya makan‚ tentu saja.

Dia psikopat. Dia dipaksa dan dikurung di rumah sakit ini sudah satu tahun lamanya. Dia sering mengamuk‚ sering membuat perawat lainnya ketakutan. Sudah tiga dokter yang menanganinya dibunuhnya dengan sadis. Maka dari itu kedua tangan dan kakinya diberi rantai layaknya anjing galak. Aku yang mengusulkannya lima bulan yang lalu. Itu pun setelah aku tahu bahwa dia‚ pasien tetapku‚ adalah seorang psikopat.

Sedangkan aku‚ aku adalah seorang dokter yang menanganinya selama lima bulan ini. Aku paham dengan baik pikiran manusia‚ perubahan aktivitas otak manusia‚ saraf-saraf otak‚ dan sebagainya. Aku ahli dibidang ini. Karena kelebihanku itulah aku dikirim kemari untuk memeriksa satu-satunya pasien pengidap psikopat yang dirawat di rumah sakit gangguan mental. Padahal psikopat sendiri terjadi bukan karena adanya gangguan psikis seperti orang gila lainnya.

Sampai sekarang‚ dia masih menatapku tajam. Dan itu membuatku ingat tentang kejadian dua bulan yang lalu. Saat tiba-tiba saja rasa aneh yang dulu pernah ada itu muncul kembali.

Dia mengamuk‚ entah karena apa. Saat itu‚ aku baru saja datang di rumah sakit. Aku mendengar keributan di kawasan kamar pasienku itu. Aku panik berlari mendekat. Lalu saat aku sudah sampai‚ aku melihatnya telah keluar dari kamarnya. Berdiri tepat di depan pintu‚ berjarak tiga meter dariku. Kedua pergelangan tangannya berdarah karena gesekan rantai yang ia hancurkan. Ia menghancurkannya dengan gigi‚ mungkin. Karena disela-sela giginya mengeluarkan darah. Sejujurnya aku tak yakin bila dia menggigit rantai dan memutuskannya dengan mudah. Bukankah giginya bakal rontok kalau dia berhasil menghancurkannya dengan gigi? Mungkin dia membukanya dengan cara lain. Otak seorang psikopat itu genius sekali.

Seketika semua perawat yang tadi panik‚ diam melihat ke arahku. Karena aku yang baru saja datang‚ membuatnya bisa diam dari pemberontakannya.

Aku menatapnya dalam diam saat itu. Ia juga menatapku tajam‚ selalu seperti itu.

“Masuk.” kataku rendah‚ memerintah.

Dia berdecih‚ membuang ludahnya yang tercampur darah. “Masuk bersama?” tawarnya dengan seringai kecil.

“Masuk.” perintahku lagi. Nadaku lebih rendah dari sebelumnya.

Lucky OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang