Setelah sampai ke tempat di mana Yifan berada‚ Luhan benar-benar naik pitam. Suasana tengah malam di gedung bernuansa putih itu masih ramai seperti biasa. Banyak orang yang mondar-mandir dengan cekatan dan tergesa-gesa ketika Luhan masuk. Segera saja Luhan menemui Yifan di sebuah ruangan berukuran 12 x 12 meter itu. Ada satu timnya di sana. Mereka terlihat resah menunggunya‚ dan Luhan tak bisa menahan diri untuk bertemu dengan 'pria-tak-berotak' yang dibicarakan Yifan di telepon tadi.
“Kau datang.” ujar Yixing sembari bangkit dari duduknya. Suaranya membuat Jongin dan Yifan mendongak pada Luhan yang berjalan cepat mendekati mereka.
“Di mana orang yang kau sebut-sebut itu?” tanya Luhan tak sabar pada Yifan. Dadanya naik turun dengan napas tersenggal. Luhan tak bisa menahan diri.
Yifan menghela napas pelan. “Tahan emosimu. Dia juga atasanmu.” katanya kalem.
“Tapi kenapa memutuskannya tanpa meminta persetujuanku?!” marah Luhan. Luhan mengerang‚ menghentakkan kaki dengan kesal‚ lalu berbalik. Ia berjalan cepat menuju ruangan lain di lantai yang sama, mengabaikan suara Yifan yang memanggilnya. Tujuannya saat ink adalah ruangan milik atasan mereka, Lee Soo Man.
Luhan sama sekali tak memikirkan apapun saat itu. Ia hanya marah‚ ingin meledak-ledakkan emosi pada pria yang memiliki jabatan tertinggi di tim-tim yang berada di Korea ini. Luhan bahkan tak peduli saat Lee Soo Man memandangnya tak suka karena masuk dengan tidak sopan. Luhan baru saja masuk tanpa berkata apapun soalnya.
“Maaf‚ Dokter Lu. Seharusnya kau masih menjalankan tugasmu.”
Pundak Luhan naik turun. Wajahnya merah menahan emosi. Ia hanya membalas‚ “Maaf telah mengganggu. Tetapi Anda juga butuh permintaan persetujuan dari saya‚ Profesor Lee.” dengan suara tertahan.
Lee Soo Man hanya tersenyum. Ada garis keriput di sekitar wajahnya saat senyum itu terlihat. Bagi Luhan‚ senyum itu sangat-sangat menyebalkan. Ia benci dengan senyum pria ini. Karena Luhan tak bisa membedakan senyum milik Soo Man yang berarti tulus atau palsu.
“Kau datang padaku hanya untuk itu?” tanyanya tenang. Sama sekali tak merasa gencar sata melihat teman satu tim Luhan juga datang‚ berdiri di belakang Luhan. “Kupikir kau sibuk mengurus Oh Sehun. Jadi aku belum bisa memberitahukannya kepadamu.”
Luhan memutar bola mata tidak percaya. Ingin ia meninju wajah pria ini. Namun Luhan menahannya. Perempuan itu mengepalkan kedua tangan dengan erat. Sebal rasanya.
“Apa yang Anda maksud dengan keputusanmu itu?” Luhan bertanya‚ berusaha untuk sabar. Mungkin dengan jalan marah seperti tadi bukan sikap yang tepat untuk pria ini.
Senyum milik Lee Soo Man hadir kembali. “Itu hanya menghilangkan beberapa memori yang bersangkutan dengan hal-hal berbau psikopat dari otaknya‚ Dokter Lu. Tanpa kujelaskan pun‚ Yifan pasti telah memberitahumu soal itu.” ujarnya sembari melirik Yifan. Yifan yang dilirik pun hanya mampu menunduk.
“Apakah Anda mencoba untuk menghilangkan ingatannya? Itu hal yang sensitif. Tidak bisakah dengan cara yang lain?” tanyanya‚ setengah memelas‚ juga setengah protes.
Kali ini Lee Soo Man menghela napas kecil. “Maafkan aku‚ Dokter Lu. Tapi sungguh. Jika memang ini bukan keputusan pusat‚ aku akan mencari jalan lain untuk menyembuhkan pasien ini.”
Bahu Luhan turun. Emosinya luntur seketika. Keputusan pusat. Hal yang mustahil ia tentang. Ia menunduk berpikir panjang. Kemudian Luhan melirik pria di depannya yang kini memasang wajah mengalah. Beralih pada teman-temannya yang menunduk di belakang‚ Luhan menghela napas pelan. Luhan kembali pada atasannya. Ia membungkuk sopan pada pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky One
FanficHUNHAN GENDERSWITCH FANFICTION [RE-UPLOAD + REVISI FROM FANFICTION.NET] Sehun hanya merasa bahwa dunia ini begitu kejam padanya. Seseorang membunuh keluarganya, membuatnya kesakitan dan memiliki gangguan psikis. Namun, Luhan datang, menawarkan dunia...