Seperti saat ia masih sekolah dulu‚ saat ini Luhan sedang mengamati Sehun. Di layar laptopnya sekarang‚ ada gambar semua ruangan yang ada di apartemennya―kecuali kamar dan kamar mandi‚ tentu saja. Sebelum ia membawa Sehun ke apartemennya‚ Luhan memasang banyak CCTV yang membuatnya bisa mengawasi Sehun dengan mudah. Sehun tak akan tahu di mana letak CCTV itu. Sebab CCTV yang digunakan Luhan memiliki ukuran yang kecil. Setiap CCTV itu bisa bergerak mengikuti pergerakan si objek utama‚ dapat memperbesar dan memfokuskan gambar dengan mudah pula. Sebelumnya‚ Luhan sudah memprogram Sehun menjadi objek utama semua CCTV yang ada di apartemennya. Jadi Luhan bisa mengamati Sehun dengan mudah.
Apa‚ sih‚ yang tak bisa dilakukan seseorang di era yang sudah sangat modern ini? Semua peralatan canggih diperbaiki hingga menjadi peralatan yang semakin canggih. Luhan bersama teman-temannya menggunakan peralatan super canggih itu untuk Sehun. Hanya untuk psikopat macam Sehun.
Jika dulu ia harus bersembunyi di balik bukunya untuk memperhatikan apa saja yang sedang dilakukan Sehun‚ maka saat ini Luhan melakukannya di balik layar laptop. Menyenangkan rasanya bisa memperhatikan Sehun tanpa ketahuan oleh lelaki itu. Wajah seriusnya saat memperhatikan sesuatu itu lah yang membuat Luhan senang memperhatikan. Dengan wajah seperti itu Sehun terlihat lucu juga tampan secara bersamaan.
Oh, apakah ia kedengaran seperti seorang penguntit?
Kini Luhan sedang memegangi kedua pipinya dengan malu. Rasanya seluruh darah merambat naik ke wajahnya. Luhan merona, dan ia berguling di tempat tidurnya karena itu.
Luhan rasa ia kembali lagi menjadi Luhan yang sinting karena Sehun. Iya‚ Luhan sinting sungguhan.
***
“Kau tak ingin keluar?”
“Tidak.”
“Kenapa?”
Sehun melirik Luhan sekilas. “Kau sudah mengurungku dengan rantai terlalu lama.” jawabnya. Luhan menunduk sejenak dan Sehun kembali melanjutkan. “Aku tak hafal jalan di kota karena sudah banyak yang berubah.”
“Kau terlalu sibuk membunuh orang sampai jalan pun kau sampai lupa.” sahut Luhan, menyindir. Perempuan itu meraih tangan Sehun‚ dan menariknya. Membuat Sehun teralihkan perhatiannya dari televisi menuju padanya.
“Apa?”
Luhan menggidikkan bahunya sekilas. “Temani aku keluar?”
Sehun menaikkan kedua alis. “Memangnya kau hafal jalan? Keluar saja kau tak pernah.”
Luhan berdecak. “Kau pikir sekarang aku hanya berkutat dengan buku sampai keluar pun tak pernah? Hei‚ aku juga menyempatkan diri untuk keluar kalau aku sedang frustasi‚ asal kau tahu itu.”
“Aku percaya.”
Luhan menghempaskan tangan Sehun lalu bangkit dari duduk. Perempuan itu pergi menuju kamar kemudian. Tanpa tahu kalau Sehun memandang punggungnya dengan geli. Sehun kembali fokus pada televisi setelah Luhan masuk ke dalam kamar.
Tidak berapa lama‚ Luhan keluar. Sehun mendengar suara langkah kaki perempuan itu tanpa ingin tahu Luhan berjalan ke arah mana. Tiba-tiba Sehun berjengit kecil‚ sebab Luhan melemparkan jaket berwarna hitam tepat di wajahnya. Sehun menyingkirkan jaket itu dari wajahnya dengan kesal. Luhan sudah tersenyum di depannya dan itu membuat Sehun mengerjap.
“Kau harus ikut denganku. Hitung-hitung sebagai hiburanmu selain televisi. Aku yakin kau bosan dengan acara yang hanya itu-itu saja.”
Sehun terlihat menimang-nimang. Diliriknya Luhan dan televisi yang sedang menyala itu bergantian. “Baiklah.” putus Sehun. “Kau benar. Aku memang bosan. Jadi ayo berkencan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky One
FanfictionHUNHAN GENDERSWITCH FANFICTION [RE-UPLOAD + REVISI FROM FANFICTION.NET] Sehun hanya merasa bahwa dunia ini begitu kejam padanya. Seseorang membunuh keluarganya, membuatnya kesakitan dan memiliki gangguan psikis. Namun, Luhan datang, menawarkan dunia...