Sebelas dari Akhir

356 62 8
                                    

Aku mengenalmu dengan baik‚ dan aku jatuh cinta.

Aku jatuh cinta padamu‚ dan kau juga jatuh cinta padaku.

Ada yang bilang kalau kau akan mengalami masa-masa tersulit untuk melepas dan melupakan orang yang kau cintai.

Dan aku sudah merasakannya dua kali‚ pada orang yang sama juga.

―ya‚ benar. Aku jatuh padamu‚ dan tak tahu bagaimana caranya untuk bangkit.

Lama rasanya penderitaan ini karena terjatuh padamu. Semuanya jadi terasa sulit dan menyenangkan secara bersamaan.

Tapi kemudian aku tersadar. Bukan hanya aku saja yang jatuh padamu. Kau juga begitu.

Kita saling jatuh cinta. Dan pada akhirnya‚ kita benar-benar jatuh.

Kau?

Aku tak tahu bagaimana jatuhnya dirimu karena aku. Tapi aku yakin. Itu pasti sulit sekali.

Dan apa yang kukatakan diatas sudah menjadi salah satu alasan mengapa aku begini.

Aku ingin masa-masa sulit itu berakhir.

Dengan begitu‚ kita bisa bahagia sama seperti kita belum saling mengenal.

Pun kita bisa mengubah seluruh alur hidup kita sehingga kita bisa hidup dengan baik.

Jadi aku memutuskan untuk mengiyakan permintaanmu malam itu.

Aku yakin‚ dengan begitu‚ kita bisa lepas dan terbang bebas.

Kau.

Bukanlah tanggung jawabku lagi. 
.
.
.

Hari yang cerah, dan semuanya terasa baik-baik saja.

Siang itu‚ aku baru saja pulang dari sebuah toko roti sehabis membeli tiga tiramisu pesanan temanku. Aku berjalan santai‚ menikmati cuaca yang cerah di musim gugur ini. Kemudian aku memasuki salah satu kios bunga tempat dimana temanku bekerja. Mampir untuk memberikan pesanan tiramisu ini dan membantu sedikit pekerjaannya kurasa bukanlah suatu hal yang harus dipermasalahkan.

Jadi aku membuka pintu‚ sehingga lonceng kecil di atas pintu berbunyi nyaring. Kemudian temanku pun terlihat‚ bersama seorang lelaki yang sudah lama sekali tak kulihat keberadaannya. Sekitar tiga minggu‚ mungkin? Pekerjaannya membuatku jarang melihatnya untuk mampir kemari dan menemuiku.

Dia pernah bilang kalau dia khawatir tentang aku yang jauh darinya. Mungkin alasannya karena dia tak ingin aku kenapa-kenapa.

Aku tersenyum. Lelaki yang berdiri menunggu buket bunga rangkaian temanku itu juga tersenyum setelah menyadari keberadaanku. Aku melangkah mendekat‚ meletakkan paperbag berisi tiga tiramisu di meja‚ dan menyapa‚ "Hai!" dengan senyum manis.

Lelaki itu tersenyum. "Kau baru dari mana?" dan aku tak menjawab pertanyannya‚ melainkan beralih pada temanku‚ menawari‚ "Haruskah aku menyelesaikan pekerjaanmu?"

.
.
.
eheh chapter kemaren langsung banyak yg ngaku sedih wkwkwk. iyaaaa maaf ya angst gitu. besok chapter terakhir ya sayang-sayangkuuuu
seeya~

Lucky OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang