Kepingan Ketujuh

407 54 7
                                    

Sehun sedang meletakkan dua tas besar ke bagasi mobil saat Luhan berpamitan pada ibu dan ayahnya. Hari ini‚ Luhan memutuskan untuk pulang. Ada banyak pekerjaan yang telah ia tinggalkan di Seoul selama beberapa hari terakhir. Jika ia tak segera menyelesaikannya‚ mungkin Yifan akan marah‚ atau ia bisa mendengar 'nyanyian menyenangkan' dari seorang Lee Soo Man.

Setelah menutup kembali bagasi belakang‚ Sehun menghampiri Luhan. Perempuan itu terkesiap kecil karena kedatangan Sehun yang mengagetkannya. Sehun tersenyum geli pada Luhan‚ lalu beralih pada kedua orang tua Luhan.

"Baiklah. Kami pergi dulu." pamit Sehun.

Xi Yowei tersenyum. "Ya." jawabnya. Kemudian ia melebarkan senyumnya. "Jaga Luhan dengan baik‚ oke?"

"Tentu." Sehun tersenyum lebar ketika menjawabnya, dan hal itu membuat Yowei membalas dengan senyuman yang sama.

Luhan tertawa kecil melihat senyum ayahnya yang seperti itu. Mungkin kalau senyum itu semakin lebar‚ sudut bibir ayahnya akan robek sampai ke telinga.

"Ayo berangkat."

Luhan mengangguk. Ia berjalan dengan Sehun menuju mobilnya. Baru saja mengambil beberapa langkah‚ Luhan berhenti. Sehun juga ikut berhenti. Lelaki itu bingung Luhan berhenti karena apa. Ketika hendak bertanya‚ Luhan sudah terlebih dahulu bersuara. Hanya saja, tidak berbicara kepadanya.

"Paman Kim!"

Lantas Sehun mengangkat kepala‚ melihat siapa sosok yang Luhan panggil seperti itu. Pria dengan kaos putih polos sebagai dalaman dan jas hitam kusut itu tersenyum pada Luhan. Setelah pandangannya beralih pada Sehun‚ senyum di bibir pria itu perlahan luntur‚ tergantikan oleh senyum kecil penuh makna yang tak bisa Sehun mengerti.

"Oh‚ hai‚ Luhan." pria bernama Kim Young Min itu berjalan mendekat‚ menghampiri Luhan yang masih tersenyum untuknya. "Kau mau kembali ke Seoul?" tanyanya.

"Ya." jawab Luhan. "Aku harus cepat kalau tak ingin dimarahi atasanku." Luhan meringis setelah mengatakannya.

Kim Young Min tertawa. Ia beralih pada Sehun dan bertanya‚ "Ah‚ Luhan. Kau belum mengenalkan pacarmu padaku." pada Luhan. Lantas Luhan tertawa kecil karenanya.

"Oh iya‚ ini Sehun‚ paman. Dan Sehun‚ ini paman Kim."

Kim Young Min mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan mereka. Namun Sehun justru menatapnya dengan tangan bersedekap. Luhan melirik lelaki di sebelahnya ini dan menyikut lengannya. Sehun memutar bola mata malas. Sehun hanya menundukkan kepalanya sopan pada Kim Young Min.

"Ah‚ baiklah. Tidak apa-apa." ujar Kim Young Min‚ terdengar ramah dan sopan. "Mungkin Sehun merasa asing. Jadi aku maklum." kemudian ia menarik kembali tangannya. "Tapi senang bertemu denganmu‚ Oh Sehun."

Luhan mengerutkan kening mendengar kalimat terakhir pamannya sebelum pria itu menghampiri kedua orang tuanya. Luhan memperhatikan Kim Young Min‚ sampai ketiga orang dewasa itu masuk ke dalam rumah dengan senyum cerah di wajah. Ia salah dengar‚ atau bagaimana? Sepertinya tadi pria itu menyebut nama lengkap Sehun‚ sementara tadi Luhan tak menyebutkan marga Sehun.

"Hei‚"

Luhan terkesiap kecil. Suara Sehun membuyarkan lamunannya. Ketika Luhan berbalik‚ sudah ada Sehun di depannya. Lelaki itu juga memperhatikan Kim Young Min dengan tatapan mata tajam dan serius. Luhan mengerutkan kening lagi‚ merasa aneh karena tatapan mata itu.

"Kau dengar itu?" tanya Luhan. Sehun berdengung bingung tanpa melihatnya. "Tadi paman Kim menyebut margamu."

Kini Sehun menunduk untuk menatap Luhan. "Benarkah?" tanyanya balik. Luhan memundurkan kepala bingung. "Kurasa kau salah dengar." dan Sehun pergi meninggalkan Luhan.

Lucky OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang