6 ; belum tidur? (2)

3.7K 705 17
                                    

Jeongwoo terbangun kala dirasa sekitarnya bergoyang, entah delusi atau kenyataan, yang jelas kejadian gempa dadakan di pukul setengah dua cukup untuk membuatnya terjaga dari perasaan entah apa.

Belum lagi listrik bermasalah, bayangkan dalam rumah itu hanya ada beberapa lampu yang menyala, sisanya tak bisa dinyalakan. Begitu juga dengan saklar yang nggak berfungsi sama sekali.

Mau nangis aja, panas banget mana ini jantung kayak lagi dugem gitu.

Jeongwoo meraih telepon genggam untuk melihat jam, untunglah jaringan baik-baik saja.

Lagi, kejadian ini buat Jeongwoo nggak tau harus apa, main game pun dia nggak minat lagi, otaknya masih kebayang gimana saat dia bangun ada suara gemuruh dan sekitar yang bergetar hebat, anak itu masih antisipasi kalau semisal ada guncangan berikutnya maka dia bakal lari.

Yang terjadi selanjutnya adalah jantung Jeongwoo berdegup kencang lagi, bukan karena guncangan melainkan karena kaget, teleponnya tiba-tiba menyala, ada telepon masuk dari nomor tak dikenal.

Jeongwoo ragu harus mengangkatnya atau bagaimana, ini telepon tak dikenal pukul satu malam! Mana ada orang iseng begitu!

Tapi karena tak enak melihat teleponnya terus menyala menampilkan sederet nomor asing, ia memutuskan untuk mengangkat telepon itu.

"H-halo?"

[Sudah kuduga, kamu pasti nggak bisa tidur lagi]



Kayaknya suara ini sedikit nggak asing, gaya bicaranya seperti pernah ia temui di suatu tempat...

Oh!

"Haruto ya?"

[Siapa lagi yang menghubungimu pukul segini untuk tanya kau sudah tidur atau belum?]


Nah kan, benar.

"Gempa yang tadi, berasa tidak?"

[Berasa kok, kamu takut ya?]

Enak saja takut, Jeongwoo kan berani!

"Enak saja, cuma mendadak nggak bisa tidur kok"



Ups, keceplosan.

[Aaah begitu ya, mau kutemani?]

"Loh, kupikir itu yang kau lakukan sekarang"


Kayaknya rasa tegang sedari tadi menghapus gengsi dan jaim Jeongwoo ke anak kelas sebelah bernama Haruto itu, lihat saja sekarang mereka teleponan kayak orang sudah lama berteman.


[Oh, ya sudah, cobalah untuk tidur, kalau besok malah ketiduran di kelas gimana?]

"O-oke, ku tutup ya?"


Sedikit kecewa sih, teleponnya berakhir terlalu singkat.

[Jangan ditutup dulu! Biar aku yang tutup]

Jeongwoo tak bersuara lagi, ia memilih membiarkan teleponnya tergeletak didekatnya kemudian mencoba untuk tidur.

Tapi kan masih saja, ada perasaan takut kalau tiba-tiba terguncang lagi, banyak prasangka negatif yang muncul, jadi parno sendiri.

Akhirnya tiga puluh menit berikut Jeongwoo habiskan untuk berguling hingga tertidur.











Sudah pagi, harusnya Jeongwoo makan dengan tenang dikelas, tapi anak itu malah memilih mencari Haruto, hendak minta penjelasan.

Pagi ini, Jeongwoo mengecek teleponnya, bagaimana bisa Haruto mematikan telepon pukul tiga?

Yang dicari sedang sarapan di kantin dengan Yoshinori dan Kotaro, Jeongwoo abaikan dua lainnya dan fokus bicara pada Haruto.

"Tunggu, jangan bicara disini"

Haruto paham betul seberapa teman-temannya akan mengejeknya kalau bicara dengan Jeongwoo, jadi cowok itu putuskan untuk menarik tangan Jeongwoo dan membawanya ke tempat yang lebih sepi.

"Ada apa?"

"Itu.." lidah Jeongwoo kelu, nggak tau harus mulai dari mana.

"Kenapa kamu matikan telepon pukul tiga? Kupikir teleponnya kita akhiri pukul dua"

Yang ditanya tersenyum simpul.

"Karena kamu nggak benar-benar tidur, kamu masih bangun saat itu, jadi aku tunggu sampai kamu tidur yang sebenarnya baru teleponnya kumatikan"

Nggak tau harus ngomong apa lagi, Haruto pamit, meninggalkan Jeongwoo dan segala kebaperannya.




































Ku update pukul segini banyak yang baca nggak ya.

Btw ini cepet banget sih udah 700an aja readersnya, makasih <3

Ice cream ; HaJeongwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang