Guru Fisika Bohongan Membuat Jantung Berdebar

1.3K 115 16
                                    

Samar-samar gue merasakan tepukan lembut di pipi gue. Bersamaan dengan itu, suara teredam yang memanggil-manggil nama gue pun ikut terdengar. Namun rasanya, tubuh gue terlalu lemah bahkan hanya untuk sekadar membuka mata.

"Ra,"

Gue menggeliat. Seolah tak mau bangun ke alam nyata, rasanya gue semakin nyaman berada di bawah balutan selimut.

Sampai tiba-tiba akhirnya seseorang menyentak lengan gue kuat. Membuat gue tertarik ke pinggir kasur. Gue mengerang kesal, namun masih enggan membuka mata.

"Ra, bangun! Kebo!"

Gue membuka mata. Sinar matahari yang amat menyilaukan membuat mata gue menyipit. Samar-samar tampaklah penampakan seorang cowok berseragam putih abu-abu. Cowok itu berdecak saat melihat gue yang enggan bangkit. Sialnya, ia malah menarik lengan gue lagi, kali ini lebih kuat hingga tubuh gue jatuh dari kasur.

Sontak saja gue membuka mata. Dengan kening yang berkerut akibat pupil yang belum menyesuaikan diri seutuhnya dengan cahaya, gue menatap cowok itu dengan sebal. Dengan satu tarikan napas, gue berteriak.

"Kak Arkaa!!"

Kak Arka menghela napas. "Bangun, Ra. Lo nggak mau sekolah?"

Apa? Sekolah? Memang sudah jam berapa? Saat tersadar akan keadaan yang rupanya sudah terang benderang, seketika itu juga gue tersadar bahwa gue kesiangan. Masih dengan posisi terduduk di lantai, buru-buru gue meraih ponsel di atas nakas. Saat gue hidupkan, hanya layar hitam yang terlihat.

"Lo nggak hidupin alarm?" Tanya Kak Arka.

"Baterai ponsel Rara habis."

Kak Arka hanya menggelengkan kepalanya. Terakhir kali yang gue ingat, gue bergadang untuk membaca buku sejarah. Pantas saja gue tak terbangun. Bahkan, buku itu masih ada di atas kasur dengan keadaan terbuka.

Saat gue hendak bangun, bagian lengan dan bagian samping badan gue terasa sakit. Sepertinya terbentur akibat gue jatuh dari kasur tadi. Dasar Kak Arka! Gara-gara dia nih.

"Udah, bangun cepetan." Kak Arka menyelutuk. "Buruan mandi terus siap-siap. Kalau lama ntar gue tinggal loh."

Gue mencebik tak suka. "Badan Rara jadi sakit gara-gara lo!"

Kak Arka terkekeh dengan tampang sok polos. Lalu ia menyodorkan tangannya.

"Bangun." Kata Kak Arka.

Gue mencebik dan bangkit sambil berpegangan pada pinggiran kasur. Kak Arka menarik kembali tangannya yang tak tak kunjung diraih.

Kak Arka membuang napas. "Ya udah, gue mau sarapan dulu. Cepetan, loh." Kemudian, Kak Arka langsung keluar dari kamar gue dan menutup kembali pintunya.

Gue melirik jam dinding. Sebenarnya tidak telat-telat amat sih. Namun keluarga gue memang dibiasakan bangun pagi--di mana matahari belum menampakkan dirinya--sejak dulu. Dengan sempoyongan, gue beranjak untuk merapikan seprai ala kadarnya. Buku sejarah tersebut gue ambil dan gue letakkan di atas meja. Lalu mengisi daya baterai ponsel sebelum akhirnya mengambil handuk untuk mandi.

* * *


Usai bersiap-siap, gue mengambil ponsel dan menghidupkannya sembari berjalan keluar kamar. Stelah menuruni anak tangga terakhir, gue berjalan menuju ruang makan. Di sana ada Papa, Mama, serta Kak Arka yang sedang memakan sarapan mereka.

"Rara cantik," panggil Mama saat melihat gue. Gue hanya tersenyum lalu duduk dan mengambil roti. "Nggak biasanya kamu kesiangan." Papa memperhatikan gue dengan mengangkat alisnya. Sedangkan Kak Arka tampak fokus dengan susu yang sedang diminumnya.

My Genius FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang