Cinderella yang Tertukar

469 42 18
                                    

Terkadang, membaca dan memahami karakter manusia bisa sangat sulit. Manusia sebagai makhluk unggul dibanding makhluk lain, dengan akal yang mengontrol pikiran serta nurani yang mengontrol emosi, membuat manusia istimewa. Akan tetapi, karena itulah tindakan yang diambil seseorang bisa tak terduga. Alur pikiran manusia terkadang bisa sangat kompleks. Terlalu berpikir keras akan suatu hal yang sebenarnya tak serumit itu.

Kuncinya hanya satu.

Biarkan segalanya mengalir begitu saja.

Setelah sekian lama berdebat dengan pikiran dan hati, berputar-putar pada pertanyaan yang sama, akhirnya gue menyadari suatu hal. Tembok yang telah lama membatasi diri gue atas pikiran-pikiran yang gue ciptakan sendiri itu, sebenarnya hanyalah sebuah ilusi.

Pengalaman kurang menyenangkan dan sifat defensif yang tercipta itu ternyata hanya membuat gue ragu. Meragukan semua orang. Awalnya Bagas adalah orang asing pertama yang berhasil merubah perspektif gue. Cowok itu berhasil membuat gue percaya padanya tanpa syarat. Terjadi begitu saja. Di antara kami berlima, Bagas ibarat sosok pelindung sekaligus penasihat. Ia selalu menjadi orang pertama yang mengulurkan tangan. Selalu mengarahkan kami semua dengan sikap tenangnya--termasuk di saat  kami hampir menggila perihal masalah Rio.

Siska, walau keberadaannya tak semenonjol yang lain, cewek itu turut memegang peranan penting. Ia seringkali memberi kami informasi yang diperlukan. Cewek yang kelihatannya tak acuh itu, nyatanya merupakan pengamat yang baik. Ia bisa menjaga rahasia dan siap mengulurkan tangan walau tak secara terang-terangan. Kalau dipikir-pikir, sebelum gue dekat dengan Bagas, ia selalu bersikap baik pada gue. Tanpa memandang gue dengan iming-iming anak ambis, anak emas, atau apapun itu.

Kemudian Febby datang dengan segala tindakanya yang membingungkan. Nyatanya, sikapnya yang begitu juga terbentuk akibat pengalaman yang dialaminya. Cewek itu membuat gue belajar, bahwa perkataan seseorang tak menjadi jaminan. Ucapannya kadang bisa menusuk, tetapi tindakannya menunjukkan hal sebaliknya. Ia berkata tak suka pada gue, gue hanya rival, dan sebagainya, tetapi ia malah lebih mempercayai gue untuk menunjukkan sifat aslinya. Dirinya yang manja, tak ingin kalah, keras kepala, semua itu selalu ditutupi dengan senyuman ramah saat berhadapan dengan orang lain. Kini gue mengerti. Cewek itu sama seperti gue.

Terlalu banyak berpikir.

Ia takut akan kehilangan segalanya dan orang-orang akan menjauhinya. Ia tak ingin ditertawakan lagi seperti dulu. Tak ingin dikasihani lagi. Tak sudi untuk diremehkan kembali. Jika gue memilih untuk menjauhi orang-orang, cewek itu memilih untuk membuat semua orang ada di pihaknya dengan cara apapun, termasuk selalu memasang topeng wajahnya. Selalu tersenyum ramah walau jelas-jelas ia sedang merasa lelah, sedih, marah. Gue tak dapat membayangkan, apa ia tak lelah setiap hari berpura-pura?

Gue dan Febby, menjadi seperti ini hanya karena segelintir orang yang mungkin saja sudah melupakan semua tindakan dan ucapannya. Ucapan yang katanya 'bercanda' dan 'terlalu lebay' untuk dipermasalahkan, pada akhirnya menghantui dan mengontrol orang-orang seperti gue dan Febby yang mentalnya tak cukup kuat untuk menerima semuanya. Membentuk pertahanan diri dengan bentukannya masing-masing.

Walaupun begitu, belakangan ini gue mulai memperhatikan perubahan sikap Febby. Usai kejadian yang menimpa Rio, ia bisa lebih bersikap apa adanya. Menjadi dirinya sendiri. Hanya saja, ia masih tak bisa lepas dari segala pemikiran-pemikiran dan rasa takut yang mengendalikannya. Ia takut gue menjadi penghalang. Jikalau gue lebih unggul, ia akan kembali dipandang rendah. Cewek hanya sedang bingung. Semua itu berhasil gue pahami usai curhatannya tempo lalu.

Sama seperti gue, perlahan ia mulai bisa melepaskan semua yang mengontrolnya. Bisa membuang semua beban tak sinkron antara hati dan pikirannya. Butuh waktu memang. Walau begitu, gue yakin seorang Febby akan bisa melewatinya. Buktinya, pada akhirnya ia tak terlalu memikirkan lagi perihal olimpiade. Cewek itu menarik gue ke ruang guru begitu gue mengatakan memang tak berniat untuk ikut kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Genius FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang