Sasuke menatap datar pemandangan di depannya. Pagi ini, seperti rutinitasnya setiap pagi, ia berangkat ke sekolah tatkala semua siswa mungkin masih menikmati sarapan di rumahnya masing-masing, atau sedang dalam perjalanan ke sekolah.
Melihat Hinata, teman sekelasnya yang juga datang lebih awal seperti dirinya mungkin adalah suatu pemandangan yang biasa baginya. Tapi melihat gadis berambut pink yang juga teman sekelasnya sekaligus sahabat Hinata, datang disaat hari yang masih bisa dikatakan pagi bagi siswa yang bertipe berantakan seperti dirinya, adalah hal yang luar biasa yang patut diancungi jempol. Suatu kemajuan yang pesat.
Teriakan-teriakan gila dari 'Sang Ratu Pembuat Onar', menggema di seluruh ruangan yang membuatnya berpikir untuk memeriksakan telinganya pada Dokter setelah pulang sekolah nanti. Seluruh sekolah pasti tahu siapa 'Ratu Pembuat Onar' di sekolah ini. Seluruh sekolah akan percaya kalau Sakura bisa saja berbuat hal nekad yang konyol, seperti aksinya kali ini. Tapi apakah seluruh sekolah akan percaya apa yang baru saja dikatakan gadis gulali itu?
Jatuh cinta? Seorang Haruno Sakura jatuh cinta? Bisakah seorang gadis cuek dan urakan seperti Sakura jatuh cinta? Bisakah gadis yang selalu mendapat kata-kata ketus darinya setiap hari karena kebodohan-kebodohannya, jatuh cinta? Bahkan seorang jenius Uchiha Sasuke yang selalu tidak peduli pada orang lain kini mengerutkan alisnya tidak percaya mendengar pengakuan yang meluncur dari gadis itu.
Sasuke tersentak kaget dari lamunannya. Hey, itu benar. Untuk apa Sasuke peduli? Mau Si Pingky jatuh cinta, jatuh bangun, jatuh tertimpa tangga, itu bukan urusannya. Menggelengkan kepalanya singkat, iapun melangkahkan kaki melewati gadis aneh yang sedang menguncang-guncangkan pundak sahabatnya maju mundur saking semangatnya, dengan langkah tenang.
"Uhuk... uhuk... Sakura-chan... uhuk... tenang dulu."
Hinata terbatuk-batuk akibat guncangan hebat yang diterimanya sebagai efek hormon dopamin yang terlalu berlebihan dari sahabatnya.
"Bagaimana bisa aku tenang... demi Tuhan, Hinata! Aku bisa mati saking senangnya!" teriaknya.
Hinata mengibas-ngibaskan tangannya di depan Sakura yang masih menguncang-guncangkan tubuhnya, berharap bisa menghentikan aksi brutalnya.
"Berisik!"
Hinata sangat bersyukur karena suara interupsi seseorang akhirnya mampu mengendalikan gadis pink di depannya.
Sakura menoleh ke asal suara dan menampilkan wajah masamnya saat tahu siapa pemilik suara. Sasuke. Siswa yang paling dibencinya. Siswa yang menurutnya, sok pintar, sok ganteng, sok dingin, dan sok-sok lainnya. Siswa yang membuatnya murka hampir setiap hari karena kata-kata ketus yang sering dilontarkan untuk menghinanya. Kurang kerjaan sekali.
"Apa kau tidak punya pekerjaan lain selain mengganggu kesenanganku?" ketusnya.
Sasuke tidak menatapnya, hanya terlihat tersenyum sinis.
"Apa kau tidak punya pekerjaan lain selain melakukan hal-hal bodoh?"
Sakura mendelik.
"Kalau kau masih punya waktu untuk menghinaku, lebih baik kau gunakan untuk mengurusi sifat memuakkanmu itu!"
Suaranya naik satu oktaf.
"Kalau kau masih mempunyai waktu untuk berteriak-teriak tidak jelas, lebih baik kau gunakan untuk mengurusi nilai-nilai mengagumkanmu itu."
Wajah Sakura merah padam. Ia sangat tahu apa maksud dari kata-kata 'mengagumkan' yang diucapkan pemuda itu. Spontan ia menggebrak mejanya.
"Hei kau pemuda sombong! Jangan kira kau satu-satunya jenius di sini!"
"Itu kenyataan."
Sasuke memejamkan mata tidak peduli.
Sakura mengepalkan tangannya geram. Hidungnya kembang kempis menahan marah. Hinata menatapnya khawatir.
"Kau! Aku akan tunjukan padamu! Aku akan menjadi jenius pada hal yang kau tidak bisa! Ingat itu!" tantangnya sambil menuding Sasuke.
"Hn."
Rasanya ingin sekali Sakura memukul wajah sok tampan di depannya kini. Ia melengos.
"Terserah." Ia menatap Hinata. "Ayo Hinata. Aku sedang dalam suasana hati yang bagus untuk bertengkar. Jadi aku tidak ingin wajah menyebalkan laki-laki ini merusak moodku," katanya sambil menarik Hinata untuk segera pergi dari tempat itu. Pergi meninggalkan pemuda Uchiha yang kini menarik sudut bibirnya begitu dua gadis itu menghilang dari pandangannya.
"Huh."
****
Sasuke melihatnya. Gadis bodoh itu. Menenteng sebuah tas berisi gitar di tangannya dengan senyum mengembang. Ia melangkahkan kakinya ringan memasuki kelas tanpa menghiraukan tatapan bertanya dari seluruh isi kelas padanya. Lagi-lagi ulah aneh. Begitulah yang ada di benak Sasuke, sampai sebuah suara membuatnya mau tak mau menegakkan kepala dan memasang telinga. Mungkin ia sudah gila melakukan semua ini. Ini bukan ciri khasnya. Menepis suara hatinya, ia kemudian menyimak percakapan dua gadis di depannya itu.
"Kau sungguh-sungguh serius, Sakura-chan?" Sakura memajukan bibirnya.
"Kau pikir aku main-main? Kemarin aku sudah didaftarkan oleh Saso-nii, kini aku resmi menjadi murid lesnya."
Wajah manyunnya berubah sumringah. Ia menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan tersenyum lebar.
"Aku tidak menyangka ini akan terjadi setelah tujuh belas tahun hidupku. Aku seperti pemeran utama di drama-drama penuh tangisan yang sering kau tonton itu, Hinata."
Hinata tersenyum tulus pada Sakura.
"Aku senang kalau kau senang, Sakura-chan. Aku senang akhirnya kau bisa menemukan cintamu. Aku berdoa semoga kau bahagia selalu."
Sakura mengangguk-angguk sambil memasang wajah ingin menangis.
"Arigatou, Hinata."
Ingin mendramatisir suasana, Sakura langsung memeluk Hinata.
"Kau benar-benar sahabatku yang puaaaling pengertian. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hidupku yang kacau balau ini kalau tidak ada dirimu."
Hinata meringis mendengar kalimat yang menurutnya terlalu berlebihan.
Sasuke mendengus. Entah apa yang membuatnya kesal. Karena kelakuan Sakura yang menurutnya bodoh? Karena Sakura yang akan les dengan orang yang tidak diketahuinya? Atau karena Sakura yang jatuh cinta pada guru lesnya? Tersentak dari pikiran tidak pentingnya, ia menggelengkan kepala. Ada apa dengan dirinya?
Ia sungguh tidak mengerti. Ini terjadi semenjak ia tahu kalau gadis pink itu jatuh cinta. Ia tidak bodoh. Ia sering dipaksa menemani ibunya menonton drama-drama khas perempuan. Dan ia tahu perasaan apa ini. Cemburu? Ia tersenyum sinis. Ia cemburu? Dengan seorang gadis bodoh? Jangan bercanda. Ia bisa dikeluarkan dari keluarga Uchiha kalau sampai ia jatuh cinta pada gadis sebodoh Sakura.
Oke, itu berlebihan. Sasuke menghembuskan napas frustasinya. Bahkan sekarang hanya memikirkan hal menyebalkan ini, mampu membuatnya frustasi. Mungkin sekali-sekali ia harus refresing. Terlalu banyak belajar sepertinya membuat otaknya beku hingga membuatnya memikirkan hal-hal konyol yang bukan gayanya. Yah, itu mungkin bukan ide yang buruk.
****
Kudus, 26 Febuari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Guitar
Teen FictionSakura menyukai gitar karena dia. Tapi bagaimana jika dia menyukai orang lain? Akankan Sakura tetap menyukai gitar? Apa yang membuat Sakura bertahan untuk menyukai gitar? "Menikahlah denganku!" "Eeeehhhhh!"