Sasuke menatap gadis itu. Ia menghela napas. Lagi-lagi sekelas. Hari demi hari begitu cepat berlalu. Setelah libur panjang kenaikan kelas, Sasuke kembali lagi ke sekolah dengan tingkatan baru. Kini ia sudah kelas tiga. Dan di sinilah ia. Berdiri di depan pintu yang bertulisan 3-1, dan menatap seorang gadis yang tengah asyik dengan gitar kesayangannya. Pemandangan yang sering ia lihat semenjak duduk di kelas dua.
Ini sudah hampir satu tahun semenjak gadis itu mendeklarasikan dirinya jatuh cinta dan mulai belajar gitar. Sasuke sering sekali mendapati gadis itu menggunakan waktu-waktu kosong di sekolah untuk berlatih. Dan Sasuke dapat melihat perubahan dari dirinya. Ia sudah mahir menggunakan alat musik petik itu, bak seorang profesional. Benar kata Sasori, ia sangat berbakat. Tanpa sadar Sasuke tersenyum. Ia teringat dengan tantangan gadis itu padanya. Sakura sudah menunjukan bahwa ia bisa menjadi seorang jenius di bidang yang Sasuke tidak kuasai.
Ia melangkahkan kaki menuju meja yang menjadi incarannya. Sakura sepertinya menyadari kehadirannya, tapi gadis itu tampak tidak mempedulikannya. Sasukepun tidak mempunyai niat untuk menyapa. Setelah bertemu di studio musik lima bulan yang lalu, hubungan mereka tidak mengalami suatu kemajuan yang berarti. Selalu seperti ini. Ia sebenarnya tidak merasa nyaman dengan keadaan ini, mengingat ia memiliki perasaan khusus pada gadis pink itu. Tapi mau bagaimana lagi.
Brakkk!
Sasuke yang baru saja duduk di kursinya, dikejutkan dengan suara dobrakan pintu. Ia mendongak dan menatap tiga makhluk yang menjadi tersangka pendobrakan. Seorang pemuda dan dua orang gadis. Salah satu gadis tampak menunduk, entah apa yang membuatnya malu-malu begitu. Gadis yang lainnya terlihat jengah dengan kelakuan pemuda di depannya kini.
"Hei, Naruto! Bisa tidak, buka pintunya pelan-pelan! Seperti orang bar-bar saja!" omel gadis pirang itu. Yang diomeli hanya menoleh padanya sambil cengengesan kemudian kembali menatap ke dalam. Matanya berbinar-binar saat melihat dua makhluk di dalam kelas itu.
"Sakura-chan! Teme! Aku senang sekali bisa sekelas dengan kalian!" teriaknya heboh. Sasuke berdecak. Sementara Sakura menyingkirkan gitarnya dan berdiri dengan senyum yang mengembang. Ia berlari berhamburan ke arah Naruto yang spontan merentangkan tangannya. Wajahnya memerah membayangkan bagaimana mesranya saat Sakura memeluknya.
"Hinata! Ino! Aku tidak menyangka akan sekelas dengan kalian!" teriak Sakura tak kalah heboh sambil berlari melewati Naruto. Ia memegang tangan kedua temannya itu dan melompat-lompat kegirangan, mengacuhkan seorang pemuda yang masih merentangkan tangannya dengan senyum lebar bodohnya. Sasuke tersenyum sinis. Malang sekali nasib pemuda itu.
"Sakura? Kau di kelas ini juga? Wow, aku tidak menyangka, kita akan berkumpul lagi!" teriak Ino. Hinata mengangguk.
"Iya, Sakura-chan. Aku senang kita bersama lagi," ujarnya senang. Sakura mengangguk-angguk gembira. Ino seperti mengingat sesuatu.
"Ah, Sakura. Kebetulan kau di sini." Ino membuka tasnya dan mengobrak-abrik isinya. Ia tersenyum saat menemukan benda yang dicari. "Ini," ucapnya singkat sambil menyodorkan benda tersebut. Sakura mengerjab menatapnya. Undangan?
"Apa ini?" Ino memutar bola matanya.
"Itu undangan, Sakura!" Sakura cekikikan.
"Aku tahu, maksudnya undangan apa?" kata Sakura sambil mencoba membuka undangan tersebut. Ino tersenyum sumringah.
"Itu undangan ulangtahunku. Sebulan lagi. Datang yah?" Mata Sakura berbinar-binar menatap undangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guitar
Novela JuvenilSakura menyukai gitar karena dia. Tapi bagaimana jika dia menyukai orang lain? Akankan Sakura tetap menyukai gitar? Apa yang membuat Sakura bertahan untuk menyukai gitar? "Menikahlah denganku!" "Eeeehhhhh!"