Wahai Hati, Bersabarlah

9.6K 420 5
                                    

Hari telah berganti bulan, Nita telah meninggal dunia dua jam setelah oprasinya, dan bayinya selamat. Kina Gini telah menjadi istri sahnya Khoirul, tepatnya istri pengganti untuknya.

Seperti kebiasaan para istri lainnya, Gina sangat gesit dalam mengurus keluarga kecilnnya. Dia akan beberapa kali terbangun di malam hari karena suara tangisan bayi kecilnya, dan dia juga akan bangun paling pagi untuk menyiapkan sarapan dan kebutuhan sekolah Mika, anak pertma Nita dan Khoirul.
Ia sangat bahagia dengan rutinitasnya itu, ia menikmati hidupnya saat ini.

Jika pekerjaan rumah telah selesai ia akan sangat senang menggendong bayi kecilnya, Akbar. Rsanya Gina sangat jauh dari kesan ibu tiri jahat, dia sangat menyayangi Akbar, dia merasa dialah yang telah melahirkan Akbar, walaupun dia tidak tahu bagaimana rasanya hamil dan melahirkan.

Atau dia akan dengan senang hati membantu Mika mengerjakan tugas sekolahnya, mengajarkannya membaca, menghitung, dan menghafal surat-surat pendek dalam Al-quran. Selain itu, yang paling membahagiakan bagi Gina adalah ibunya sering sekali mengunjunginya, begitupun dengan ibu mertua yang sangat menyayanginya.

Tetapi benar, hidup tidak akan selamanya sesuai dengan keinginan. Tidak ada jalan hidup tanpa batu kerikil,  belokan, dan rintangan. Masalah dan hidup bagaikan dua sisi mata uang, mereka saling berdampingan.

Disaat Gina dan keluarganya teah menerima pernikahanya, tetapi sebaliknya, orang yang seharusnya saat ini berdampingan malah tidak menginginkan pernikahan itu, tidak bersedia menerima kehadirannya, Khoirul masih tidak bisa menerima kehadiran Gina dalam hidupnya, sebagai pengganti istrinya.

Khoirul tidak pernah menyentuh Gina. Mereka tidak pernah juga tidur satu kamar. Bahkan dia tidak pernah duduk berdampingan dengan Gina, hanya untuk sekedar menyicipi masakannya pun tidak pernah. Dia selalu memilih makan di luar rumah. Dan masalah Gina bukan sampai di situ saja, Mika kadang-kadang suka rewel jika sedang rindu bundanya.

Mika sering mengucapkan kata-kata yang sangat menyakiti hati Gina.

"Tante adalah penyebab bunda pergi" teriak Mika sore itu. Dia menangis tak karuan, semua barang-barang yang ada didekatnya, ia lemparkan pada Gina.

"Tidak sayang" ucap gina lirih, ia peralahan menghampiri Mika "ibu pergi ke surga menemui Allah, ibu bahagia di sana." Bujuk Gina, dia berusaha memeluk tubuh mungil Mika yang terus meronta-ronta.

"Ibu tidak sayang Mika lagi. Apa karena mika nakal?"

"Tidak sayang, Mika tidak nakal. Ibu hanya istirahat saja."

"Tante bohong. Tente merebut Mika dan Ayah dari ibukan?" Teriaknya kemudian.

Mendengar ucapan Mika, rasanya ada duri yang tiba-tiba menancap dalam hatinya. Dia sedih sekali, ingin rasanya iapun ikut menangis. Jujur saja, iapun sama kehilangan sepupunya itu.

Saat Mika terus menangis, Khoirul pulang. Mika berlari memeluk ayahnya, dan seperti biasa ia akan mengadu hal-hal yang tidak-tidak.

"Tenang sayang, ada ayah di sini, tidak akan ada siapapun lagi yang menyakitimu" ucap Khoirul dan menggendong Mika, lalu pergi meninggalkan Gina yang tengah menatap mereka berdua.

Khoirul tidak pernah tahu dampak dari ucapannya barusan. Betapa sesak dada Gina, rasanya dia telah di salahkan disini. Ucapan Khoirul seakan-akan membenarkan apa yang dikatakan Mika, dan beralih menyalahkannya. Ingin rasanya dia membela diri, tapi apa daya, mulutnya kakau, ia takut Mika akan memebencinya.

Dia mulai membereskan barang-barang yang dilempar anaknya itu. Matanya terasa sangat panas, takuat rasanya. Ia berlari menuju kamar mandi dan terduduk di balik pintu. Dia mengigit keras bibir bawahnya dan mencengkram roknya dengan sangat kuat, air matanya tak bisa di bendung lagi. Sabar Gina, kamu harus ingat, Allah akan selalu bersama orang-orang yang sabar, batinnya.

"Wahai hati, bersabarlah" lirihnya.

Itulah Mika, dia terkadang bisa menerima kehadiran Gina dan terkadang tidak. Dia masih belum terlalu mengerti dengan keadaan yang sebenarnya. Yang ia tahu adalah rasa rindu pada bundanya semakin hari semakin tak terbendung lagi.

***

Keesokan harinya saat keadaan telah normal kembali, dan saat Mika telah kembali seprti bisa. Gina akan dengan senang hati menggandeng tangan anak sulungnya itu masuk kedalam mobil dan mencium keningnya.

Saat dia kambali kerumah, ada yang tertangkap oleh sudut matanya. Ia berjalan menghampiri sofa dan saat di lihat ternyata dompet suaminya ketinggalan. Ia berlari keluar rumah untuk menyusul suaminya, tapi sayang mobil suaminya baru saja meninggalkan halaman rumah.

Ia tahu apa yang harus ia lakukan, ia berlari menggambil sepeda tua milik suaminya dan mulai mengendarainya untuk menyusul. Memang dasar, tiba-tiba motor menyerempet sepedanya itu dan ia terjatuh. Tangan dan kakinya terluka.

"Maaf ba?" Pengendara motor itu membantu Gina memabangunkan sepedanya. "Mba mau saya bawa kerumah sakit?" Tanyanya lagi.

"Tidak usah. Saya buru-buru. Saya permisi dulu?" Gina berlalu meninggalkan pengendara motor yang masih memandanginya dengan heran.

Untungnya dia bertemu dangan Khoirul di sekolan Mika.

"Mas ini dompetnya ketinggalan." Gina menyodorkan dompetnya pada Khoirul.

Khoirul sedikit mengerutkan keningnya lalu meraih dompet itu dari tangan Gina. Sepertinya dia tidak tahu apa yang dialami istrinya barusan.

Tetapi bukannya mengucap terimakasih, Khoirul malah memaki Gina karena dia teledor meninggalkan Akbar di rumah sendirian. Dia menyuruh wanita malang itu untuk segera pulang kerumah.

Sesaat setelah sampai di rumah, Gina langsung melihat keadaan Akbar, dan syukur anak bungsunya itu masih tertidur pulas.

"Makasih anak soleh. Kau sangat pengertian sayang" ucapnya melihat mata Akbar yang masih terpejam itu.

Gina baru menyadari luka di tangan dan kakinya. Ia beberapa kali meringis kesakitan, lalu bergegas untuk mengobatinya.

Sang PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang