5

1K 59 11
                                    

Sudah hampir empat jam Krystal masih terlelap dalam tidurnya setelah puas menangis. Rasa lelah dan kantuk bercampur menjadi satu yang mengakibatkannya enggan untuk bangun dalam waktu singkat. Berbanding terbalik dengan Amber nan masih bertahan guna menjaga Krystal meski lingkaran hitam di sekitar matanya sudah terlihat sangat jelas. Kepalanya yang terasa berat bahkan berkali-kali harus tertunduk kemudian terbangun kembali. Namun setelah beberapa menit akhirnya rasa ngantuk yang teramat sangat menyiksa harus membuat ia menyerah. Kepalanya terbaring di samping kasur Krystal yang masih tidur pulas dengan mata bak panda.

Merasa ada sesuatu nan membuat pergerakan tangannya tak bebas untuk bergerak, Krystal terbangun dan menilik perlahan dengan mengangkat kepalanya sedikit demi sedikit dan melihat benda apa yang ada di atas selimut tebal pembalut tubuhnya tersebut.

Matanya membulat kala melihat Amber lah yang rupanya berada di sana. Kepalanya masih pusing dan masih sedikit lupa-lupa ingat tentang apa yang sebelumnya terjadi hingga ia bisa di temani Amber saat ini. Niatnya hendak membangunkan tapi apalah daya hatinya tak sampai setega itu untuk mengganggu sang sahabat. Raut wajahnya bahkan masih terlihat menahan letih meskipun tengah tertidur pulas.

Jari jemari Krystal merayap perlahan di atas rambut pendek Amber kemudian merapikannya dengan penuh hati-hati agar tak sampai membangunkan si empu. Senyumnya terpatri begitu tulus kala melihat wajah polos terpampang begitu indah di hadapannya. Sudah lama rasanya ia tidak di rawat oleh gadis itu saat sakit. Karena Krystal biasanya selalu di jaga oleh Luna sedangkan Amber sibuk dengan aktifitas solonya. Berat hati memang kala gadis berperawakan tomboy persis seperti Yoona itu harus meninggalkan sahabatnya nan tengah sakit, tapi tak ada pilihan lain. Ia hanya bisa menitipkan Krystal pada Luna yang pasti juga bisa merawat sulung dari Jung itu dengan baik.

"Apa aku membentak unnie lagi?" Tanya Krystal dalam kesunyian yang terjadi di malam itu.

Setengah dari ingatannya kini perlahan-lahan mulai kembali dan sedikit mengingat kejadian dimana ia berbincang dengan Jessica. Hingga berakhir dengan dirinya meninggalkan sang kakak di kamar sendirian lalu berlari kepelukan Amber yang sudah berdiri tepat di depan pintu. Bulir air mata berwarna bening menetes lantas menyisakan bekas di pipinya. Semakin lama semakin deras namun sekuat tenaga suara yang hendak keluar berusaha ia tahan agar tak mengganggu orang nan tengah tidur di sampingnya.

Tak ada kesengajaan di dalam hatinya kala ia mengatakan kata-kata tersebut yang justru menyakiti perasaan Jessica. Namun sepertinya nada yang mulai meninggi seiring dengan emosi nan juga ikut meluap membuat Krystal menjadi lupa diri. Jika sudah seperti itu, siapa yang tak akan sedih jika di bentak oleh adiknya sendiri? Muncul rasa bersalah mendalam kembali di benak Krystal. Sejujurnya ia ingin, bahkan sangat-sangat ingin untuk bicara dengan Jessica namun tentu tak seperti situasi kemarin. Bukannya memperbaiki hubungan mereka, pembicaraan itu seolah menjadi sebuah pembatas yang lebih memperlebar jarak antar mereka. Semakin luas seolah tak ada jalan untuk menembus tembok tersebut.

..

.

.
.
.
.

Yoona melompat dari atas kasur setelah matanya membulat sempurna karena sadar akan apa yang berada di depannya sekarang, hingga membuat ia terjungkal bebas ke atas keramik yang keras. Yoona ingat sekarang tentang apa yang sudah ia lakukan barusan. Kepalanya menggeleng dengan kuat karena secara tak sadar sudah melakukan ciuman tersebut. Ia tidak mengerti kenapa semuanya berlalu begitu cepat dan sampai tak menyadarinya.

Yoona seakan lupa akan dunia dan yang ia rasakan benar-benar hanya debaran dada nan semakin kencang. Apa yang sudah di fikirkan Yoona tentang sebuah perasaan cinta sangatlah membuat ia merasa bodoh. Bagaimana ia bisa menganggap bahwa semua yang terjadi adalah gejala jatuh cinta? Yang lebih mustahilnya lagi, di hadapannya sekarang adalah seorang gadis bernama Jessica Jung. Tak mungkin jika ia berfikir sebuah perasaan cinta terhadap sesama jenisnya. Tapi ia terlalu mengakui fakta bahwa saat menyukai pria pun ia merasakan hal yang sama. Persis sekali seperti saat ini.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang