Lihatlah secara langsung, bagaimana situasinya?
Diujung tatapan kebingunganmu itu, ada dinding yang runtuh.
Malam perlahan sirna..Terus berlanjut tanpa henti.
Aku tak bisa memotongnya dengan pisau tumpul.
Masalah yang terus berulang itu adalah tugas yang belum diselesaikan.Dengarkan suara angin yang lemah dan terpecah didepan tembok tinggi.
Kusut dan meliuk-liuk bagai badai yang ganas.Kau harus menerobosnya, agar bisa melihat kita.
Kau harus berteriak keras, agar bisa terdengar dari jauh.Ketika cahaya mulai menyebar dan mengusir kegelapan.
Kau harus bangun di pagi yang baru.-The Eve
EXO-----------------------------------------------------------------
Author pov.Manhattan's, Exxon Corp.
01 : 12 PM.Disebuah ruangan temaram dengan kelambu merah yang belambai-lambai, Xavier duduk terdiam memandang kota Manhattan dari bangunan tinggi yang berlantai 70. Pikirannya asik melayang panas kejadian tadi pagi. Dimana dirinya melihat Clara memandang kaku kearah kejantanannya yang asik keluar masuk liang Firetta –istrinya– tanpa mendapat pelepasan.
Ini gila. Benar kata orang. Otak dan tubuh tak akan bisa bekerja sama dalam situasi apapun..
Bibir ranum itu. Ia telah merasakan manisnya bibir ranum Clara dengan sedikit paksaan. Demi apapun, itu diluar akal sehatnya.
Tubuh sintal Clara selalu menjadi imajinasinya setiap saat. Xavier tau ini salah. Clara anaknya, bagaimana bisa ia berlaku bejat pada anak kandungnya sendiri.
Tapi bila akal sehat itu telah hilang, Xavier bisa berbuat apa? Dirinya ingin Clara. Hanya dia, anaknya sendiri. Ia tak peduli akan Dunia yang nantinya menolaknya. Sudah cukup. Tubuh dan hatinya menginginkan Clara, walau akal sehatnya terkadang melarang semua.
Xavier berdiri dari kursi kerjanya, melangkah pergi meninggalkan ruangan temaram disiang hari itu. Jujur saja, Xavier adalah orang pembenci Cahaya. Hidupnya penuh kegelapan. Firetta istrinya pernah menerangi hidupnya, sayangnya itu hanya berlaku sementara, hidupnya kembali Galap lebih kelam dari sebelumnya, hingga tangisan mungil pertama Clara yang mengacaukan pikirannya. Jari mungil yang tak mau lepas menggenggam tangannya lembut, dan tawa begitu lepas Clara mengubah segalanya.
Xavier melangkah gagah melewati karyawannya menuju lift tanpa membalas sapaan mereka. Tak jarang karyawati disana memberikan tatapan menggoda padanya, tapi Xavier tetaplah Xavier, pria dingin yang bahkan merasa jijik melihat wajah karyawati jalang nya.
Pintu Lift tertutup rapat. Sejenak Xavier menutup mata dan menghembuskan nafasnya kasar. Pikiranya benar-benar kacau saat ini.
Diambilnya IPhone berwarna hitam legam keluaran terbaru dari kantong jasnya. Ia menekan beberapa digit angka, lalu menempelkan benda itu ditelinga. Perlu beberapa deringan, hingga sebuah suara lembut mengalun dari sebrang.
"Hy Honey.. Tidak biasanya kau menghubungiku, ini masih jam kerjamu bukan?" Sapa Firetta disertai pertanyaan.
"hmm." Jawab Xavier dingin tanpa mau basa-basi. Terdengar helaan Nafas kasar dari Firetta ditelepon.
"Kenapa sulit sekali mengajak mu bicara sayang?" lirih Firetta sendu. Begitu sulit baginya membuat Xavier berbicara lembut padanya. Namun apa boleh buat? Ia hanya bisa bertahan demi Cintanya pada Xavier yang mungkin tak mencintainya. Juga demi Clara anak nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dad is Taboo [END]
RomanceTubuhnya menggodaku untuk mendekati nya, mengundang ku untuk menjamahnya, dan meminta ku untuk menikmati nya. Tabu? Ya, ini semua tabu. Tapi dalam buah tabu ini, terdapat kenikmatan luar biasa yang bisa kami nikmati. Jika dirimu adalah nerakaku, ma...