3

27.2K 2.4K 44
                                    

"Kak Sean..."

"Kenapa? Kau terkejut?" tanya Sean dengan santainya. Dia berjalan mendekati Vely yang duduk di pinggir ranjang. Vely tersentak kaget karenanya. Dengan spontan, dia mundur saat Sean bergerak mendekatinya. Mata Sean memicing tajam merasa tak suka melihat sikap Vely yang ingin menjauhinya. Dia pun berhenti sesaat dan menatap Vely dengan tajam.

Rambut acak-acakan dan tubuh yang hanya dibalut oleh selimut. Lalu, tatapan mata Sean beralih pada pakaian Vely yang sudah tak layak pakai. Semalam, dia memang susah menahan nafsunya yang sudah di ubun-ubun. Karena tak mau membuang waktu juga agar lebih cepat, dia merobek pakaian Vely hingga gaun seksi ketat itu menjadi dua bagian. Jelas Sean juga tidak tahu kalau Vely meminjam baju itu dari adik Sean sendiri.

Vely beringsut turun dari atas ranjang dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia bingung bagaimana harus pulang. Tetapi, dia tetap harus pulang. Melihat sorot mata Sean membuat Vely ketakutan.

"A-aku harus pulang," ucap Vely terbata-bata. Dia berjalan dengan perlahan. Vely meringis pelan saat merasakan perih di selangkangannya. Pasti itu karena semalam.

Baru juga lima langkah Vely berjalan, tangannya langsung di cekal oleh Sean. Tanpa kelembutan sedikit pun, Sean menarik Vely dan langsung mendorong tubuh Vely ke atas ranjang. Vely memejamkan mata dengan erat saat punggungnya menyentuh kasur dengan keras. Memang kasurnya lembut dan empuk. Tetapi, tetap saja Vely merasa punggungnya ngilu.

Dengan perlahan, Vely membuka matanya. Dan dia langsung membelalak kaget melihat wajah Sean yang sudah berada di hadapannya. Dengan spontan, dia bergerak berusaha menjauhi Sean. Tetapi, Sean menahan pergerakannya. Matanya menyorot tajam membuat Vely ketakutan.

"Kau pikir ke mana kau akan pergi hm?" tanya Sean dengan suara yang sangat rendah. Sebuah seringai terbit di bibirnya melihat wajah ketakutan Vely. Bak kelinci yang siap diterkam sang singa.

Vely menggerakkan tubuhnya berusaha terbebas dari Sean. Tetapi, cengkaraman tangan Sean di lengannya semakin kuat. Membuat Vely kesakitan. Air mata mengalir dari kedua sudut matanya saat dia sadar apa yang akan Sean lakukan padanya.

"Ingat saja. Aku tidak akan membebaskanmu walaupun hanya satu detik," ucap Sean dengan dinginnya. Dan detik berikutnya, Vely kembali menjadi mangsa Sean. Vely hanya bisa menangis sesenggukan saat rasa sakit dan perih dia rasakan. Sean memperkosanya.

***

Sore datang meninggalkan pagi dan siang. Vely tergolek lemah di atas ranjang dengan tubuh polos yang tak tertutupi apapun. Wajahnya basah oleh air matanya sendiri. Tubuhnya juga sangat lemas. Bahkan, untuk menarik selimut saja rasanya dia tak sanggup.

Perkataan Sean tadi pagi benar terbukti. Sean tak membiarkan Vely istirahat walaupun sebentar. Vely bahkan belum mandi dan belum makan. Tetapi, Sean tak peduli akan hal itu. Yang penting, hasratnya tersalurkan. Masa bodoh kalaupun wanita yang dia tiduri tersiksa akibat perlakuan kasarnya.

Kulit Vely yang putih mulus kini terlihat kemerahan di beberapa tempat. Lengan, paha, payudara dan pantatnya. Itu semua karena tamparan tangan Sean. Vely tak bisa melawan dan hanya bisa menerima saja dengan pasrah.

Sean, sang dominan yang baru saja keluar dari kamar mandi menatap Vely dengan datar. Tak ada rasa kasihan dan khawatir sedikit pun di dalam sorot matanya. Tubuh tegapnya sudah dibungkus setelan kerja berwarna hitam yang begitu rapi dan terlihat mahal.

Sean mengambil handuk dan melemparkannya ke samping tubuh Vely.

"Bersihkan tubuhmu. Kutunggu sepuluh menit di luar," ucap Sean. Setelah berkata seperti itu, Sean beranjak keluar dari kamarnya. Lagi, Vely menangis. Entah bagaimana nasibnya sekarang. Tak menyangka, ajakan Senna dan Jordy malah mengantarkannya masuk ke dalam kandang singa yang begitu liar dan ganas.

Dengan susah payah, Vely mencoba duduk. Dia melilitkan handuk itu ditubuhnya. Saat mencoba berdiri, tubuhnya malah jatuh ambruk ke lantai. Dan lagi, Vely menangis. Menangisi nasib buruknya.

Kakinya seolah susah untuk menapak lantai. Tulang-tulangnya seolah remuk membuat dia tak sanggup berdiri untuk menopang tubuh sendiri. Tetapi, Vely tak putus asa. Walaupun sulit, dia tetap mencoba berjalan dengan tangan berpegangan.

***

Sean menatap wanita muda di hadapannya yang semalam dia renggut kesuciannya. Bukan hanya semalam saja, tetapi, sejak tadi pagi sampai sore ini Sean pun tetap menggempurnya. Dia tak peduli dengan semua rintihan kesakitan Vely. Ya, dia tak peduli.

Kini, mata elangnya tak lepas melihat gerakan tangan Vely yang berusaha menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Dia kesusahan karena tangannya terasa begitu lemas. Tangannya juga bergetar karena sejak pagi dia belum mengisi perutnya dengan makanan apapun.

Sean menatap Vely dengan bosan. Cara Vely mengunyah makanan begitu lama dan membosankan. Membuat Sean kesal. Hingga akhirnya, dia menggebrak meja membuat Vely berjengit kaget sampai sendok ditangannya jatuh.

"Dasar lelet," desis Sean. Vely terdiam dengan kepala menunduk. Dia baru makan beberapa suap saja. Perutnya belum kenyang. Tetapi ucapan Sean barusan membuat Vely enggan untuk makan lagi.

"Baju itu, untukmu saja. Sekarang, aku antarkan kau pulang," ucap Sean lagi. Dia bangkit berdiri dan langsung berjalan meninggalkan ruang makan. Vely pun dengan susah payah berusaha mengejar langkah Sean. Kakinya masih terasa lemas dan selangkangannya juga masih terasa sakit.

"Orangtuamu belum pulang. Dan kau ingat satu hal," ucap Sean. Dia mendekati Vely dan mencengkeram dagu Vely dengan kuat.

"Jangan kau katakan pada siapa pun tentang semua ini. Jika kau berani mengatakannya pada orang lain, maka kau akan tahu akibatnya," ancam Sean. Dia melepaskan dagu Vely dengan kasar. Setelah itu, dia menarik tangan Vely agar berjalan cepat bersamanya. Vely terisak karenanya. Dia tidak tahu apa lagi yang harus dia lakukan. Ancaman Sean membuatnya takut. Tetapi, Vely tahu kalau Sean tak akan membebaskannya begitu saja. Walaupun begitu, Vely tak bisa berbuat apa-apa. Kalaupun dia mengatakan semua itu pada keluarganya, tetap tak akan ada yang percaya padanya.

***

Sesampainya di rumah, Vely hanya diam dan berbaring. Dia meminta Bi Asih untuk membawakan makanan dan minuman ke kamarnya. Vely benar-benar tak berdaya.

"Non, mau Bibi panggilkan Dokter?" tanya Bi Asih khawatir. Vely menggeleng pelan mendengarnya. Bi Asih menatap Vely dengan khawatir. Saat Vely memasuki halaman dengan tubuh lunglai, Bi Asih terkejut. Dia pun meminta Pak Karman untuk menggendong Vely menuju kamar.

Sean memang tidak mengantarkan Vely sampai depan rumah. Dia menurunkan Vely di pinggir jalan dan setelah itu langsung pergi begitu saja. Tanpa memikirkan bagaimana cara Vely berjalan dengan kakinya yang masih belum bisa bergerak normal kembali.

Vely pun bungkam dan tak mengatakan apapun pada Bi Asih maupun Pak Karman. Dia masih takut dengan ancaman Sean. Karena Vely sadar, dia lemah. Dia tak akan bisa melawan kekuatan dan kekuasaan Sean.

_______________________________________

Hai hai...
Bagaimana???
Jangan lupa vote dan komennya.

So, sekarang kalian tahukan kalau Sean seperti apa?

Yap, nama tokoh cerita ini memang sengaja disamakan dengan cerita Secret Affair. Tetapi, karakter tokoh juga alur sangat berbeda😁

Unconcious LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang