5

24.4K 2.3K 55
                                    

Ancaman Sean kembali menimbulkan perasaan takut di dalam hati Vely. Seperti budak, Vely pun patuh dengan semua perintah Sean. Dia awalnya menolak minum kopi. Tetapi, Sean memaksa dan Vely pun terpaksa meminumnya.

"Orangtuamu masih belum pulang kan?" tanya Sean. Matanya menatap tajam pada Vely. Vely tak berani menatap Sean dan hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Vely sadar, akan ada sesuatu berbahaya yang menimpanya nanti. Entah apa yang akan Sean lakukan. Tetapi, Vely merasa sangat yakin kalau Sean senang dengan ketidakberdayaannya.

"Bagus," ucap Sean lagi. Vely semakin gentar mendengarnya. Entah apa rencana Sean. Vely hanya bisa berdo'a semoga Sean tidak melakukan hal buruk terhadapnya.

"Cepat habiskan kopimu. Kita pergi," ucap Sean. Dia langsung bangkit berdiri dan membayar kopi miliknya juga milik Vely. Sedangkan Vely masih duduk dan diam di tempat.

Beberapa saat kemudian, Sean mendekati Vely dan mencengkeram pergelangan tangan Vely dengan kuat. Vely tersentak kaget karenanya. Tanpa mempedulikan kekagetan Vely, Sean menarik Vely keluar dari cafe itu. Hujan sudah mulai reda dan Sean memaksa Vely untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Ti-tidak. Aku akan pulang sendiri," ucap Vely dengan tubuh bergetar ketakutan.

"Aku sudah memperingatimu," desis Sean. Dia memaksa Vely untuk masuk ke dalam mobilnya. Lalu, dia sendiri masuk dan Sean sengaja mengunci pintu agar Vely tak bisa kabur.

Kedua tangan Vely terkepal. Dia tidak tahu Sean mau membawanya ke mana. Dia juga tidak tahu Sean akan melakukan apa padanya. Dia takut.

Setelah beberapa menit, mobil Sean berhenti di pinggir jalan yang sepi dan gelap. Vely menelan ludahnya dengan susah payah. Apa Sean akan menurunkannya di jalan yang menyeramkan ini?

"Buka bajumu," ucap Sean tiba-tiba. Mata Vely membelalak kaget mendengarnya. Dia langsung merapatkan jaketnya dan menjauhi Sean.

"Ti-tidak," balas Vely. Sean menatap Vely dengan tajam membuat Vely ketakutan. Tanpa belas kasihan, Sean menarik tangan Vely dan mencengkram dagu Vely dengan kuat. Setelah itu, tangannya yang bebas menurunkan jok mobil. Dia membaringkan Vely dengan paksa dan langsung menindih tubuh Vely.

Vely memberontak berusaha melepaskan diri. Tetapi, usahanya sia-sia. Dia tak punya kekuatan lebih. Dia hanya bisa pasrah dan menangis saat Sean mencium bibirnya dengan kasar. Bibirnya sampai bengkak dan berdarah. Dan Vely juga tak bisa berbuat apa-apa saat Sean melepaskan satu persatu kain yang dia pakai. Dia lemah. Dia tak berdaya. Hingga akhirnya dia kembali menjadi korban pemerkosaan Sean.

***

Sean mengancingkan celananya dan memakai gespernya lagi. Selesai dengan penampilannya, lalu dia melirik ke arah Vely yang masih terbaring di atas jok yang diturunkan. Vely tak sadarkan diri. Itu semua karena ciuman Sean yang membuat Vely sesak nafas hingga akhirnya pingsan.

Sean tak merasa bersalah sedikit pun. Dia juga tidak khawatir dengan Vely yang masih belum sadarkan diri. Dia malah memungguti baju Vely dan melemparkannya ke atas tubuh telanjang Vely yang baru saja dia jamah dengan kasar.

"Cih. Dasar merepotkan," decih Sean. Dia menghidupkan mesih mobilnya dan mulai menjalankannya. Niatnya tadi, akan menurunkan Vely saja setelah hasratnya tersalurkan. Tetapi, Vely malah tak sadarkan diri. Sean pun terpaksa membawa Vely ke apartemennya.

Ya, Sean akui kalau dia memang pria brengsek, bajingan. Tetapi, Sean masa bodoh dengan semua itu. Yang penting, semua kesenangan dia dapatkan. Salah Vely juga yang berani-beraninya masuk ke kelab malam hingga akhirnya bertemu dengannya.

Beberapa menit kemudian, mobil Sean sudah terparkir di basement. Dia menatap Vely yang masih belum sadarkan diri. Dia sedang memikirkan bagaimana cara membawa Vely ke apartemennya. Sedangkan Vely sendiri masih telanjang bulat.

Sean pun melepaskan jasnya sendiri dan memakaikannya pada Vely. Jasnya lumayan panjang hingga mampu menutupi tubuh Vely sampai setengah paha. Setelah itu, dia menggendong Vely dan membawa Vely ke unit apartemennya.

Hari yang sudah malam membuat basement sepi. Beruntungnya, di dalam lift tidak ada siapa-siapa. Sean merasa aman. Kalau ada, pasti dia dianggap menculik seorang gadis. Ya, padahal faktanya dia memang menculik Vely.

Lift berhenti dan pintunya terbuka. Sean segera keluar dari sana dan mendekati pintu apartemennya. Sedikit kesusahan saat akan memasukkan sandi apartemen karena Vely yang berada di gendongannya.

Setelah berhasil, Sean segera masuk dan menidurkan Vely di ranjang miliknya. Sean menidurkan Vely dengan hati-hati takut membuat Vely terbangun.

Sean lalu bangkit berdiri dan menatap Vely. Rambut Vely acak-acakan dan wajah Vely basah oleh air mata. Lalu, tatapan mata Sean terarah pada leher dan dada Vely yang penuh dengan bekas cumbuannya. Sebuah seringai bangga tampak di bibirnya. Indah untuk dilihat baginya.

Merasa tubuhnya lengket, Sean pun memilih untuk membersihkan tubuh. Dia berjalan menuju kamar mandi dan meninggalkan Vely sendirian yang masih tak sadarkan diri.

***

Sean selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Dia menatap ke arah ranjang dan melihat di sana tidak ada siapa-siapa. Sean pun langsung berjalan cepat keluar dari kamarnya. Dia mencari-cari keberadaan Vely dengan kondisi tubuhnya yang hanya memakai handuk.

Pintu apartemennya masih terkunci pertanda Vely belum keluar. Dia pun mencari Vely lagi dan ternyata Vely sedang di dapur dan membuka kulkasnya.

"Kau mencari apa?" tanya Sean. Vely terkejut dan langsung menutup pintu kulkas dengan cepat. Dia menunduk menghindari tatapan mematikan Sean.

"A-aku lapar," jawab Vely dengan suara pelan. Sean berjalan mendekati Vely yang terlihat ketakutan.

Sean membuka pintu kulkasnya dan melihat isinya. Tak ada makanan dan hanya ada beberapa kaleng bir saja. Sean menghembuskan nafas pelan dan menutup pintu kulkasnya. Dia lalu kembali menatap Vely yang memilin-milin jarinya.

Oke. Sebenarnya, Sean malas jika harus mencarikan atau membeli makanan untuk Vely. Tetapi, melihat wajah pucat Vely membuat sisi rasa kemanusiaan Sean sedikit bangkit. Ya, hanya sedikit.

Tanpa bicara, Sean menarik lengan Vely dan membawa Vely kembali ke kamarnya. Vely masih memakai jas kerja Sean yang tak mampu menutupi seluruh tubuhnya.

"Kau pesan saja makanannya," ucap Sean seraya menyerahkan ponsel miliknya pada Vely. Setelah itu, dia beranjak mendekati lemari dan memakai pakaiannya. Vely yang memang merasa sangat lapar pun segera mengotak-atik ponsel Sean dan memesan makanan lewat online. Setelah selesai, Vely menyimpan ponsel Sean di atas nakas.

"Ehm, bajuku di mana?" tanya Vely pada Sean. Sean diam sesaat dan baru ingat kalau semua baju Vely masih berada di mobilnya. Dia lupa membawanya tadi.

"Kau pakai saja baju yang ada," jawab Sean dengan sinis. Vely menundukkan kepala mendengarnya. Sebenarnya, dia ingin pulang. Tetapi, tak mungkin juga dia keluar hanya dengan jas Sean yang melekat di tubuhnya. Lagi pula, tak mudah bagi Vely untuk kabur dan terlepas dari Sean. Sean terlalu berkuasa dan kuat. Membuat Vely tak bisa melawan.

_______________________________________

Hai hai...
Bagaimana???
Jangan lupa vote dan komennya ya..

Di bab ini, Sean sedikit baik ya?🤣

Unconcious LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang