4

25.2K 2.5K 57
                                    

Vely masih setia berbaring di atas ranjang. Tangannya memegang ponsel canggih miliknya dan jarinya bergerak pelan di atas layar ponsel itu. Matanya menatap layar ponsel dengan sendu.

Beberapa menit yang lalu, ada yang mengirim foto pada Vely. Dia adalah bendahara di kelas Vely yang bernama Indi. Indi mengirimkan beberapa foto yang di pajang di mading. Dan Vely kaget melihat ternyata itu semua adalah foto-foto dia yang kemarin berada di kelab malam. Entah siapa yang mengambil foto dia saat dia mabuk dan menempelkannya di mading. Sungguh, Vely ingin menangis rasanya.

Terkadang, rasa ingin mengakhiri hidup mendatangi hati dan pikiran Vely. Dia lelah dengan hidup yang dia jalani. Dia selalu diabaikan oleh orangtuanya. Seingatnya, ibunya bahkan tak pernah mengajak dia sarapan bersama. Seingat Vely juga, yang sering dia terima hanyalah kemarahan dan cacian.

Sekarang, ditambah dengan foto-foto itu yang beredar di sekolah. Dan, Sean juga. Ya, Sean kini datang ke dalam hidup Vely dan membuat hidup Vely semakin bermasalah.

Dengan susah payah, Vely berusaha duduk. Dia meringis pelan saat rasa pusing mendera kepalanya. Dia memegangi kepalanya dan sebelah tangannya lagi bertumpu pada sisi nakas.

Setelah beberapa saat, rasa pusing itu kian menghilang. Vely menatap lantai kamarnya yang dingin dengan tatapan kosong dan hampa.

Vely mengerjap pelan lalu menatap jendela menuju balkon. Dia berpikir, kira-kira, kalau dia melompat dari sana, apa dia akan mati? Atau hanya cedera saja?

Setelah itu, Vely membuka laci nakasnya dan mengambil sebuah gunting yang tajam dan mengkilat. Vely menatap gunting itu dengan tatapan kosong lagi. Kira-kira, dia bisa mati dengan gunting itu?

Vely lalu menatap foto dirinya saat kecil yang berada di atas nakas. Di foto itu, wajahnya terlihat begitu murung dengan mata merah sehabis menangis. Ya, karena foto itu diambil saat dia dan keluarganya pergi berlibur ke Raja Ampat. Dan dia dimarahi oleh ibunya karena dia tak sengaja mendorong Veana, adiknya hingga adiknya yang saat itu masih berusia empat tahun jatuh ke atas pasir.

Sepele memang. Tetapi, Vely masih ingat perkataan marah orangtuanya saat itu. Semua kemarahan dan cacian kedua orangtuanya masih membekas dalam ingatan dan susah untuk dihilangkan. Kecuali, kalau dia hilang ingatan.

Vely menggenggam gunting itu dengan erat. Dia mengarahkan ujung gunting itu ke arah perutnya. Matanya terpejam dan air mata mengalir dari kedua matanya. Tekadnya niat untuk bunuh diri sudah bulat. Dia lelah. Dia merasa hidup dalam penyiksaan terus menerus.

Belum juga Vely melaksanakan niatnya, Bi Asih datang dan berteriak kaget melihat Vely yang siap menghabisi diri sendiri. Bi Asih berteriak dan langsung berlari mendekati Vely. Dia merampas gunting itu dari Vely dan melemparkannya asal.

"Non, sadar Non. Jangan seperti itu," ucap Bi Asih. Vely menatap lantai dengan tatapan kosong lagi. Bi Asih merasa kasihan melihatnya. Dia pun duduk di samping Vely dan langsung memeluk Vely dengan erat.

"Non, ada Bibi di sini. Jangan sampai Non berpikiran seperti itu," ucap Bi Asih lagi. Tanpa bisa ditahan, air mata pun mengalir dari kedua mata Vely. Dia terisak di dalam pelukan Bi Asih. Bi Asih pun setia memeluk Vely dan berusaha membuat Vely tenang.

"Non, jangan putus asa. Ada Bibi."

***

Udara di malam hari terasa begitu dingin. Angin malam berhembus namun tidak ada hujan. Vely berdiri di balkon kamarnya. Matanya menatap langit malam yang dihiasi beberapa bintang.

Entah sekarang dia harus sedih, menyesal, beruntung atau apa karena masih hidup. Mungkin, jika saja Bi Asih tadi tidak keburu datang, dia sudah tidak ada di dunia fana ini lagi.

Vely memejamkan mata dan menghembuskan nafas pelan. Orangtuanya masih betah berlibur di Bali dengan kedua saudaranya. Sedangkan dia di rumah sendirian.

Vely menatap jam tangan berwarna emas di pergelangan tangannya. Jam masih menunjukkan pukul tujuh malam. Belum terlalu malam jika dia mau jalan-jalan.

Vely pun beranjak masuk ke kamarnya dan menutup pintu balkon. Dia mendekati lemari lalu mengambil jaket berbahan jeans miliknya. Tak lupa, Vely juga mengambil syal dan melilitkannya di lehernya untuk menutupi tanda-tanda di lehernya.

Soal tanda-tanda di lehernya, Bi Asih dan Pak Karman sudah melihat. Bi Asih sudah bertanya tetapi Vely tak menjawab dan setia bungkam. Dia takut kalau dia bercerita pada Bi Asih, maka nanti Bi Asih akan menceritakan hal itu pada keluarganya. Jika keluarganya sudah tahu, terutama kakaknya, pasti cerita itu akan terdengar lagi ke telinga Sean. Dan Vely tidak mau itu terjadi. Dia masih takut akan ancaman Sean tadi sore.

Selesai dengan penampilannya yang tertutup dengan tujuan agar tidak kedinginan, Vely pun pamit pada Bi Asih untuk pergi keluar. Dia tidak akan lama. Mungkin, ke toko buku lalu minimarket dan kembali pulang. Seharian diam di rumah akan membuatnya bosan. Apalagi, sekarang dia tak punya teman yang mampu di percaya.

Indi, tadi memberitahu Vely tentang fotonya yang dipajang di mading. Ternyata, Senna dan Jordy yang mencetak foto itu. Mereka juga memaksa ketua mading, yang tak lain dan tak bukan adalah Indi untuk memasang foto itu. Indi berkali-kali meminta maaf pada Vely. Jika saja tidak diancam oleh Senna dan Jordy, Indi juga enggan melakukannya. Tetapi, Indi yang hanya anak beasiswa tak punya kekuatan lebih untuk melawan anak kaya raya seperti Senna dan Jordy.

Vely paham setelah mendengar alasan Indi. Selama ini, dia ingat kalau dia sendiri tidak pernah mempunyai masalah dengan Indi. Bahkan, walaupun tak terlalu dekat, mereka sering saling mendukung.

Namun, Vely ingat kejadian beberapa bulan yang lalu. Saat itu, dia tak sengaja mendengar obrolan Senna dan Jordy tentang dirinya. Tentang kebencian mereka terhadap prestasi Vely di sekolah. Namun, saat itu Vely masih percaya pada kedua orang itu. Hingga dia beranggapan kalau sebenarnya orang yang dibicarakan Senna dan Jordy adalah Indi.

Tetapi, tidak untuk sekarang. Vely tak bisa lagi mengganggap mereka sahabat. Sekarang, dia juga sadar kalau mereka berdua sengaja mengajaknya ke kelab malam. Tujuannya, ya itu. Menghancurkan reputasi baik Vely di sekolah.

Para guru jelas tahu berita foto itu. Karena itu, Indi pun mengingatkan Vely agar tak perlu datang ke sekolah. Vely tinggal menunggu surat kelulusan saja. Karena kalau Vely datang, maka Vely akan menjadi bahan cacian. Dan Vely mengerti hal itu.

Tak dirasa, Vely sudah sampai di toko buku tujuannya. Dia masuk ke sana dan melihat-lihat buku novel terbaru. Tetapi, tak ada yang menarik perhatiannya. Dia pun keluar lagi tanpa membeli satu buku pun.

Saat sedang berjalan menuju minimarket, Vely merasakan sesuatu yang basah menyentuh hidungnya. Dia mendongak dan ternyata hujan turun. Dengan cepat, Vely pun mencari tempat berteduh. Dia berteduh di depan sebuah cafe.

Semakin lama, hujan semakin deras. Tubuh Vely mulai menggigil karena kedinginan. Dia pun memundurkan tubuhnya berusaha menghindari cipratan air.

Tiba-tiba, Vely merasakan sepasang lengan memeluk tubuhnya. Dia tersentak kaget dan menatap orang yang melakukan itu. Matanya membulat saat melihat wajah Sean yang begitu dekat dengannya.

"Kau kedinginan," ucap Sean. Dia mengeratkan pelukannya di tubuh Vely. Vely ketakutan juga kebingungan. Dia tak mengerti kenapa Sean melakukan itu.

Selama hujan turun, Sean tak merubah posisinya sedikit pun. Dia setia memeluk Vely dari arah belakang. Kebetulan sekali dia juga baru selesai minum kopi di cafe itu.

"Kita masuk," ucap Sean dengan suara lembutnya. Vely menatap Sean dengan tatapan tak percaya. Dia tak percaya itu Sean. Seingatnya, Sean yang tadi sore begitu kasar. Tetapi tidak dengan sekarang.

Sean meraih telapak tangan Vely dan menggenggamnya dengan erat. Dia membawa Vely masuk ke cafe itu. Perasaan Vely tak menentu. Dia takut dan khawatir. Kenapa juga Sean bisa berubah? Namun, jawabannya segera Vely dapatkan saat Sean berbisik pelan di telinganya. Dan dari ucapan Sean, Vely tahu kalau Sean memang pribadi yang jahat dan kasar.

"Jangan besar kepala. Aku hanya tidak mau terlihat seperti bajingan di mata orang-orang. Turutilah semua perintahku. Kalau tidak, kau akan tahu akibatnya."

_______________________________________

Hai hai..
Bagaimana???
Jangan lupa vote dan komennya ya...

Sean itu, jahat ya? 😂😂😂

Unconcious LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang