~Gue mulai nyaman ada di deket lo Ka~
BaniBani dan Riska duduk bersebelahan. Tak ada percakapan antara mereka. Udara terasa panas. Angkot penuh dengan penumpang. Mulai dari remaja sampai orang tua.
Seorang Nenek tua berdiri di pinggir jalan berniat naik angkot. Bang Udin menghentikan angkotnya, ia mengira masih ada satu tempat duduk kosong untuk Nenek tua tersebut.
Saat Nenek memegang pintu berniat masuk angkot. Bang Udin mencegahnya.
"Wah Nek, maaf kali kayaknya tak ada tempat kosong penuh semua"
Kata Bang Udin sambil menengok ke bangku belakang.
"Waduh nak, dari tadi semua angkot penuh semua padahal Nenek udah capek berdiri"
Nenek itu terlihat sangat lelah.
"Tunggu Bang, Nenek biar duduk disini aja ya?"
Riska beranjak dari tempat duduknya. Bani memperhatikannya.
"Loh Ka ini kan tempat dudukmu"
"Udah aku bisa berdiri kok, sini Nek duduk"
Nenek tua itupun masuk dan duduk."Makasih nak"
Kata Nenek tua."Sama-sama Nek"
Riska berdiri disamping pintu keluar samping angkot. Belum sampai angkot dinyalakan ada seorang Ibu-Ibu dengan banyak belanjaan masuk. Bani melihatnya langsung berniat memberikan tempat duduknya untuk Ibu-ibu tersebut.
"Bu, duduk sini saja"
"Beneran?"
"Iya Bu"
"Makasih udah ganteng baik lagi"
Ibu itu memegang dagu Bani.
"Iya bu iya.."
Bani menyingkirkan tangan Ibu genit itu. Ia lalu berdiri dan bersebelahan dengan Riska yang sedang tertawa."Udah dibantu, colek-colek lagi"
Bani ngomel sendiri. Riska justru tertawa lebih keras.Angkot mulai berjalan dengan pelan. Bang Udin sadar ada dua penumpangnya yang sedang berdiri di pinggir pintu.
"Ka?"
"Ya?"
"Lo kenapa ngasih kursi lo buat Nenek tua itu?"
"Ya kita sebagai anak muda harus sopan dong sama orang tua. Kasihan tau"
"Tapi itu kan kursi lo. Lo nyusahin diri sendiri malahan"
"Ban gue itu masih muda masih kuat. Coba kalo suatu hari nanti jadi Nenek tua kayak gitu. Kalo nggak ada yang bantu kan susah"
"Hahaha..lucu kali lihat lo jadi Nenek tua"
Bani memegang perutnya."Dibilangin malah ketawa. Dasar cowok aneh!"
Riska memalingkan badan.
"Iya-iya gue paham kok"
Bani tersenyum ternyata cewek menyebalkan yang tengah disampingnya baik juga."Terus lo kenapa ngasih tempat duduk buat ibu itu? Jangan-jangan lo suka ya dipegang-pegang sama Ibu-Ibu. Hahaha"
"Ih jijik nggak lah. Gue kan mau jagain lo Ka"
"Gue udah biasa kayak gini kok"
"Maksud lo?"
"Ya berdiri kayak sekarang"
"Lo pernah jadi kernet angkot?"
"Nggak juga..maksud gue ngasih tempat duduk buat penumpang yang lebih tua"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mathematic Girl and Lazy Boy [On Going]
Teen FictionCinta? Satu kata penuh makna. Tak tau kapan datangnya. Cinta tumbuh dari hal sederhana menjadi luar biasa. Dari tatapan menjadi ketetapan. Dari ilmu matematika bisakah menjadi cinta? Bani, murid baru di SMA Bina Bangsa. Cowok cool, ganteng, kulitnya...