~Lo itu ngeselin, nyebelin tapi baik~
BaniSempatkan vote ya😀
Suasana kantin masih ramai, mengingat jam istirahat kedua cukup panjang. Para siswa berbondong-bondong mengisi kekosongan perutnya. Meski tidak semua, ada pula yang membawa makanan dari rumah. Terkadang Riska juga begitu, hanya saja untuk hari ini Ibunya yang paling cantik, sedang sibuk menjahit pesanan, jadi tak sempat masak banyak seperti biasa.
Setelah melihat Rara dan Mely yang masih sibuk menghabiskan beberapa suap terakhir baksonya. Padahal mereka berdua beberapa menit yang lalu sudah makan, namanya juga gratisan. Kenyang tetep aja dianggap lapar. Riska memanggil Bi Asih, penjaga kantin langganan nya yang sedang mengelap meja. Ia berniat untuk membayar makanan nya.
"Bi Asih, bakso satu sama es teh nya satu. Tujuh ribu kan?" ucapnya dengan tersenyum. Riska memang sudah hafal harga jajanan disini. Terlebih makanan favoritnya, lebih tepatnya yang paling pas dengan ukuran uang sakunya.
Bi Irah tersenyum, "iya Mbak Riska, harganya tetep kok."
Bi Asih memang sudah hafal nama-nama pelanggan nya. Apalagi nama Riska yang sudah terkenal menjadi bahan perbincangan di kantin. Ditambah lagi sosoknya yang ramah dan sering membantu Bi Asih menurunkan dagangan dari motor. Meski tidak setiap hari, saat yang pas saja. Tapi Bi Asih selalu mengingatnya, bahkan seringkali memberikan minuman dengan percuma, meski nanti dengan sopannya Riska selalu menolak.Riska menyerahkan masing-masing satu lembar uang lima ribuan dan dua ribuan. Saat Bi Asih mau menerima uang tersebut, tiba-tiba ada tangan yang menepisnya.
"Nggak usah, Ka, biar gue aja." Riska menoleh, mendapati tangan itu adalah milik Bani. Mata mereka bertemu, cukup dekat.
"Yang mau dibayarin sama lo, Mely sama Rara, gue? Nggak!" Riska menunjuk dirinya sendiri.
"Tapi.." Bani menolak, Riska lah yang seharusnya menerima traktiran itu bukan Mely ataupun Rara. Tapi dia malah menolak.
Bi Irah mengenyit heran menatap Bani dan Riska yang saling beradu pandang, "jadi siapa yang bayar? Bi Asih tambah bingung."
"Aku yang bayar Bi, ini pas ya." Riska menyerahkan uang pada Bi Asih. Bani terlihat merasa aneh. Baru kali ini ia bertemu orang yang nggak mau menerima traktiran.
"Nggak semua hal bisa dinilai sama yang namanya uang cowok aneh!" ucap Riska ketus tepat didepan Bani.
Ia berjalan meninggalkan Bani yang masih diam tanpa menjawab apapun.
"Ayo Ra, Mel!" Panggil Riska yang berdiri didepan Mely dan Rara yang terlihat sudah menghabiskan makanan nya.
"Bi, kita dibayarin sama Bani ya."
"Oh iya neng,"ucap Bi Asih dengan ramah. Meski nama Bani masih terdengar asing ditelinganya. Tapi mendengar percakapan singkat Bani dan Riska membuat Bi Asih ingat.
"Yuk keburu masuk!" ajak Riska tak sabar.
"Iya- iya Ka sabar kali perut gue begah nih!" Mely memegang perutnya yang penuh. Dia memang memesan dua mangkok sekaligus ditambah es coklat favoritnya.
"Salah sendiri makan banyak banget." Riska sudah hafal dengan kebiasaan Mely. Makan adalah HOBI Mely!
"Biarin. Eh thanks ya Ban," ucap Mely dengan senyum pepsodent.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mathematic Girl and Lazy Boy [On Going]
Teen FictionCinta? Satu kata penuh makna. Tak tau kapan datangnya. Cinta tumbuh dari hal sederhana menjadi luar biasa. Dari tatapan menjadi ketetapan. Dari ilmu matematika bisakah menjadi cinta? Bani, murid baru di SMA Bina Bangsa. Cowok cool, ganteng, kulitnya...