Prolog

54 7 1
                                    

Cewek itu menatap kecewa pada cowok yang berada di hadapannya.

"Aku mohon, dengarin penjelasanku dulu," Cowok itu mengiba.

"Apa lagi yang harus aku dengar? Semua ini sudah jelas. Jadi kurasa semuanya sudah cukup!" Cewek itu berkata tegas.

Tidak. Ia tidak boleh percaya lagi dengan cowok itu. Sudah cukup kepercayaan yang ia berikan. Tidak akan ia mengulangi kebodohan yang sama. Ia sudah cukup kecewa.

"Aku mohon. Setidaknya beri aku kesempatan untuk mengatakan yang sejujurnya padamu." Lagi, cowok itu mengiba.

Air mata yang ia bendung tak kuasa untuk ditahannya lagi. Ia menangis pilu, sangat menyakitkan.

"Kamu mau bilang kalau semua ini memang kamu yang melakukannya?" Ia terisak. Sesak menjalar di hatinya.

Cowok itu menghela napas panjang. "I-iya. Tapi, percayalah aku tidak sengaja melakukan hal itu. Itu murni kecelakaan."

Cewek itu menggeleng keras. "Nggak! Itu bukan kecelakaan. Seharusnya kamu menolong dia pada saat itu juga! Bukan malah membiarkannya tergeletak di pinggir jalan dengan bersimbah darah!" Cewek itu mendorong kuat cowok yang berada di hadapannya.
Ia merasa jijik dengan kebenaran yang ia dengar dari orang yang jelas-jelas ia sayangi selama dua tahun terakhir ini.

"Aku ingin..... ta-tapi seseorang melarangku," Penyesalan tampak jelas di kedua mata cowok itu.

Cewek itu tertawa ironi. Ia tak habis pikir dengan jalan pikir cowok yang berada di hadapannya ini. Mana mungkin cowok yang ia kenal sebagai sosok yang lemah lembut dan sangat mempunyai rasa simpati yang tinggi melakukan hal serendah ini.

"Aku pikir kamu orang yang berhati baik dan lembut. Tapi, kamu gak lebih buruk dari seorang penjahat yang dengan berani mengakui kejahatannya di depan umum. Kamu lebih buruk dari  seorang pengecut yang lari dari tanggung jawabnya. Dan aku benci kamu!" Cewek itu mendorong kuat cowok yang ada di hapadannya tersebut.

Cowok itu segera mencekal tangannya. Menahan agar tidak pergi. "Aku mohon jangan seperti ini, aku tahu, aku salah. Tapi jangan pernah bilang kalo kamu benci sama aku. Itu sangat menyakitkan, beri waktu  untuk aku menjelaskan semuanya. Semuanya tanpa ada yang terlewat, setelah aku menjelajaskan semua, keputusan ada di tangan kamu. Tapi jangan sampai kamu membenci aku karena alasan yang belum kamu ketahui. Aku mohon, dengarin penjelasanku," Sekali lagi ia mengiba.

Cewek itu mencoba melepaskan cekalan cowok tersebut. Namun seberapa kuat ia mencoba tetap saja tenaga cowok itulah yang paling besar. Ia menggeleng, "Nggak, kamu salah. Alasan aku untuk membencimu telah tepat. Karena kamu telah membuat kesalahan yang besar, dan juga karena kamu yang tidak mau berkata jujur sebelum hari ini tiba. Sekarang aku tahu kenapa alasan kamu selalu tertutup saat aku bertanya lebih tentang keluargamu." Ia tertawa sinis. "Seharusnya aku percaya sama Abang aku," lirihnya.

Cowok itu menghela napas panjang, "Kamu harus mendangar penjelasanku, aku mohon."

"Nggak! Buatku ini sudah cukup. Aku gak perlu dengar penjelasanmu lagi. Kita putus! " Setelah mengatakan itu, cewek itu pun pergi tanpa memerdulikan teriakan dari cowok yang kini berstatus mantan pacarnya itu.

Tcb!

Hi, ini cerita pertama saya yang ditulis di Wattpad. Semoga suka ya. Jangan lupa vote, comment, and follow:)

Salam manis

Mima Tiwi

23 Maret 2019

Violet : Ketika si Angkuh DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang