Prolog : Seperti Biasa

110 9 0
                                    

Ketika segalanya tak berjalan sesuai keinginan.

Plok!

Suara benda pecah terdengar nyaring saat sebuah telur dengan daya dorong yang tinggi menapak dan disusul dengan suara kesakitan dari seseorang.

Plok! Plok! Plok!

"Yak! Gila, ya!" gadis yang dilempari itu mengumpat sambil terus menutupi dirinya.

"Dasar gak tahu diri!"

"Mati saja kau!"

Nayeon, seorang member girlgrup ternama TWICE hanya bisa diam dan menerima semua lemparan benda amis itu kearahnya.

Bzzt! Debug!

Bahkan tak hanya telur, sebuah peluru bohongan yang terbuat dari tembaga bulatpun ditembakkan ke punggungnya.

Dia hendak berangkat ke tempat kuliah. Tapi di depan dorm ia sudah di sergap oleh kumpulan hattersnya.

"Hei, hei, hei! Kalian ngapain, hah?" sang manajer yang baru saja tiba untuk menjemput Nayeon langsung meneriaki kumpulan manusia itu.

"Ayo lari! Lari! Kabur!" teriak seseorang.

"Cepat lari, bodoh!" ucap seseorang lainnya. Kerumunan itu pun bubar.

"Nayeon-ah, apa kau baik-baik saja?" tanya Manajer menghampiri Nayeon.

Nayeon hanya diam saja. Ia mendorong Manajernya lalu pergi masuk kembali ke dorm.

Nayeon masuk ke kamarnya, tak ada orang di dalam dorm. Semua anggota TWICE sudah berangkat ke sekolah sejak tadi pagi.

Ia membersihkan semua bekas lemparan telur yang terdapat di pakaiannya. Ia memutuskan untuk mandi lagi.

"Sial! Baunya tidak hilang!" keluh Nayeon. Ia menyalakan keran di bathtube besar, menuang kasar satu botol penuh sabun cair lalu berendam di dalamnya.

"Nayeon-ah!! Apa kau didalam?" sang Manajer terus menggedar gedor pintu kamarnya.

Tak ada jawaban, Nayeon malas.
"Apa kau masih ingin pergi kuliah? Tidak? Oke baiklah ...." Manajer itu menjawab pertanyaan nya sendiri.

Tak Tun Tuang!

Ponsel sang Manajer berbunyi.

[Pergilah Jung Do Wook ! Aku tak ingin pergi kuliah! Kalau kau masih berdiri di depan pintu kamarku, akan kupanggil hatters tadi untuk melemparimu dengan telur dinosaurus!]

Glek, tangan Do Wook bergetar, ia memegang seluruh wajahnya. Belum pernah Nayeon sekasar ini. Dengan takut Do Wook membalas pesan itu.

[Oke. Tapi kau benar benar tak butuh sesuatu, Nayeon-ah?]

Tak Tun Tuang!

Ponsel Do Wook berbunyi lagi. Ia terkejut.

"Iya iya baiklah aku akan pergi!" teriaknya lalu menengok kebelakang dan berlari keluar. Isi pesan Nayeon berhasil membuat nya takut.

[Jika kau terus berdiri di depan pintu kamarku, hantu wanita yang ada di belakang mu itu akan segera menerkammu. Sebaiknya kau pergi!]

Nayeon menutup matanya, ia ingin rileks. Apa menjadi idol itu salah? Bukan bukan, apa ia terlahir di dunia ini juga adalah kesalahan?

***

Sementara itu, di ujung benua lain.

"Kan tadi kata Umi suruh masukin ...." ucap seorang gadis pada ibunya

"Duh Ami ... masukin nya satu satu, gak langsung semua! Sekarang gimana coba?! Itukan pesenan orang! Udah jam segini! Abis maghrib mau diambil tau!" Bentak sang Ibu.

Ami, gadis berhijab yang sedang dimarahi itu hanya menunduk. Meminta maaf pun tak berani. Ia Masuk ke kamarnya dan menangis di pojokan.

"Ada apa Mama Sheila?" tanya seorang tetangga yang memanggil dengan nama adik Ami terdengar samar dari kamarnya

"Si Ami masukin adonan sih disuruh satu satu malah langsung semua. Jadi luber ke bawah bawah bu, kebuang." jawab ibunya

"Dapet pesenan bu?"

"Iya, diambil habis maghrib lagi. Saya bingung bu."

"Abis maghrib? Ya Allah ... mepet banget bu ... yaudah sini saya bantu bikin lagi" tawar tetangga Ami

"Beneran bu? Yaudah saya beli bahan nya dulu di agen. Makasih ya bu."

"Iya sama-sama udah buruan,"

Ami melamun, apa ia tak bisa hanya membantu ibunya sedikit saja. Kenapa dia diberi tangan yang terlalu kuat, tangan yang membuat kue hancur saat diangkat.

Selalu begini bila ia membantu. Terakhir ia lupa menghidupkan timer microwave, membuat adonan didalamnya jadi bantet.

Ami selalu ceroboh dan tergesa gesa. Walaupun terkadang tangan itu berguna kalau untuk mengangkat yang berat atau mencuci baju dan piring. Tetap saja, ia merasa telah menjadi beban.

Apa salah kalau menjadi bodoh? Apa tidak bisa diajarkan dengan cara baik baik? Apa ia terlahir di dunia ini juga adalah kesalahan?

***

Sudah malam hari, ponsel Nayeon berbunyi, ia mengambilnya. Banyak sekali ucapan tahun baru dari teman-temannya. Kini ia sedang naik mobil menuju ke acara musik akhir tahun.

Ami memutuskan untuk mencuci alat bekas memasak kue tadi sore lalu pergi tidur. Suara kembang api dan petasan terdengar sepanjang malam. Ami tetap bisa tidur, walau di tengah hutan sekalipun. Ia bisa tidur dimana saja.

Nayeon memandang kembang apai dari kaca mobil. Ami memandang langit-langit kamarnya.

"Coba saja aku terlahir menjadi orang lain, apakah akan lebih baik? Atau sama saja? Hahhh ...." ucap Nayeon dan Ami.

***

Seseorang berdiri di atas gedung tinggi. Ia menghirup udara malam, dan menikmati pertunjukan kembang api yang begitu spektakuler. Ia perlahan membuka matanya dan tersenyum

"Menarik sekali ...."


To Be Continue
_________________________________________

Hai! Apakah prolognya kurang menarik? Mian🙏. Lanjut yah ke chapter selanjutnya, Insha Allah gak mengecewakan😁 jangan lupa vote dan komennya ya, gomawo!😙

I[A]M  Nayeon? || KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang