Part 4 : Flashback

36 7 0
                                    

Cinan berpikir keras, ia tak tahu harus memulai dari mana untuk menceritakannya pada Nayeon. Nayeon hanya memandang Cinan heran karena berhenti saat bercerita.

"Kau... harus dengar ini baik-baik."
kata Cinan.

Nayeon mengangguk, ia memfokuskan telinganya.

Cinan menatap Nayeon sebentar dan mulai bercerita.

#Flashback_Mode_ON

Cinan pergi ke Indonesia, tempat jasad Ami yang diurus oleh Seyeon. Cinan berdiri di depan rumah sederhana yang berada di pinggiran kota tersebut. Ia berjalan perlahan dan mengintip melalui selah jendela rumah.

Cinan melihat Ami yang asli sedang membantu ibunya membuat kue. Sesekali sang ibu memarahi Ami karena tak becus dengan kerjaan yang diberikan olehnya.

"Kamu kenapa, sih? Kalo sakit istirahat sana. Dari tadi kerjaan gak ada yang bener mulu!" omel sang ibu.

Cinan menyipitkan manik matanya menyelidik sesuatu. Kini Ami mencuci tangannya dan hendak pergi dari dapur. Matanya melirik ke arah Cinan berdiri.

Cinan terkejut karena Ami seolah bisa melihat wujud dirinya. Ami berjalan ke arah jendela dan berpura-pura membukanya.

"Ini aku. Seyeon." ucapnya.

Kini mereka berdua sudah di dalam kamar Ami.

"Atas izin siapa kau main masuk ke badan manusia?" mata Cinan melirik tak suka.

"Terus aku harus bagaimana? Kalo aku tidak mengisinya dengan roh ku. Mereka akan mengira kalau jasad ini benar-benar sudah mati. Bukankah itu akan lebih buruk lagi akibatnya?" Seyeon meminum air putih di nakas samping ranjang.

Cinan mengambil napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan.
"Kejadiannya bagaimana? Kenapa bisa begini?" ucapnya lembut.

Seyeon terlihat ragu tapi Cinan meyakinkan kalau dirinya tak akan marah.

"Saat kau pergi mengurus tubuh salah satunya. Aku pergi kesini." Seyeon memulai ceritanya.

"Aku sudah tahu. Langsung ke inti masalahnya, aku tak punya banyak waktu." Cinan beralih duduk di samping jendela memandang luar rumah.

"Aku tak bertemu dengannya," ucap Seyeon. Cinan melirik aneh, jari tangan Seyeon meremat remat baju yang dipakainya.

"Nyawa Nayeon. Dia tak ada di 'rumah' kita. Seharusnya dia kesana, kan?" nada bicara Seyeon mulai putus asa.

"Aku menunggu tapi tak ada tanda-tanda darinya. Aku sudah curiga, aku kesulitan dalam menemukan tubuh ini. Saat pagi-pagi buta...." Seyeon menggantung ucapannya. Jarinya masih setia bergerak gelisah.

Cinan menangkap jari Seyeon. Seyeon mendongak ke arah Cinan berdiri, Seniornya itu menatap mohon pada Seyeon.

"Kenapa saat pagi?" tanya Cinan.

"Dia tak bangun, orangtuanya memasuki kamarnya untuk menyuruhnya ibadah. Aku panik, ibu itu sempat mengira anaknya meninggal dan berteriak histeris memanggil suaminya.

Aku memeriksa nadi dan tak ada detak disana. Tanpa pikir panjang aku segera masuk sebelum orangtuanya kembali ke kamar ini." Jelas Seyeon panjang lebar. Kini giliran Cinan yang gelisah.

"Baiklah. Kau tetaplah seperti ini. Aku akan memberitahu Ami dan segera mencari solusinya." Cinan mengusap pelan kepala Seyeon. Ia menghilang bersama matahari yang mulai terbenam.

"Amiii!!!!"
"Iya, bentar."

****

"Jadi, Nayeon kemana?" Ami mencoba memberanikan diri bertanya.

I[A]M  Nayeon? || KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang